Share

BAB 4 Memori

Author: Zy Faezya
last update Last Updated: 2024-09-12 19:31:39

Ifan segera menghentikan laju kendaraannya tak jauh dari area asrama, Ifan  menatap tajam ke arah sana, namun semuanya terlihat normal tak terlihat mengerikan sama sekali,  asrama itu kini tampak asri tak menakutkan sama sekali bahkan terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang berada di sana, aneh. Beberapa hari lalu saat tubuhnya tiba-tiba berada di asrama ini keadaannya terlihat jauh berbeda, seperti sebuah bangunan asrama  zaman dahulu, serta dipenuhi rumput lalang yang menjulang tinggi.

Namun, sosok gadis yang sama itu kini tengah berdiri di dekat pintu masuk, kali ini wajahnya terlihat cukup jelas. Terlihat begitu cantik, namun cukup membuat Ifan merinding, sosok itu terus menatap Ifan dengan tajam.

Ifan termenung, wanita itu tersenyum kemudian menghilang, bahkan disiang hari ia berani menampakkan diri.

Satu pesan masuk ke ponsel Ifan, Ifan segera mengambilnya.

'nak, kamu dimana? Cepat pulang, kamu lupa pesan pakdemu?’ 

Ifan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana dan kembali memacu sepeda motornya di jalanan yang cukup ramai.

Beberapa hari berlalu tanpa ada gangguan sama sekali, Ifan mencoba menata kembali hidupnya dan mulai beraktivitas seperti semula, saat malam tiba Ifan  merebahkan dirinya, beristirahat sejenak kemudian baru mandi, di tengah asyiknya menikmati guyuran air di atas kepala,  tiba-tiba ada dua tangan yang sangat dingin menyentuh masing-masing pundaknya dengan lembut, Ifan mematung, nafasnya memburu, Ifan memejamkan mata mencoba mengatur nafas agar lebih tertata, meyakinkan dirinya kalau semuanya akan baik-baik saja.

Setelah cukup tenang Ifan mulai membuka matanya perlahan, di kamar mandi yang kecil dan sempit hanya terisi oleh shower dan wastafel ia tak melihat apapun lagi, Ifan mengusapkan tangannya di kedua sisi pundaknya, tangan yang mencengkram itu sudah tak ada, namun tidak dengan rasa cengkeramannya, bahkan pundak kirinya masih meninggalkan bekas tusukan kuku,  Ifan menyiram air dan menggosok kedua pundaknya dengan keras mencoba menghilangkan rasa cengkeraman itu.

“Apa kau mengingat cengkeraman ini?” Suara yang begitu lembut mendadak berbisik di telinga Ifan.

Ifan bergidik ngeri.

“Mima?” Tanya Ifan dengan tubuh bergetar.

“Apa kau yang sering menampakkan diri?” Tanya Ifan lagi, namun sunyi hanya ada suara tetesan air yang menambah kengerian suasana kamar mandi saat itu.

Sosok yang beberapa kali menghantuinya bukanlah Mima ia ingat betul seperti apa wajah Mima meski tragedi mengerikan itu sudah berlalu sepuluh tahun yang lalu. Ifan bingung kenapa sosok Mima baru mendatanginya sekarang.

Ifan tertawa kecil, sebuah tawa yang mengisyaratkan rasa kesal yang sangat dalam, ia benci mendapati kenyataan yang  harus dihadapinya.

Ia segera menyelesaikan mandinya, berganti pakaian, berwudu dan menggelar sajadah, ia sadar hanya Tuhan saja yang bisa ia jadikan tempat bersandar meminta perlindungan, ia selama ini telah berusaha mengubur dalam-dalam masa kelamnya dan berusaha menjadi manusia yang baik, namun sepertinya itu belum cukup. Ifan tak ingin ada yang tahu masa kelamnya dan ia juga tak mau sosok Mima atau siapa pun itu terus mengganggunya.

Masa lalu yang kelam dan penuh dosa itu kembali menari-nari dalam ingatan Ifan, ia terus memanjatkan doa namun rasa bersalah kian menggerogoti dirinya, membuat Ifan merasa sesak dan lelah. Ifan ketakutan jika Mima akan terus menerornya, tetapi Ifan juga tak berani jika menceritakannya pada Bu Asih dan Pakde Kartono.

