Home / Horor / Petaka yang Kuciptakan / BAB 3 Dari Masa Lalu

Share

BAB 3 Dari Masa Lalu

Author: Zy Faezya
last update Last Updated: 2024-09-12 19:30:45

Ifan tersenyum miris, merasa malu, ia pria muda yang sangat kuat kini tak lebih menyedihkan dari perempuan terlemah sekalipun.

Ifan meyakinkan dirinya sendiri untuk mulai berani jika nanti melihat makhluk tak kasat mata lagi.

Tak lama berselang Ifan merasa haus, ia termenung cukup lama takut kalau akan terjadi hal yang mengerikan lagi, namun semakin lama Ifan tak dapat menahan rasa hausnya, akhirnya iia memberanikan diri keluar kamar, mengambil air minum.

“Pakde pasti akan segera sadar kalau Aku tak ada di kamar dan langsung mencarinya,” Ifan bergumam pelan pada dirinya sendiri, Ifan percaya ia akan baik-baik saja selagi masih ada Pakde Kartono.

Ifan turun dari ranjang, berjalan perlahan, dilihatnya Pakde Kartono tertidur pulas di kursi sofa ruang keluarga, televisi di dinding masih menayangkan sinetron kesayangan bu Asih, namun bu Asih tak terlihat keberadaannya, Ifan berjalan perlahan menuju dapur, dia berhati-hati agar tak menimbulkan suara gaduh dan mengagetkan Pakde Kartono.

Sesampainya di dapur Ifan mengambil secangkir air minum membaca Basmalah kemudian mulai meneguk air itu perlahan hingga tandas, Seusai meletakkan gelas minumnya Ifan berlari kencang menuju kamar tidur.

Ifan kembali berjalan ke arah kamarnya, Pakde Kartono tampak tertidur sangat lelap, bahkan sekarang suara mengorok Pakde Kartono terdengar sangat jelas, Ifan mengendus kesal, “kenapa jadi aku yang jaga Pakde, bukan Pakde yang jaga aku” gerutunya.

Ifan mengedarkan pandangannya ke segala sudut ruangan, jantungnya berdegup ada perasaan waswas.

Berkali-kali ekor matanya menangkap bayangan hitam, namun tiap kali Ifan menatap kearah tersebut bayangan itu langsung hilang.

Ifan kembali membaringkan tubuhnya dan membiarkan lampu kamar tetap menyala terang, ia terdiam dalam keheningan malam yang panjang. “Ibu sudah tidur kali ya,” tanya Ifan pada diri sendiri, ia mulai memejamkan mata.

Malam itu berlalu dengan damai seperti malam-malam terdahulu, Ifan dan seisi rumah melalui malam dengan tenang dan tertidur dengan lelap.

***

Mia yang merasa tubuhnya terasa sakit dan pegal memutuskan untuk berjemur di bawah terik matahari pagi, rasa hangat mulai merasuki tubuhnya dan itu membuatnya merasa jauh lebih baik.

Udara pagi di desa terasa sangat menyegarkan, masih banyak pepohonan yang membuat suasana terlihat asri, setelah sepuluh menit berlalu Mia kembali masuk ke dalam rumah, istirahat sejenak dan segera bergegas mengambil handuk dan mandi, kemudian bersiap.

Bu Lilis membuka pintu kamar Mia, mengulurkan wajahnya ke dalam kamar “Nak, ada Ifan di teras rumah,” panggil Bu Lilis, ibu Mia.

“Loh, kenapa kesini pagi sekali?,” Mia mengernyitkan dahinya.

Bu Lilis menggeleng “ibu kira kamu yang mengundang.”

Mia menggeleng.

“Ya sudah, mungkin dia kangen saja sama kamu,” tebak Bu Lilis.

“Sudah sana, temui saja siapa tahu ada yang penting sampai kesini pagi-pagi,” ucap Bu Lilis, “lagian sudah lama nak Ifan gak main kesini, tadi ibu suruh dia tunggu kamu di ruang tamu, tapi gak mau katanya di teras saja, ya udah ibu buat teh dulu, sana keluar,” perintah Bu Lilis lagi.

