Share

Bukah benalu

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2024-12-08 21:37:53

Saat Aluna baru saja melangkah masuk ke rumah, ia disambut oleh suara Kania yang tajam dari ruang makan.

"Aluna, ke sini sekarang!" perintah Kania tanpa memberi jeda untuk Aluna bernapas setelah perjalanan panjang.

Aluna melepaskan sepatu dengan cepat, mengatur napasnya, lalu berjalan menuju ruang makan. Ia menemukan Kania sedang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, ekspresi wajahnya dingin seperti biasanya. Veronica duduk santai di kursi, memainkan ponselnya tanpa menoleh.

"Ya, Mom?" Aluna mencoba tersenyum meskipun badannya masih lelah.

"Siapkan salad buah untuk Veronica. Cepat. Jangan banyak alasan," kata Kania, nadanya seperti biasa, penuh perintah.

"Baik, Mom."

Aluna menuju dapur tanpa banyak kata. Ia segera mulai memotong buah-buahan segar, mencampurkannya dengan saus krim yang ia buat sendiri. Pikirannya melayang sejenak, mengingat kejadian di mansion Kaisar tadi. Namun ia buru-buru kembali fokus, takut jika hasilnya tidak memuaskan, Kania akan semakin marah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Hanya Kaisar

    Betran melangkah masuk ke rumah dengan langkah tegap, wajahnya terlihat lelah setelah seharian bekerja. Veronica yang sudah mendengar suara mobilnya sejak tadi, langsung bergegas ke pintu depan. Begitu Betran melewati ambang pintu, Veronica menyambutnya dengan senyum lebar dan langsung meraih wajahnya untuk memberinya ciuman di bibir. "Aku rindu sekali padamu," ujar Veronica manja sambil tetap menempel di tubuh suaminya. Betran tersenyum tipis, tangannya melingkari pinggang Veronica. "Aku juga. Bagaimana harimu di rumah?" "Tidak terlalu buruk, meskipun aku bosan setengah mati," balas Veronica sambil tersenyum kecil, suaranya seperti mengeluh. Di sudut ruangan, Aluna sedang mengelap meja ruang tamu. Pekerjaannya terhenti sejenak saat melihat adegan itu. Matanya memandang dingin, meskipun ia mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan. Dalam hatinya, ada perasaan jijik bercampur getir, tetapi ia tahu lebih baik untuk tidak menunjukkan apa pun. "Aluna," panggil Betran tiba-tiba den

    Last Updated : 2024-12-08
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Keputusan Aluna

    Beberapa hari kemudian. Betran, Veronica, dan Kania sudah bersiap meninggalkan rumah. Veronica tampak anggun dengan dress pastel yang mahal, sementara Betran mengenakan jas formal. Kania, seperti biasanya, melontarkan perintah-perintah seenaknya kepada Aluna. “Aluna! Jangan lupa, tanaman Veronica harus disiram, ya,” katanya dengan nada tajam. Aluna mengangguk pelan. “Iya, Mom.” Veronica yang sedang berdiri di dekat pintu menoleh dengan ekspresi dingin. “Dan satu lagi, Aluna. Kalau ada orang asing yang datang, langsung usir. Jangan biarkan siapa pun masuk, paham?” “Iya, aku paham.” Betran melirik Aluna sekilas, lalu menambahkan dengan nada dingin, “Jangan sampai ada masalah selama kami pergi. Kalau ada yang salah, kau tahu apa akibatnya.” Aluna menunduk, menelan semua ucapan itu dalam diam. “Aku mengerti, Mas.” Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam mobil, meninggalkan Aluna sendirian di rumah yang sekarang terasa lebih lapang. Ia berdiri di depan pintu, memandangi kenda

    Last Updated : 2024-12-10
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Jangan Nambah Dosa

    Aluna baru saja menutup pintu ketika ketukan keras kembali terdengar. Jantungnya berdebar. Siapa lagi yang datang malam-malam begini? Ia membuka pintu perlahan, dan di sana, berdiri Kaisar. Wajahnya terlihat serius, namun ada tatapan yang sulit dijelaskan. “Kaisar? Kenapa kau kembali?” Aluna bertanya, suaranya bergetar. Kaisar tidak menjawab. Ia melangkah masuk tanpa izin, menutup pintu di belakangnya. Sebelum Aluna sempat berkata apa-apa, lelaki itu menariknya ke dalam pelukan yang erat. “Aku tidak bisa pergi,” bisik Kaisar di telinganya. “Aku tidak ingin meninggalkanmu malam ini.” Aluna mencoba meronta, meski tubuhnya lemas karena dekapan itu. “Kaisar, kau tidak bisa terus seperti ini. Kalau Betran tahu…” “Aku tidak peduli,” potong Kaisar. Tangannya menguat di pinggang Aluna, matanya menatap lurus ke dalam mata perempuan itu. “Yang kupedulikan sekarang hanya kau.” Sebelum Aluna sempat membalas, Kaisar mengangkat tubuhnya dengan mudah. “Kaisar! Apa yang kau lakukan?” Al