Ifan membaringkan tubuhnya di atas sajadah menatap langit-langit kamar.

“Ifan” suara lembut Mima terdengar kembali.

Ifan kaget dan berteriak cukup kencang.

“Mima maafkan aku!” Seru Ifan, suaranya bergetar. Ifan menggigit ujung bibirnya hingga sedikit berdarah.

“Aku tak bermaksud untuk menyakitimu, aku hanya tak berani melawan mereka,” Ifan tertunduk lesu, tangisnya tertahan.

“Ifan” suara Mima kembali menggema, suara putus asa mengharapkan pertolongan, Ifan masih mengingat dengan jelas bagaimana Mima memanggil namanya dengan putus asa, tatapan sendu penuh ketakutan, namun saat itu Ifan hanya diam mematung memandangi Mima yang tengah di lecehkan dan dianiaya oleh kawan-kawannya.

“Apa, Mima?” Suara Ifan gemetar “apa yang kau inginkan?” Tanya Ifan.

Lama Ifan menunggu bahkan sampai beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya namun tetap tak ada jawaban.

Keesokan harinya Ifan berkunjung ke rumah Miko, tempat biasa ia berkumpul bersama teman-temannya, meski tak sedekat dahulu namun mereka pernah melakukan dosa yang sama. 

Rumah kayu dengan cat kuning pudar itu terlihat sangat tua, rumah Miko terlihat sangat tak terawat dibandingkan 10 tahun lalu.

Ifan memarkirkan motornya di pinggir jalan kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, kebetulan pintu rumahnya terbuka cukup lebar.

“Ngapain?” Tanya Adit, padahal Ifan baru saja sampai diambang pintu, namun langsung mendapat sambutan yang cukup ketus.

“Hantu Mima semalam mendatangi aku,” jelas Ifan.

Sontak kelima teman Ifan yang sedang menikmati hisapan rokoknya  itu tertawa terbahak-bahak.

Ruang tamu yang hanya beralaskan lantai kayu itu tampak berantakan, orang-orang yang duduk tak teratur, juga dipenuhi oleh banyak sampah rokok, minuman keras dan beberapa macam makanan ringan.

“Selama ini kemana hantu itu? Keliling dunia?” Adit kembali terbahak.

“Gila kau ya!” sentak Adip kembaran Adit.

“Hei!! Berhenti membahasnya, jangan sampai ada yang mendengar dan jadi bumerang buat kita semua,” tegur Miko, ia segera bangkit, berjalan kearah Ifan, dan memukul punggung Ifan cukup keras.

Ifan mundur beberapa langkah, kini ia sudah berada di pelataran rumah.

“Tapi aku tidak berbohong!” seru Ifan kesal, wajahnya memerah menahan rasa sakit dipunggungnya.

“Ya, mungkin dia minta pertanggung jawabanmu,” ucap Miko “kami gak ikut-ikutan,” lanjutnya. Miko kembali duduk dan menghisap rokoknya dengan tenang.