Mia mengangguk malas.

Waktu masih menunjukkan pukul 07.30 pagi, Mia membuka jendela kamarnya mempersilahkan sinar mentari pagi menyinari kamar mungilnya, dengan cepat hawa dingin dalam kamar Mia berubah menjadi hangat.

Mia keluar kamarnya dengan menenteng sebungkus makanan ringan, berjalan menghampiri Ifan dengan malas,

Ifan duduk santai di kursi teras menatap ke arah jalan raya, memperhatikan orang yang sibuk berlalu lalang, “ada apa?” tanya Mia begitu ia dan Ifan beradu tatap.

“Aku ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja, beberapa hari ini kamu gak berkabar,” Ifan tersenyum manis, berdiri dan membentangkan kedua tangannya.

Ifan menatap Mia dengan perasaan kagum, Mia terlihat jauh lebih cantik, walau hanya menggunakan kaos putih polos berlengan panjang, rambut Mia yang terurai semakin menambah aura kecantikannya.

Mia tertawa geli “Ada-ada saja, lagi pula aku bukan anak kecil, jadi tidak perlu berpikir yang enggak-enggak” ucapnya.

Ifan menarik nafas panjang.

“Aku beberapa waktu lalu sakit, jadi gak bisa berkabar, maaf ya.”

“Tak apa,” jawab Mia singkat.

“Kamu kenapa?” Ifan mengernyitkan dahinya, kaget dengan sifat ketus Mia.

“Sudah aku katakan aku baik-baik saja?” sentak Mia.

“Kamu begitu cuek dan dingin sama aku.”

“Fan. Sudah ya, masih pagi, jangan merusak suasana,” Mia memicingkan matanya kesal.

“Loh Mi...” Ifan menghentikan ucapannya, Bu Lilis muncul dengan senyum semringah diwajahnya sembari membawa baki berisi dua gelas teh hangat dan sepiring kue ke hadapan Mia dan Ifan “lanjut saja mengobrolnya, ibu tidak menguping kok,” canda Bu Lilis, Ifan terbahak dan Mia hanya tersenyum ketus.

Sepeninggalan Bu Lilis, Ifan mencoba kembali untuk mencairkan suasana, Ifan menangkupkan kedua telapak tangannya ke atas tangan kanan Mia, sembari berkata dengan lembut, “Mia sayang, kamu kenapa sih?”

“Aku capek sama kamu, kita putus saja!” seru Mia ketus.

Sontak saja ucapan Mia sangat mengagetkan Ifan.

“Mi, kamu serius?” Ifan membelalakkan matanya tak percaya

Mia mengangguk.

“Kenapa? Kita bahkan sudah berencana untuk menikahkan? Orang tua kita sudah sepakat juga akan hal itu.” Jelas Ifan.

Ifan seperti tak mengenali sosok Mia yang berada di hadapannya kini, Mia yang lembut manja dan bawel sudah tiada, hanya ada Mia yang ketus dan tak peduli padanya, Mia yang berubah secara tiba-tiba membuat Ifan kebingungan.

Dengan ketus Mia berucap “Itu jadi urusanku, aku yang akan ngomong ke orang tua kita, karena kita belum menikah jadi santai saja gak usah berlebihan,”

Ifan terdiam, Mia seperti enggan memberi Ifan kesempatan untuk berbicara.

“Minum tehnya, lalu pergilah,” seru Mia.

Tanpa suara Ifan meneguk teh dengan kesal.

Ifan kembali meletakkan cangkir tehnya keatas meja dengan keras.

“Apa ada pria lain? Pantas saja kau tak pernah menghubungiku lagi,” cetus Ifan.

Mia tersenyum “tidak ada laki-laki lain, aku hanya ingin kita putus, kita itu gak cocok satu sama lain, jadi gak usah deh kamu ngomong yang aneh-aneh.” Mia segera beranjak dari tempat duduknya dan menutup pintu ruang tamu meninggalkan Ifan seorang diri.

