All Chapters of Petaka yang Kuciptakan: Chapter 1 - Chapter 8

8 Chapters

BAB 1 Weton

“Kamu sakit sejak kapan?” tanya Pakde Kartono.“Sejak selasa, Pakde,” Jawab Ifan dengan tangan yang sibuk menyeka darah yang sesekali keluar dari kedua lubang hidungnya.“Walah. Itu sepertinya kamu diguna-guna, Le.” Jawab lelaki itu lagi sembari menyodorkan beberapa lembar tisu yang kemudian diterima oleh Irfan dengan penuh rasa terima kasih.“Ah, Pakde bisa saja. Lagian, siapa yang mau repot guna-guna aku?” tanya Ifan sambil tertawa kecil. Kemudian, batuknya itu kembali datang dan ia menutupinya dengan tisu yang diberikan oleh Pakdenya. Ifan berusaha terlihat baik-baik saja, meski rasa sakit di kepalanya terasa sangat menyiksa.“Kamu dikasih tahu orang tua kok malah gak percaya. Pakde ini sudah tua dan sudah banyak pengalaman. Pakde tahu mana sakit beneran dan mana yang karena ilmu hitam,” Jelas pakde Kartono lagi.“Memang iya, Kang?” Tanya Bu Asih, Ibu Ifan, dengan mimik wajah ngeri.Pakde Kartono mengangguk dengan penuh keyakinan.“Pantas saja, Kang. Kalau siang begini biasanya bat
Read more

BAB 2 Dia yang kembali

“Sudah bangun nak, sini Ibu bantu duduk,” ucap bu Asih saat melihat putranya yang baru saja terbangun dari pingsan.Ifan meringis, rasa sakit terasa di sekujur tubuhnya.“Bu, tubuh Ifan sakit sekali,” keluh Ifan.“Tahan dulu ya nak, sebentar lagi pasti hilang rasa sakitnya,” Bu Asih menenangkan, tanganya tengah sibuk memeras handuk basah yang digunakan untuk membasuh tubuh Ifan.“Bu, badan Ifan rasanya pegal banget, tapi sudah gak pusing lagi,” keluh Ifan lagi.“Iya, nak. Kamu sudah aman” Bu Asih, dengan cekatan membereskan semua peralatan yang berserakan di sekitar Ifan.Saat Ifan terbangun dari pingsannya, Pakde Kartono sudah tidak ada dan di ruangan, hanya tersisa Bu Asih yang kini sedang membersihkan lantai ruang tamu yang dipenuhi oleh bunga dan percikan air dimana-mana. Seusai membereskan ruang tamu wanita paruh baya itu lantas membantu Ifan untuk duduk sebelum memberi pemuda itu minum. Ifan meringis menahan perih, handuk kecil yang bu Asih gunakan untuk menyeka kulit Ifan ter
Read more

BAB 3 Dari Masa Lalu

Ifan tersenyum miris, merasa malu, ia pria muda yang sangat kuat kini tak lebih menyedihkan dari perempuan terlemah sekalipun.Ifan meyakinkan dirinya sendiri untuk mulai berani jika nanti melihat makhluk tak kasat mata lagi.Tak lama berselang Ifan merasa haus, ia termenung cukup lama takut kalau akan terjadi hal yang mengerikan lagi, namun semakin lama Ifan tak dapat menahan rasa hausnya, akhirnya iia memberanikan diri keluar kamar, mengambil air minum.“Pakde pasti akan segera sadar kalau Aku tak ada di kamar dan langsung mencarinya,” Ifan bergumam pelan pada dirinya sendiri, Ifan percaya ia akan baik-baik saja selagi masih ada Pakde Kartono.Ifan turun dari ranjang, berjalan perlahan, dilihatnya Pakde Kartono tertidur pulas di kursi sofa ruang keluarga, televisi di dinding masih menayangkan sinetron kesayangan bu Asih, namun bu Asih tak terlihat keberadaannya, Ifan berjalan perlahan menuju dapur, dia berhati-hati agar tak menimbulkan suara gaduh dan mengagetkan Pakde Kartono.Se
Read more

BAB 4 Memori

Ifan segera menghentikan laju kendaraannya tak jauh dari area asrama, Ifan menatap tajam ke arah sana, namun semuanya terlihat normal tak terlihat mengerikan sama sekali, asrama itu kini tampak asri tak menakutkan sama sekali bahkan terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang berada di sana, aneh. Beberapa hari lalu saat tubuhnya tiba-tiba berada di asrama ini keadaannya terlihat jauh berbeda, seperti sebuah bangunan asrama zaman dahulu, serta dipenuhi rumput lalang yang menjulang tinggi.Namun, sosok gadis yang sama itu kini tengah berdiri di dekat pintu masuk, kali ini wajahnya terlihat cukup jelas. Terlihat begitu cantik, namun cukup membuat Ifan merinding, sosok itu terus menatap Ifan dengan tajam.Ifan termenung, wanita itu tersenyum kemudian menghilang, bahkan disiang hari ia berani menampakkan diri.Satu pesan masuk ke ponsel Ifan, Ifan segera mengambilnya.'nak, kamu dimana? Cepat pulang, kamu lupa pesan pakdemu?’ Ifan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana dan
Read more