Ifan geram, dulu mereka semua yang membujuk Ifan untuk mendekati Mima, dengan iming-iming jika Mima berhasil jatuh cinta dengan Ifan, maka selama sebulan penuh Ifan akan ditraktir makan oleh mereka dan dalam waktu dekat Ifan berhasil menaklukkan hati Mima, wanita pendiam itu tak tahu menahu soal perjanjian Ifan dan teman-temannya yang Mima tahu Ifan juga mencintainya. Setelah satu minggu berpacaran, Ifan membawa Mima bertemu Miko, Adit, Adip, Alan dan Kimo. Mereka bersama-sama menaiki mobil menuju area hutan yang masih bisa dilalui oleh mobil namun sangat jarang sekali kendaraan lewat daerah ini, jalannya yang berlumpur membuat banyak orang memilih alternatif jalan yang lain, suasana begitu sepi, setelah cukup jauh dari area pemukiman warga mereka menepikan mobilnya ke sebuah rumah tua terbengkalai, tanpa basa basi dengan nafsu binatangnya mereka semua mulai melecehkan Mima, menyentuh bagian vitalnya dan memaksa Mima untuk meminum minum minuman keras, Ifan adalah yang termuda dalam kelompok itu, ia juga memiliki fisik yang paling lemah, Ifan hanya dapat memandangi wanita malang didepanya itu menangis terisak penuh ketakutan, hingga pada akhirnya sebelum Mima menghembuskan nafas terakhirnya Ifan dipaksa untuk melecehkan Mima dan ditonton oleh  mereka semua, Mima mencengkeram pundak Ifan dengan bergetar, memanggil namanya berulang kali meminta pertolongan namun Ifan tak melakukan apa pun. Ia lebih mendengarkan perintah kelima temannya itu, hingga akhirnya Mima kelelahan dan meninggal dunia. Setelah melangsungkan aksinya mereka menutup tubuh Mima dengan semak belukar dan beberapa helai kain di rumah terbengkalai tersebut kemudian meninggalkannya begitu saja.

Hari demi hari berlalu, mereka mulai melupakannya, oleh karena itu mereka semua menumpahkan kesalahan masa lalu pada Ifan.

“Saat itu kalian yang terus memaksaku, kalian tahukan aku sama sekali tak berniat menyakiti Mima aku dalam tekanan kalian!” Tegas Ifan.

“Bodoh!” Sentak Miko. “Ku bilang diam! Kau hanya berhalusinasi! Apa butuh waktu sepuluh tahun untuk hantu dapat bangkit?” Tanya Miko.

Ifan terdiam.

Ifan membalikkan tubuhnya, percuma berbicara dengan mereka, toh mereka semua sudah cuci tangan. Apa lagi semenjak Ifan memutuskan untuk bertobat dari pergaulan jahat yang dia jalani bersama Adit, Adip, Miko, Alan dan Kimo. Sudah jarang bertemu, tentu saja kedekatan mereka pun kian merenggang keputusannya untuk menemui kelima teman lamanya itu merupakan keputusan terburuk.

Ifan membulatkan tekadnya untuk mencari tahu sendiri perihal hantu Mima, dan hantu gadis yang beberapa kali menampakkan wujudnya, serta gangguan aneh di rumahnya beberapa waktu belakangan ini.

Sepeninggalan Ifan, Alan berkali-kali mengucapkan sumpah serapah. Ketenangan yang di rasakan kini terusik, karena Ifan yang secara tiba-tiba muncul membahas kejadian yang sudah berlalu. Namun hanya disambut gelak tawa oleh Miko.

Related chapters

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 5 Rencana Perjalanan Mencari Jimat

    Ifan kembali ke rumah, mengambil ponsel dan beberapa lembar pakaian, memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya dan bergegas pergi. “Bu, Ifan beberapa hari ke depan menginap di rumah Yogi, ya,” pamit Ifan. “Jangan nak, kamu belum pulih total, kata Pakde Kartono, kamu masih harus terus berada di dalam rumah agar makhluk pengganggu itu bisa benar-benar pergi,” jawab Bu Asih. Ifan menggelengkan kepalanya pelan. “Ibu tenang saja, Ifan akan baik-baik saja,” jawab Ifan santai. Ifan sudah bertekad kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman makhluk gaib yang sering mengganggu. Apa lagi Mima mulai menebarkan terornya. “Baik-baik saja gimana? Ini pertama kali kamu berurusan dengan demit” Bu Asih tak dapat menutupi raut wajah kekhawatirannya. “Bu, percaya sama Ifan ya, Ifan baik-baik saja, Ifan rasa Ifan sudah menemukan jawabannya,” Ifan mencoba menenangkan Bu Asih dengan memberi sedikit pelukan. Bu Asih mengangguk, meski khawatir namun Ifan tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya m

    Last Updated : 2024-09-12
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 6 Mencari Kedamaian

    Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka ke rumah mbah Mijan.Ifan segera memarkirkan motornya di samping rumah Mbah Mijan, kemudian keduanya bergegas menemui Mbah Mijan yang tengah bersantai di teras rumahnya."Mbah!" sapa Yogi, sembari menyalami Mbah Mijan."Siapa yang kamu bawa itu?" Mbah Mijan melirik kecil ke arah Ifan."Namanya Ifan, Mbah. Teman Yogi," Yogi memperkenalkan Ifan.Ifan mendekat, menyalami Mbah Mijan dengan sopan.Rumah Mbah Mijan terletak di sudut desa, rumah kayu yang sangat kecil dan sudah reyot."Apa tujuanmu kesini?" Tanya Mbah Mijan."Saya ingin meminta jimat pelindung, Mbah. Saya ingin menghentikan teror yang menimpa saya," Jelas Ifan."Mbah Mijan tersenyum kecil, diraihnya bungkusan kecil dari sakunya dan menyerahkan kepada Ifan, Ifan yang kebingungan langsung mengambilnya dan melirik ke arah Yogi, namun Yogi tampak acuh.Mbah Mijan menyerahkan kain kecil yang diikat oleh seutas pelepah daun pisang yang sudah kering."Didalamnya ada p

    Last Updated : 2024-10-07
  • Petaka yang Kuciptakan   Bab 7 Ritual Pertama

    Tujuh hari berlalu, permen pemberian Mbah Mijan pun telah ludes, Ifan berhasil memakannya setiap menjelang tidur, bukan hanya itu Ifan pun berhasil meninggalkan seluruh kegiatan keagamaan, antara merasa senang atau sedih Ifan benar-benar berada di tengah-tengah."Padahal setelah kejadian sepuluh tahun lalu, aku pikir tobat ku akan menjadi tobat yang sebenar-benarnya," celoteh Ifan pada dirinya sendiri sambil menatap tumpukan baju koko miliknya."Sekitar delapan tahun aku rajin membeli baju koko, sajadah dan sarung, harus ku kemanakan semua ini?" Tanya Ifan pada baju-baju yang terlipat dengan rapi itu.Langkahnya terasa berat namun kembali lagi Ifan meyakinkan dirinya menemui mbah Mijan bukanlah pilihan yang buruk."Yuk ifan semangat, kamu harus kembali menjalani kehidupan normal," seru Ifan pada dirinya sendiri "nanti setelah semuanya kembali normal kamu bisa kembali menjadi anak baik," ucapnya lagi."Bu Ifan pamit ya, mau ke rumah teman," ifan berjalan menghampiri Bu Asih.Bu asih me

    Last Updated : 2024-10-08
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 8 Sesal Dalam Penyesalan

    "kenapa hendak pergi begitu saja, kau bahkan tidak bertanya tumbal apa yang harus kau siapkan," Mbah Mijan menegur dengan keras."Aku perlu memberikan tumbal juga?" Tanya Ifan panik."Loh, iya." Tegas Mbah Mijan."Mbah aku pikir dua kepala ayam semalam merupakan tumbal" Ifan mengernyitkan dahinya."Iya memang, namun kau harus menyiapkan tumbal untuk pengukuhan dan keselamatan dirimu sendiri," terang Mbah Mijan."Apa Mbah tumbalnya?" Tanya Ifan dengan cemas."Setiap lima tahun sekali, tumbalnya orang orang yang kau kasihi" tukas Mbah Mijan.Ifan membelalakkan matanya, panik "Mbah bercandakan?" Tanyanya.Mbah Mijan menggelengkan kepala "tidak le, Mbah berkata jujur, kau mendapatkan jimat terbaik, bukan hanya menguasai mahluk halus, tapi jimat itu mendatangkan rezeki, dan keberkahan dalam hidupmu, kau akan selalu beruntung dalam segala hal" tukas Mbah Mijan dengan yakin."Mbah, kenapa tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Protes Ifan kesal.Mbah Mijan menduduki kursi kayu dengan perlahan

    Last Updated : 2024-10-10
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 9 Rumah Pakde Kartono