Ifan menggaruk kepalanya yang tak gatal itu dengan amarah, semalam Ifan sempat terpikir apakah Mia telah berubah? Ternyata ketakutannya itu nyata.

Saat hendak meninggalkan rumah Mia, sekilas Ifan melihat sosok wanita yang pernah dilihatnya di depan asrama terbengkalai waktu itu.

Namun saat Ifan memfokuskan pandangannya, sosok tersebut tiba-tiba menghilang.

Bulu kuduk Ifan meremang, ia bergegas berjalan dan segera melajukan motornya dan berlalu meninggalkan rumah Mia dengan berjuta pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.

Ifan memutuskan untuk pergi ke asrama lagi mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena keanehan ini bermula dari sana.

“Sebelum semuanya makin kacau dan aku semakin tak tahu arah, aku harus segera menemukan jawabannya,” Ifan bergumam pelan, ekor matanya menangkap sesosok wanita yang diam terduduk di belakangnya sambil menundukkan pandangan, rambutnya tergerai panjang, Ifan terus memperhatikan dari spion motor dan bruk!

Sebuah kecelakaan tak terelakkan, Ifan jatuh dan terpental dari motornya, ia mengalami kecelakaan tunggal, tak parah, namun cukup membuat luka di beberapa bagian tubuhnya.

Sekelompok pria paruh baya berlari menghampiri Ifan, beberapa membantu Ifan berdiri dan lainnya mengecek kondisi motor Ifan.

“Ada cewek di jok belakang,” ucap Ifan ketakutan pada sekelompok bapak-bapak yang sedang menolongnya.

“Perempuan bagaimana mas?”

“Hantu!” Seru Ifan.

“Ah mas ada-ada saja, ini masih siang mas, masa ada hantu berkeliaran, hantu takut panas mas, takut hitam.” Canda mereka.

“Masnya melamun kali, lagi banyak pikiran ya mas?” Tanya salah satu dari mereka.

Ifan mengangguk

“Nah, tuh dia!” seru mereka beramai-ramai.

Tak ingin membantah, Ifan segera mengucapkan terima kasih bergegas menaiki motornya, ia tak percaya jika itu hanya ilusi semata, semua tampak nyata dan ini bukan pertama kalinya.

Ifan langsung teringat perkataan Pakde Kartono kalau ia tengah menjadi incaran makhluk halus.

Related chapters

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 4 Memori

    Ifan segera menghentikan laju kendaraannya tak jauh dari area asrama, Ifan menatap tajam ke arah sana, namun semuanya terlihat normal tak terlihat mengerikan sama sekali, asrama itu kini tampak asri tak menakutkan sama sekali bahkan terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang berada di sana, aneh. Beberapa hari lalu saat tubuhnya tiba-tiba berada di asrama ini keadaannya terlihat jauh berbeda, seperti sebuah bangunan asrama zaman dahulu, serta dipenuhi rumput lalang yang menjulang tinggi.Namun, sosok gadis yang sama itu kini tengah berdiri di dekat pintu masuk, kali ini wajahnya terlihat cukup jelas. Terlihat begitu cantik, namun cukup membuat Ifan merinding, sosok itu terus menatap Ifan dengan tajam.Ifan termenung, wanita itu tersenyum kemudian menghilang, bahkan disiang hari ia berani menampakkan diri.Satu pesan masuk ke ponsel Ifan, Ifan segera mengambilnya.'nak, kamu dimana? Cepat pulang, kamu lupa pesan pakdemu?’ Ifan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana dan

    Last Updated : 2024-09-12
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 5 Rencana Perjalanan Mencari Jimat