    Last Updated : 2024-12-10
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Masalah lagi

    Pagi buta, suasana rumah masih lengang. Aluna terbangun oleh gerakan halus di sisi tempat tidurnya. Ia membuka mata perlahan dan mendapati Kaisar sedang mengenakan kemejanya. Lelaki itu tampak rapi, seperti biasa, namun ada senyuman kecil di wajahnya saat menyadari Aluna memandangnya. “Sudah bangun?” tanya Kaisar dengan nada lembut, sambil menatapnya dari sudut matanya. Aluna hanya mengangguk, matanya masih setengah mengantuk. Namun, ia tidak bisa mengabaikan getaran di dadanya saat melihat lelaki itu bersiap untuk pergi. Kaisar duduk di tepi tempat tidur, tangannya terulur menyentuh wajah Aluna. “Aku harus pergi. Masih banyak urusan yang harus kuselesaikan.” Aluna tidak menjawab. Ia hanya menatap Kaisar, ada sedikit rasa hampa yang mulai merayapi dirinya. Ia tahu bahwa hubungan ini tidak seharusnya terjadi, tapi entah mengapa, ia merasa tidak ingin lelaki itu pergi. Kaisar tersenyum kecil, lalu menunduk. Bibirnya menyentuh bibir Aluna dengan lembut, tapi semakin lama, ciuma

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kau menikmatinya

    Malam itu, Aluna duduk di ruang tamu dengan pakaian santai, mencoba menghabiskan waktu dengan membaca novel yang sebenarnya sudah ia baca berkali-kali. Pikirannya melayang-layang, tak bisa benar-benar fokus pada halaman yang ada di tangannya. Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuatnya terperanjat. Ia melirik jam di dinding—sudah lewat pukul sembilan malam. Siapa yang datang di jam seperti ini? Dengan rasa penasaran bercampur sedikit gugup, ia melangkah ke pintu. Saat pintu dibuka, Kaisar berdiri di sana dengan senyuman khasnya, memegang sebuah kotak besar. "Aku tahu kamu suka martabak manis, jadi aku bawakan ini." Aluna menghela napas, antara kesal dan geli. "Kaisar, ini sudah malam. Kenapa kamu datang lagi?" Kaisar masuk begitu saja tanpa menunggu undangan. "Karena aku tahu waktu kita terbatas. Besok Betran pulang, kan?" Aluna memutar matanya, tapi tidak bisa menahan senyum kecil yang mulai terbit di sudut bibirnya. "Kamu memang terlalu tahu jadwal orang." "Ya, begitula

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kembali pulang

    Rumah kembali gaduh setelah kepulangan Betran, Kania, dan Veronica. Suara langkah kaki serta perintah bersahut-sahutan membuat Aluna yang berada di dapur langsung bergegas menuju ruang tamu. Tumpukan koper berserakan di dekat pintu masuk. Betran sedang menelepon, wajahnya penuh keseriusan, sementara Kania sudah duduk dengan nyaman di sofa. Veronica, seperti biasa, duduk dengan angkuh sambil menggulir ponsel di tangannya.“Aluna!” panggil Veronica tajam, membuat Aluna segera mendekat.“Ya, Veronica,” jawab Aluna sopan, menundukkan kepala.“Cepat angkat koper-koper ini ke kamar masing-masing. Jangan sampai ada yang lambat atau berantakan. Dan pastikan koperku duluan. Aku tidak mau menunggu!”“Iya, Veronica,” jawab Aluna singkat, segera bergerak mengangkat koper besar Veronica ke atas. Beratnya membuat lengannya gemetar, tapi ia menggigit bibir, berusaha menahan keluhan.Di sofa, Kania melirik sekilas ke arah Aluna, lalu mendesah panjang. “Aluna, selesai dari koper Veronica, kamu langsu

    Last Updated : 2024-12-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Butuh Kaisar