    "kamu habis dari mana? Kenapa banyak aura gelap mengikuti kamu?" Tandas Pakde Kartono pada Ifan yang baru saja memarkirkan motornya dihalaman rumah Pakde Kartono.Ifan berdiri mematung, berusaha mencari alasan yang jelas."Aura gelap apa kang?" Bu Asih panik."Ifan seperti orang yang habis berguru pada dukun" jawab Pakde Kartono blak-blakan.Bu Asih membelalakkan matanya tak percaya."Yang bener Fan, kamu pamit ke rumah teman itu maksudmu ke dukun?" Tanya Bu Asih.Ifan menggelengkan kepalanya dengan cepat, peluh mulai membasahi keningnya, panik."Fan, Ilmu apa yang sedang kamu pelajari?" Pakde kartono mendekat."Gak belajar ilmu apa-apa kok Pakde" Ifan menepis dengan cepat.Pakde Kartono tersenyum "bener, kamu habis dari dukun." Ifan gelagapan, ia tak dapat membantah lagi, tanpa sadar tadi ia telah mengakui kalau ia baru saja mendatangi dukun."Walah Fan, kamu ngapain ke dukun segala, itu pasti dukun jahat," tegur Bu Asih dengan raut wajah kesal dan sedih, sementara tangan kanannya m

    Last Updated : 2024-10-17
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 10 Detak Retak

    Yogi merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, ia larut dalam lamunan, obrolannya bersama Ifan tadi siang benar-benar membuat ia terus terpikir akan Mima, meski tak akrab dengan Mima, sepengetahuan Yogi Mima adalah gadis cantik yang pendiam juga pemalu, Yogi beberapa kali bertemu Mima saat sedang bersama Ifan dahulu, bahkan Yogi sempat beberapa kali menggoda Ifan kalau Mima terlalu cantik, jadi tak akan cocok dengannya.Yogi langsung menepis pikiran buruknya cepat-cepat."Mana mungkin Ifan bunuh Mima, pikiran macam apa ini," Yogi menggelengkan kepala.Deg, jantung Ifan berdegup kencang. Tampak sangat nyata Mima menampakkan wujudnya di depan Yogi, walau hanya beberapa detik Yogi yakin sekali kalau sosok itu adalah Mima, sosok yang baru saja dipikirkan dan disebut namanya.Bulu kuduk Yogi meremang bagaimana tidak, ini pertama kalinya Yogi melihat penampakan selain penampakan ayahnya, yang bahkan sosok ayah tak berani muncul lagi sejak Yogi menggunakan kalung jimat dari Mbah Mija

    Last Updated : 2024-10-17
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 11 Dihantui

    Sampailah mereka di rumah Adip dan Adit, rumah si kembar yang sudah lama dijadikan markas oleh mereka, apa lagi kini Adip dan Adit hanya tinggal berdua saja, sejak kedua orang tua mereka bekerja diluar negeri.Ifan menarik nafas dalam-dalam, ia bersiap kalau-kalau ia akan mendapat bogem mentah dari rekan-rekannya, Miko menelungkup kedua tangan ke wajahnya."Kau ngomong apa ke Yogi?" Selidik Adit."Aku gak ngomong apa-apa," Ifan menggeleng dengan keras, bagaimana mungkin semudah itu Yogi membahas tentang dirinya kepada Miko dan gengnya."Semalam Yogi menanyakan perihal Mima," Miko mencengkram erat kerah baju Ifan.Ifan memberontak dan terjatuh. "Yogi memang sempat menanyakan soal Mima, apa lagi hilangnya Mima tidak diketahui sampai sekarang, Yogi hanya penasaran Mima masih hidup atau nggak," Ifan beralasan.Miko berbalik, sepertinya cukup percaya dengan kebohongan yang dilayangkan oleh Ifan."Kenapa dia jadi penasaran soal Mima?" Adip bertanya-tanya.Semua orang terdiam, kekerasan yan

    Last Updated : 2024-10-17
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 12 Usaha Mengubur Kenangan Lama