BAB 5 Rencana Perjalanan Mencari Jimat

Ifan kembali ke rumah, mengambil ponsel dan beberapa lembar pakaian, memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya dan bergegas pergi. “Bu, Ifan beberapa hari ke depan menginap di rumah Yogi, ya,” pamit Ifan. “Jangan nak, kamu belum pulih total, kata Pakde Kartono, kamu masih harus terus berada di dalam rumah agar makhluk pengganggu itu bisa benar-benar pergi,” jawab Bu Asih. Ifan menggelengkan kepalanya pelan. “Ibu tenang saja, Ifan akan baik-baik saja,” jawab Ifan santai. Ifan sudah bertekad kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman makhluk gaib yang sering mengganggu. Apa lagi Mima mulai menebarkan terornya. “Baik-baik saja gimana? Ini pertama kali kamu berurusan dengan demit” Bu Asih tak dapat menutupi raut wajah kekhawatirannya. “Bu, percaya sama Ifan ya, Ifan baik-baik saja, Ifan rasa Ifan sudah menemukan jawabannya,” Ifan mencoba menenangkan Bu Asih dengan memberi sedikit pelukan. Bu Asih mengangguk, meski khawatir namun Ifan tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya m
Read more

BAB 6 Mencari Kedamaian

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka ke rumah mbah Mijan.Ifan segera memarkirkan motornya di samping rumah Mbah Mijan, kemudian keduanya bergegas menemui Mbah Mijan yang tengah bersantai di teras rumahnya."Mbah!" sapa Yogi, sembari menyalami Mbah Mijan."Siapa yang kamu bawa itu?" Mbah Mijan melirik kecil ke arah Ifan."Namanya Ifan, Mbah. Teman Yogi," Yogi memperkenalkan Ifan.Ifan mendekat, menyalami Mbah Mijan dengan sopan.Rumah Mbah Mijan terletak di sudut desa, rumah kayu yang sangat kecil dan sudah reyot."Apa tujuanmu kesini?" Tanya Mbah Mijan."Saya ingin meminta jimat pelindung, Mbah. Saya ingin menghentikan teror yang menimpa saya," Jelas Ifan."Mbah Mijan tersenyum kecil, diraihnya bungkusan kecil dari sakunya dan menyerahkan kepada Ifan, Ifan yang kebingungan langsung mengambilnya dan melirik ke arah Yogi, namun Yogi tampak acuh.Mbah Mijan menyerahkan kain kecil yang diikat oleh seutas pelepah daun pisang yang sudah kering."Didalamnya ada p
Read more

Bab 7 Ritual Pertama

Tujuh hari berlalu, permen pemberian Mbah Mijan pun telah ludes, Ifan berhasil memakannya setiap menjelang tidur, bukan hanya itu Ifan pun berhasil meninggalkan seluruh kegiatan keagamaan, antara merasa senang atau sedih Ifan benar-benar berada di tengah-tengah."Padahal setelah kejadian sepuluh tahun lalu, aku pikir tobat ku akan menjadi tobat yang sebenar-benarnya," celoteh Ifan pada dirinya sendiri sambil menatap tumpukan baju koko miliknya."Sekitar delapan tahun aku rajin membeli baju koko, sajadah dan sarung, harus ku kemanakan semua ini?" Tanya Ifan pada baju-baju yang terlipat dengan rapi itu.Langkahnya terasa berat namun kembali lagi Ifan meyakinkan dirinya menemui mbah Mijan bukanlah pilihan yang buruk."Yuk ifan semangat, kamu harus kembali menjalani kehidupan normal," seru Ifan pada dirinya sendiri "nanti setelah semuanya kembali normal kamu bisa kembali menjadi anak baik," ucapnya lagi."Bu Ifan pamit ya, mau ke rumah teman," ifan berjalan menghampiri Bu Asih.Bu asih me
Read more

BAB 8 Sesal Dalam Penyesalan

"kenapa hendak pergi begitu saja, kau bahkan tidak bertanya tumbal apa yang harus kau siapkan," Mbah Mijan menegur dengan keras."Aku perlu memberikan tumbal juga?" Tanya Ifan panik."Loh, iya." Tegas Mbah Mijan."Mbah aku pikir dua kepala ayam semalam merupakan tumbal" Ifan mengernyitkan dahinya."Iya memang, namun kau harus menyiapkan tumbal untuk pengukuhan dan keselamatan dirimu sendiri," terang Mbah Mijan."Apa Mbah tumbalnya?" Tanya Ifan dengan cemas."Setiap lima tahun sekali, tumbalnya orang orang yang kau kasihi" tukas Mbah Mijan.Ifan membelalakkan matanya, panik "Mbah bercandakan?" Tanyanya.Mbah Mijan menggelengkan kepala "tidak le, Mbah berkata jujur, kau mendapatkan jimat terbaik, bukan hanya menguasai mahluk halus, tapi jimat itu mendatangkan rezeki, dan keberkahan dalam hidupmu, kau akan selalu beruntung dalam segala hal" tukas Mbah Mijan dengan yakin."Mbah, kenapa tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Protes Ifan kesal.Mbah Mijan menduduki kursi kayu dengan perlahan
Read more
DMCA.com Protection Status