    Ifan kembali ke rumah, mengambil ponsel dan beberapa lembar pakaian, memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya dan bergegas pergi. “Bu, Ifan beberapa hari ke depan menginap di rumah Yogi, ya,” pamit Ifan. “Jangan nak, kamu belum pulih total, kata Pakde Kartono, kamu masih harus terus berada di dalam rumah agar makhluk pengganggu itu bisa benar-benar pergi,” jawab Bu Asih. Ifan menggelengkan kepalanya pelan. “Ibu tenang saja, Ifan akan baik-baik saja,” jawab Ifan santai. Ifan sudah bertekad kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman makhluk gaib yang sering mengganggu. Apa lagi Mima mulai menebarkan terornya. “Baik-baik saja gimana? Ini pertama kali kamu berurusan dengan demit” Bu Asih tak dapat menutupi raut wajah kekhawatirannya. “Bu, percaya sama Ifan ya, Ifan baik-baik saja, Ifan rasa Ifan sudah menemukan jawabannya,” Ifan mencoba menenangkan Bu Asih dengan memberi sedikit pelukan. Bu Asih mengangguk, meski khawatir namun Ifan tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya m

    Last Updated : 2024-09-12
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 6 Mencari Kedamaian

    Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka ke rumah mbah Mijan.Ifan segera memarkirkan motornya di samping rumah Mbah Mijan, kemudian keduanya bergegas menemui Mbah Mijan yang tengah bersantai di teras rumahnya."Mbah!" sapa Yogi, sembari menyalami Mbah Mijan."Siapa yang kamu bawa itu?" Mbah Mijan melirik kecil ke arah Ifan."Namanya Ifan, Mbah. Teman Yogi," Yogi memperkenalkan Ifan.Ifan mendekat, menyalami Mbah Mijan dengan sopan.Rumah Mbah Mijan terletak di sudut desa, rumah kayu yang sangat kecil dan sudah reyot."Apa tujuanmu kesini?" Tanya Mbah Mijan."Saya ingin meminta jimat pelindung, Mbah. Saya ingin menghentikan teror yang menimpa saya," Jelas Ifan."Mbah Mijan tersenyum kecil, diraihnya bungkusan kecil dari sakunya dan menyerahkan kepada Ifan, Ifan yang kebingungan langsung mengambilnya dan melirik ke arah Yogi, namun Yogi tampak acuh.Mbah Mijan menyerahkan kain kecil yang diikat oleh seutas pelepah daun pisang yang sudah kering."Didalamnya ada p

    Last Updated : 2024-10-07
  • Petaka yang Kuciptakan   Bab 7 Ritual Pertama

    Tujuh hari berlalu, permen pemberian Mbah Mijan pun telah ludes, Ifan berhasil memakannya setiap menjelang tidur, bukan hanya itu Ifan pun berhasil meninggalkan seluruh kegiatan keagamaan, antara merasa senang atau sedih Ifan benar-benar berada di tengah-tengah."Padahal setelah kejadian sepuluh tahun lalu, aku pikir tobat ku akan menjadi tobat yang sebenar-benarnya," celoteh Ifan pada dirinya sendiri sambil menatap tumpukan baju koko miliknya."Sekitar delapan tahun aku rajin membeli baju koko, sajadah dan sarung, harus ku kemanakan semua ini?" Tanya Ifan pada baju-baju yang terlipat dengan rapi itu.Langkahnya terasa berat namun kembali lagi Ifan meyakinkan dirinya menemui mbah Mijan bukanlah pilihan yang buruk."Yuk ifan semangat, kamu harus kembali menjalani kehidupan normal," seru Ifan pada dirinya sendiri "nanti setelah semuanya kembali normal kamu bisa kembali menjadi anak baik," ucapnya lagi."Bu Ifan pamit ya, mau ke rumah teman," ifan berjalan menghampiri Bu Asih.Bu asih me

    Last Updated : 2024-10-08
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 8 Sesal Dalam Penyesalan