    Ifan melangkah dengan gontai memasuki kamarnya, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga.Perlahan Ifan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia terdiam sembari memandangi langit-langit kamar, tak lama ia memiringkan kepalanya ke arah kiri, menatap foto polaroid dirinya yang menempel berjejer di dinding kamarnya, foto dari Ifan SD sampai Ifan Wisuda sarjana, senyumnya mengembang, Ifan terlihat sangat bahagia pada semua foto itu.Sangat tengah sibuk memandangi foto kenangan Ifan merasa asa yang duduk di sudut ranjangnya, ujung kaki Ifan bahkan menyentuhnya, Ifan dengan cepat melihat kearah kakinya, memastikan siapa yang datang, dan betapa terkejutnya Ifan, yang duduk di dekatnya adalah sosok Mima dan di samping Mima ada sosok Wanita dengan rambut terurai menutup seluruh wajahnya.Ifan tak mampu menggerakkan tubuhnya, lidahnya kelu, ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.Ifan berusaha memberontak namun tetap saja ia tak mampu melakukan apa-apa, matanya tak bisa lepas dari menatap Mi

    Last Updated : 2024-10-18

Latest chapter

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 12 Usaha Mengubur Kenangan Lama

    Ifan melangkah dengan gontai memasuki kamarnya, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga.Perlahan Ifan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia terdiam sembari memandangi langit-langit kamar, tak lama ia memiringkan kepalanya ke arah kiri, menatap foto polaroid dirinya yang menempel berjejer di dinding kamarnya, foto dari Ifan SD sampai Ifan Wisuda sarjana, senyumnya mengembang, Ifan terlihat sangat bahagia pada semua foto itu.Sangat tengah sibuk memandangi foto kenangan Ifan merasa asa yang duduk di sudut ranjangnya, ujung kaki Ifan bahkan menyentuhnya, Ifan dengan cepat melihat kearah kakinya, memastikan siapa yang datang, dan betapa terkejutnya Ifan, yang duduk di dekatnya adalah sosok Mima dan di samping Mima ada sosok Wanita dengan rambut terurai menutup seluruh wajahnya.Ifan tak mampu menggerakkan tubuhnya, lidahnya kelu, ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.Ifan berusaha memberontak namun tetap saja ia tak mampu melakukan apa-apa, matanya tak bisa lepas dari menatap Mi

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 11 Dihantui

    Sampailah mereka di rumah Adip dan Adit, rumah si kembar yang sudah lama dijadikan markas oleh mereka, apa lagi kini Adip dan Adit hanya tinggal berdua saja, sejak kedua orang tua mereka bekerja diluar negeri.Ifan menarik nafas dalam-dalam, ia bersiap kalau-kalau ia akan mendapat bogem mentah dari rekan-rekannya, Miko menelungkup kedua tangan ke wajahnya."Kau ngomong apa ke Yogi?" Selidik Adit."Aku gak ngomong apa-apa," Ifan menggeleng dengan keras, bagaimana mungkin semudah itu Yogi membahas tentang dirinya kepada Miko dan gengnya."Semalam Yogi menanyakan perihal Mima," Miko mencengkram erat kerah baju Ifan.Ifan memberontak dan terjatuh. "Yogi memang sempat menanyakan soal Mima, apa lagi hilangnya Mima tidak diketahui sampai sekarang, Yogi hanya penasaran Mima masih hidup atau nggak," Ifan beralasan.Miko berbalik, sepertinya cukup percaya dengan kebohongan yang dilayangkan oleh Ifan."Kenapa dia jadi penasaran soal Mima?" Adip bertanya-tanya.Semua orang terdiam, kekerasan yan

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 10 Detak Retak

    Yogi merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, ia larut dalam lamunan, obrolannya bersama Ifan tadi siang benar-benar membuat ia terus terpikir akan Mima, meski tak akrab dengan Mima, sepengetahuan Yogi Mima adalah gadis cantik yang pendiam juga pemalu, Yogi beberapa kali bertemu Mima saat sedang bersama Ifan dahulu, bahkan Yogi sempat beberapa kali menggoda Ifan kalau Mima terlalu cantik, jadi tak akan cocok dengannya.Yogi langsung menepis pikiran buruknya cepat-cepat."Mana mungkin Ifan bunuh Mima, pikiran macam apa ini," Yogi menggelengkan kepala.Deg, jantung Ifan berdegup kencang. Tampak sangat nyata Mima menampakkan wujudnya di depan Yogi, walau hanya beberapa detik Yogi yakin sekali kalau sosok itu adalah Mima, sosok yang baru saja dipikirkan dan disebut namanya.Bulu kuduk Yogi meremang bagaimana tidak, ini pertama kalinya Yogi melihat penampakan selain penampakan ayahnya, yang bahkan sosok ayah tak berani muncul lagi sejak Yogi menggunakan kalung jimat dari Mbah Mija