    Malam itu, Aluna melangkah pelan keluar rumah. Udara dingin menyentuh kulitnya, tetapi langkahnya tak terhenti. Di dalam rumah, semuanya sudah terlelap, termasuk Kania dan Veronica yang tadi siang membuatnya bekerja tanpa henti. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya jauh lebih kusut. Ia ingin bertemu Kaisar. Hanya di dekat pria itu ia merasa dihargai, meski hubungan mereka penuh tanda tanya.Setibanya di rumah Kaisar, ia mengetuk pintu dengan lembut. Tak butuh waktu lama bagi Kaisar untuk membukakan pintu. Wajahnya yang tampak segar dan matanya yang berbinar melihat kedatangan Aluna membuat hati wanita itu sedikit tenang.“Kamu datang...” suara Kaisar terdengar hangat, senyum kecil menghiasi wajahnya.“Aku butuh kamu, ” jawab Aluna, suaranya lemah, seperti menyimpan beban berat. Kaisar segera menariknya masuk, menutup pintu, dan memeluk Aluna erat tanpa berkata apa-apa. Hanya melalui pelukan itu, Aluna merasa beban di dadanya sedikit berkurang.“Kenapa malam-malam begini? Kamu kelihatan

    Last Updated : 2024-12-16
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Kemana Aluna?

    Kaisar memandang Aluna yang tertidur pulas di sampingnya. Ketenangan terpancar di wajah wanita itu, sesuatu yang jarang ia lihat. Tangannya bergerak perlahan, menyibak helaian rambut Aluna yang jatuh menutupi pipinya. Napasnya teratur, matanya terpejam dalam, seolah malam ini ia bebas dari semua beban yang menghimpitnya. Kaisar tersenyum kecil. Tidak ada kebahagiaan yang lebih sederhana baginya selain melihat wanita yang ia cintai tertidur dengan damai di sisinya. “Aluna…” bisiknya lirih, walau ia tahu tak akan ada balasan. Kaisar berbaring telentang, menatap langit-langit kamar. “Aku janji, aku bakal bikin hidupmu lebih baik. Kamu cuma butuh percaya sama aku.” Tanpa sadar, ia meraih tangan Aluna yang tergeletak di sampingnya. Dingin dan lembut. Sesaat kemudian, Kaisar memejamkan matanya. Rasa nyaman itu membuatnya tak butuh lebih dari ini—cukup tidur dengan wanita yang ia cintai. Itu saja.Sementara itu, di kediaman Betran, suasana berbeda jauh dari kedamaian yang dirasakan Aluna.

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 114

    Aluna turun dari mobil dengan wajah lelah. Hari ini benar-benar panjang, ditambah pikirannya masih kacau setelah berbicara dengan Kaisar. Begitu melangkah masuk ke dalam mansion, ia langsung disambut oleh babysitter yang terlihat panik. "Nyonya Aluna, Baby Alva rewel sejak tadi. Susah makan, susah minum susu juga," ujar babysitter itu cemas. Aluna mengerutkan kening. "Kenapa? Apa dia demam?" Babysitter menggeleng. "Tidak demam, tapi terus menangis. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap saja dia menolak makan." Tanpa menunggu lebih lama, Aluna segera menuju kamar Baby Alva. Sesampainya di sana, ia melihat putranya yang masih terisak di tempat tidur. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab karena menangis. "Sayang, Mama di sini," ujar Aluna lembut, segera mengangkat tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Baby Alva mengusap matanya dengan tangan mungilnya, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Aluna. "Ada apa, hm?" Aluna membelai rambutnya pelan. "Kenapa tidak mau maka

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 113

    Aluna mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum membuka topik yang sejak tadi mengganggu pikirannya. “Kaisar, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan,” ujar Aluna dengan nada serius. Kaisar mengangkat alis, memusatkan perhatiannya pada Aluna. “Apa itu, Aluna?” “Perusahaanku, Chandra Grup, sedang dalam masalah.” Aluna menyerahkan laporan yang sudah ia siapkan di dalam tasnya. “Ada penurunan signifikan dalam pasar penjualan kita. Setelah diselidiki, ada kejanggalan. Tampaknya seseorang mencoba merusak reputasi perusahaan dari dalam.” Kaisar membuka laporan itu, membaca dengan seksama. Wajahnya berubah serius. “Ini bukan sekadar kejatuhan pasar biasa. Tampaknya ada sabotase.” “Itulah yang aku khawatirkan,” Aluna mengangguk. “Aku sudah meminta tim investigasi internal, tapi hasilnya nihil. Sepertinya mereka yang terlibat sangat pandai menutupi jejak.” Kaisar menatapnya dalam. “Aku akan mencoba membantu menyelidiki. Mungkin dari sisi lain, kita bisa me