    "kenapa hendak pergi begitu saja, kau bahkan tidak bertanya tumbal apa yang harus kau siapkan," Mbah Mijan menegur dengan keras."Aku perlu memberikan tumbal juga?" Tanya Ifan panik."Loh, iya." Tegas Mbah Mijan."Mbah aku pikir dua kepala ayam semalam merupakan tumbal" Ifan mengernyitkan dahinya."Iya memang, namun kau harus menyiapkan tumbal untuk pengukuhan dan keselamatan dirimu sendiri," terang Mbah Mijan."Apa Mbah tumbalnya?" Tanya Ifan dengan cemas."Setiap lima tahun sekali, tumbalnya orang orang yang kau kasihi" tukas Mbah Mijan.Ifan membelalakkan matanya, panik "Mbah bercandakan?" Tanyanya.Mbah Mijan menggelengkan kepala "tidak le, Mbah berkata jujur, kau mendapatkan jimat terbaik, bukan hanya menguasai mahluk halus, tapi jimat itu mendatangkan rezeki, dan keberkahan dalam hidupmu, kau akan selalu beruntung dalam segala hal" tukas Mbah Mijan dengan yakin."Mbah, kenapa tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Protes Ifan kesal.Mbah Mijan menduduki kursi kayu dengan perlahan

    Last Updated : 2024-10-10
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 9 Rumah Pakde Kartono

    "kamu habis dari mana? Kenapa banyak aura gelap mengikuti kamu?" Tandas Pakde Kartono pada Ifan yang baru saja memarkirkan motornya dihalaman rumah Pakde Kartono.Ifan berdiri mematung, berusaha mencari alasan yang jelas."Aura gelap apa kang?" Bu Asih panik."Ifan seperti orang yang habis berguru pada dukun" jawab Pakde Kartono blak-blakan.Bu Asih membelalakkan matanya tak percaya."Yang bener Fan, kamu pamit ke rumah teman itu maksudmu ke dukun?" Tanya Bu Asih.Ifan menggelengkan kepalanya dengan cepat, peluh mulai membasahi keningnya, panik."Fan, Ilmu apa yang sedang kamu pelajari?" Pakde kartono mendekat."Gak belajar ilmu apa-apa kok Pakde" Ifan menepis dengan cepat.Pakde Kartono tersenyum "bener, kamu habis dari dukun." Ifan gelagapan, ia tak dapat membantah lagi, tanpa sadar tadi ia telah mengakui kalau ia baru saja mendatangi dukun."Walah Fan, kamu ngapain ke dukun segala, itu pasti dukun jahat," tegur Bu Asih dengan raut wajah kesal dan sedih, sementara tangan kanannya m

    Last Updated : 2024-10-17
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 10 Detak Retak

    Yogi merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, ia larut dalam lamunan, obrolannya bersama Ifan tadi siang benar-benar membuat ia terus terpikir akan Mima, meski tak akrab dengan Mima, sepengetahuan Yogi Mima adalah gadis cantik yang pendiam juga pemalu, Yogi beberapa kali bertemu Mima saat sedang bersama Ifan dahulu, bahkan Yogi sempat beberapa kali menggoda Ifan kalau Mima terlalu cantik, jadi tak akan cocok dengannya.Yogi langsung menepis pikiran buruknya cepat-cepat."Mana mungkin Ifan bunuh Mima, pikiran macam apa ini," Yogi menggelengkan kepala.Deg, jantung Ifan berdegup kencang. Tampak sangat nyata Mima menampakkan wujudnya di depan Yogi, walau hanya beberapa detik Yogi yakin sekali kalau sosok itu adalah Mima, sosok yang baru saja dipikirkan dan disebut namanya.Bulu kuduk Yogi meremang bagaimana tidak, ini pertama kalinya Yogi melihat penampakan selain penampakan ayahnya, yang bahkan sosok ayah tak berani muncul lagi sejak Yogi menggunakan kalung jimat dari Mbah Mija

    Last Updated : 2024-10-17
  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 11 Dihantui

    Sampailah mereka di rumah Adip dan Adit, rumah si kembar yang sudah lama dijadikan markas oleh mereka, apa lagi kini Adip dan Adit hanya tinggal berdua saja, sejak kedua orang tua mereka bekerja diluar negeri.Ifan menarik nafas dalam-dalam, ia bersiap kalau-kalau ia akan mendapat bogem mentah dari rekan-rekannya, Miko menelungkup kedua tangan ke wajahnya."Kau ngomong apa ke Yogi?" Selidik Adit."Aku gak ngomong apa-apa," Ifan menggeleng dengan keras, bagaimana mungkin semudah itu Yogi membahas tentang dirinya kepada Miko dan gengnya."Semalam Yogi menanyakan perihal Mima," Miko mencengkram erat kerah baju Ifan.Ifan memberontak dan terjatuh. "Yogi memang sempat menanyakan soal Mima, apa lagi hilangnya Mima tidak diketahui sampai sekarang, Yogi hanya penasaran Mima masih hidup atau nggak," Ifan beralasan.Miko berbalik, sepertinya cukup percaya dengan kebohongan yang dilayangkan oleh Ifan."Kenapa dia jadi penasaran soal Mima?" Adip bertanya-tanya.Semua orang terdiam, kekerasan yan