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 9 Rumah Pakde Kartono

    "kamu habis dari mana? Kenapa banyak aura gelap mengikuti kamu?" Tandas Pakde Kartono pada Ifan yang baru saja memarkirkan motornya dihalaman rumah Pakde Kartono.Ifan berdiri mematung, berusaha mencari alasan yang jelas."Aura gelap apa kang?" Bu Asih panik."Ifan seperti orang yang habis berguru pada dukun" jawab Pakde Kartono blak-blakan.Bu Asih membelalakkan matanya tak percaya."Yang bener Fan, kamu pamit ke rumah teman itu maksudmu ke dukun?" Tanya Bu Asih.Ifan menggelengkan kepalanya dengan cepat, peluh mulai membasahi keningnya, panik."Fan, Ilmu apa yang sedang kamu pelajari?" Pakde kartono mendekat."Gak belajar ilmu apa-apa kok Pakde" Ifan menepis dengan cepat.Pakde Kartono tersenyum "bener, kamu habis dari dukun." Ifan gelagapan, ia tak dapat membantah lagi, tanpa sadar tadi ia telah mengakui kalau ia baru saja mendatangi dukun."Walah Fan, kamu ngapain ke dukun segala, itu pasti dukun jahat," tegur Bu Asih dengan raut wajah kesal dan sedih, sementara tangan kanannya m

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 8 Sesal Dalam Penyesalan

    "kenapa hendak pergi begitu saja, kau bahkan tidak bertanya tumbal apa yang harus kau siapkan," Mbah Mijan menegur dengan keras."Aku perlu memberikan tumbal juga?" Tanya Ifan panik."Loh, iya." Tegas Mbah Mijan."Mbah aku pikir dua kepala ayam semalam merupakan tumbal" Ifan mengernyitkan dahinya."Iya memang, namun kau harus menyiapkan tumbal untuk pengukuhan dan keselamatan dirimu sendiri," terang Mbah Mijan."Apa Mbah tumbalnya?" Tanya Ifan dengan cemas."Setiap lima tahun sekali, tumbalnya orang orang yang kau kasihi" tukas Mbah Mijan.Ifan membelalakkan matanya, panik "Mbah bercandakan?" Tanyanya.Mbah Mijan menggelengkan kepala "tidak le, Mbah berkata jujur, kau mendapatkan jimat terbaik, bukan hanya menguasai mahluk halus, tapi jimat itu mendatangkan rezeki, dan keberkahan dalam hidupmu, kau akan selalu beruntung dalam segala hal" tukas Mbah Mijan dengan yakin."Mbah, kenapa tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Protes Ifan kesal.Mbah Mijan menduduki kursi kayu dengan perlahan

  • Petaka yang Kuciptakan   Bab 7 Ritual Pertama

    Tujuh hari berlalu, permen pemberian Mbah Mijan pun telah ludes, Ifan berhasil memakannya setiap menjelang tidur, bukan hanya itu Ifan pun berhasil meninggalkan seluruh kegiatan keagamaan, antara merasa senang atau sedih Ifan benar-benar berada di tengah-tengah."Padahal setelah kejadian sepuluh tahun lalu, aku pikir tobat ku akan menjadi tobat yang sebenar-benarnya," celoteh Ifan pada dirinya sendiri sambil menatap tumpukan baju koko miliknya."Sekitar delapan tahun aku rajin membeli baju koko, sajadah dan sarung, harus ku kemanakan semua ini?" Tanya Ifan pada baju-baju yang terlipat dengan rapi itu.Langkahnya terasa berat namun kembali lagi Ifan meyakinkan dirinya menemui mbah Mijan bukanlah pilihan yang buruk."Yuk ifan semangat, kamu harus kembali menjalani kehidupan normal," seru Ifan pada dirinya sendiri "nanti setelah semuanya kembali normal kamu bisa kembali menjadi anak baik," ucapnya lagi."Bu Ifan pamit ya, mau ke rumah teman," ifan berjalan menghampiri Bu Asih.Bu asih me