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 112

    Aluna duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Sudah seminggu berlalu sejak terakhir kali ia mencoba menemui Kaisar di rumah sakit, namun selalu gagal. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan, tapi tetap saja bayangan Kaisar terus muncul di kepalanya. "Asisten," panggil Aluna dengan suara tegas. Seorang wanita muda bernama Siska segera masuk ke dalam ruangannya, membawa setumpuk dokumen.Ya, sudah tiga hari ini Aluna mengganti asistennya. Asisten sebelumnya sedang cuti beberapa bulan, tugasnya ia serahkan pada Siska, sepupunya. "Ada perkembangan dari laporan yang aku minta?" tanya Aluna, menyandarkan punggungnya ke kursi. Siska mengangguk, meletakkan beberapa lembar kertas di meja. "Setelah saya dan tim melakukan penyelidikan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam pasar." Aluna mengambil laporan itu dan mulai membacanya dengan seksama. Dahinya mengernyit. "Penjualan turun drastis di beberapa wilayah utama, terutama yang sebelumnya menjadi pasar terbesar kita

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 111

    Aluna melangkah dengan cepat memasuki lobi rumah sakit, dadanya berdebar kencang. Setelah mendengar kabar bahwa Kaisar—atau sekarang dikenal sebagai Raja—sudah dipindahkan dari ICU ke ruang rawat biasa, ia tak bisa lagi menahan diri untuk menemuinya. Namun, baru saja ia hendak menuju lift, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri menghadangnya. “Jangan harap kau bisa menemuinya,” suara dingin Ratu menyentak telinga Aluna. Aluna menatap wanita itu dengan tajam. Ia tahu sejak awal Ratu bukan wanita sembarangan, tapi tak disangka, Ratu bisa sekejam ini. “Aku datang bukan untuk bertengkar, aku hanya ingin melihatnya,” ucap Aluna, mencoba menahan emosinya. Ratu menyilangkan tangan di dadanya. “Tidak perlu. Dia sudah punya aku. Dia tidak butuh kau lagi.” Aluna tersenyum miring. “Raja adalah Kaisar, bukan?” tanyanya tegas. Ratu mendengus. “Lalu?” “Kaisar adalah tunanganku,” lanjut Aluna, tatapannya semakin tajam. Ratu terkekeh sinis. “Benar, dia memang Kaisar. Tapi kau

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 110

    Beberapa hari berlalu. Raja terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit. Meski matanya terpejam dan tubuhnya lemah, ada perasaan yang menggelora dalam dirinya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali, seperti sepotong puzzle yang mulai tersusun. Ketika perlahan matanya terbuka, rasa sakit di kepalanya terasa amat perih. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang. Sensasi itu seolah mengingatkan dirinya pada kejadian beberapa hari lalu, kecelakaan yang menyebabkan semuanya menjadi kacau. Raja menatap langit-langit rumah sakit, mencoba mengingat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan, bayangan-bayangan dalam memorinya yang hilang kini mulai muncul kembali. Sosok dirinya—Kaisar Amartha—muncul dalam pikirannya, begitu jelas dan begitu nyata. "Aku... Kaisar Amartha," gumamnya pelan, kebingungan dan kebahagiaan bercampur dalam hatinya. Namun, perasaan itu tak bisa bertahan lama. Di tengah kebingungannya, ia mendengar suara langkah kak

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 109

    Raja menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang setelah keluar dari rumah Raini. Pikirannya dipenuhi berbagai hal—tentang Aluna, Baby Alva, dan perasaannya yang semakin jelas. Ia tak menyadari sebuah truk besar di depannya tiba-tiba berhenti mendadak. “BRAK!” Benturan keras terdengar ketika mobil Raja menabrak bagian belakang truk. Kepalanya membentur setir dengan keras meskipun airbag terbuka. Darah segar mengalir di pelipisnya, tubuhnya lemas, dan kesadarannya mulai menghilang. Orang-orang di sekitar tempat kejadian segera berlari mendekat. “Panggil ambulans!” teriak seseorang. Tak lama kemudian, ambulans datang dan membawa Raja ke rumah sakit. Wajahnya penuh darah, dan kondisinya terlihat mengkhawatirkan. Saat tiba di rumah sakit, dokter langsung membawanya ke ruang operasi karena benturan di kepalanya cukup parah. *** Di ruang tunggu rumah sakit, Ratu mondar-mandir dengan wajah panik. Air matanya terus mengalir, tak bisa disembunyikan lagi. Ia menggenggam ponselnya erat

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status