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 6 Mencari Kedamaian

    Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka ke rumah mbah Mijan.Ifan segera memarkirkan motornya di samping rumah Mbah Mijan, kemudian keduanya bergegas menemui Mbah Mijan yang tengah bersantai di teras rumahnya."Mbah!" sapa Yogi, sembari menyalami Mbah Mijan."Siapa yang kamu bawa itu?" Mbah Mijan melirik kecil ke arah Ifan."Namanya Ifan, Mbah. Teman Yogi," Yogi memperkenalkan Ifan.Ifan mendekat, menyalami Mbah Mijan dengan sopan.Rumah Mbah Mijan terletak di sudut desa, rumah kayu yang sangat kecil dan sudah reyot."Apa tujuanmu kesini?" Tanya Mbah Mijan."Saya ingin meminta jimat pelindung, Mbah. Saya ingin menghentikan teror yang menimpa saya," Jelas Ifan."Mbah Mijan tersenyum kecil, diraihnya bungkusan kecil dari sakunya dan menyerahkan kepada Ifan, Ifan yang kebingungan langsung mengambilnya dan melirik ke arah Yogi, namun Yogi tampak acuh.Mbah Mijan menyerahkan kain kecil yang diikat oleh seutas pelepah daun pisang yang sudah kering."Didalamnya ada p

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 5 Rencana Perjalanan Mencari Jimat

    Ifan kembali ke rumah, mengambil ponsel dan beberapa lembar pakaian, memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya dan bergegas pergi. “Bu, Ifan beberapa hari ke depan menginap di rumah Yogi, ya,” pamit Ifan. “Jangan nak, kamu belum pulih total, kata Pakde Kartono, kamu masih harus terus berada di dalam rumah agar makhluk pengganggu itu bisa benar-benar pergi,” jawab Bu Asih. Ifan menggelengkan kepalanya pelan. “Ibu tenang saja, Ifan akan baik-baik saja,” jawab Ifan santai. Ifan sudah bertekad kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman makhluk gaib yang sering mengganggu. Apa lagi Mima mulai menebarkan terornya. “Baik-baik saja gimana? Ini pertama kali kamu berurusan dengan demit” Bu Asih tak dapat menutupi raut wajah kekhawatirannya. “Bu, percaya sama Ifan ya, Ifan baik-baik saja, Ifan rasa Ifan sudah menemukan jawabannya,” Ifan mencoba menenangkan Bu Asih dengan memberi sedikit pelukan. Bu Asih mengangguk, meski khawatir namun Ifan tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya m

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 4 Memori

    Ifan segera menghentikan laju kendaraannya tak jauh dari area asrama, Ifan menatap tajam ke arah sana, namun semuanya terlihat normal tak terlihat mengerikan sama sekali, asrama itu kini tampak asri tak menakutkan sama sekali bahkan terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang berada di sana, aneh. Beberapa hari lalu saat tubuhnya tiba-tiba berada di asrama ini keadaannya terlihat jauh berbeda, seperti sebuah bangunan asrama zaman dahulu, serta dipenuhi rumput lalang yang menjulang tinggi.Namun, sosok gadis yang sama itu kini tengah berdiri di dekat pintu masuk, kali ini wajahnya terlihat cukup jelas. Terlihat begitu cantik, namun cukup membuat Ifan merinding, sosok itu terus menatap Ifan dengan tajam.Ifan termenung, wanita itu tersenyum kemudian menghilang, bahkan disiang hari ia berani menampakkan diri.Satu pesan masuk ke ponsel Ifan, Ifan segera mengambilnya.'nak, kamu dimana? Cepat pulang, kamu lupa pesan pakdemu?’ Ifan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status