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 12 Usaha Mengubur Kenangan Lama

    Ifan melangkah dengan gontai memasuki kamarnya, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga.Perlahan Ifan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia terdiam sembari memandangi langit-langit kamar, tak lama ia memiringkan kepalanya ke arah kiri, menatap foto polaroid dirinya yang menempel berjejer di dinding kamarnya, foto dari Ifan SD sampai Ifan Wisuda sarjana, senyumnya mengembang, Ifan terlihat sangat bahagia pada semua foto itu.Sangat tengah sibuk memandangi foto kenangan Ifan merasa asa yang duduk di sudut ranjangnya, ujung kaki Ifan bahkan menyentuhnya, Ifan dengan cepat melihat kearah kakinya, memastikan siapa yang datang, dan betapa terkejutnya Ifan, yang duduk di dekatnya adalah sosok Mima dan di samping Mima ada sosok Wanita dengan rambut terurai menutup seluruh wajahnya.Ifan tak mampu menggerakkan tubuhnya, lidahnya kelu, ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.Ifan berusaha memberontak namun tetap saja ia tak mampu melakukan apa-apa, matanya tak bisa lepas dari menatap Mi

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 11 Dihantui

    Sampailah mereka di rumah Adip dan Adit, rumah si kembar yang sudah lama dijadikan markas oleh mereka, apa lagi kini Adip dan Adit hanya tinggal berdua saja, sejak kedua orang tua mereka bekerja diluar negeri.Ifan menarik nafas dalam-dalam, ia bersiap kalau-kalau ia akan mendapat bogem mentah dari rekan-rekannya, Miko menelungkup kedua tangan ke wajahnya."Kau ngomong apa ke Yogi?" Selidik Adit."Aku gak ngomong apa-apa," Ifan menggeleng dengan keras, bagaimana mungkin semudah itu Yogi membahas tentang dirinya kepada Miko dan gengnya."Semalam Yogi menanyakan perihal Mima," Miko mencengkram erat kerah baju Ifan.Ifan memberontak dan terjatuh. "Yogi memang sempat menanyakan soal Mima, apa lagi hilangnya Mima tidak diketahui sampai sekarang, Yogi hanya penasaran Mima masih hidup atau nggak," Ifan beralasan.Miko berbalik, sepertinya cukup percaya dengan kebohongan yang dilayangkan oleh Ifan."Kenapa dia jadi penasaran soal Mima?" Adip bertanya-tanya.Semua orang terdiam, kekerasan yan

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 10 Detak Retak

    Yogi merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, ia larut dalam lamunan, obrolannya bersama Ifan tadi siang benar-benar membuat ia terus terpikir akan Mima, meski tak akrab dengan Mima, sepengetahuan Yogi Mima adalah gadis cantik yang pendiam juga pemalu, Yogi beberapa kali bertemu Mima saat sedang bersama Ifan dahulu, bahkan Yogi sempat beberapa kali menggoda Ifan kalau Mima terlalu cantik, jadi tak akan cocok dengannya.Yogi langsung menepis pikiran buruknya cepat-cepat."Mana mungkin Ifan bunuh Mima, pikiran macam apa ini," Yogi menggelengkan kepala.Deg, jantung Ifan berdegup kencang. Tampak sangat nyata Mima menampakkan wujudnya di depan Yogi, walau hanya beberapa detik Yogi yakin sekali kalau sosok itu adalah Mima, sosok yang baru saja dipikirkan dan disebut namanya.Bulu kuduk Yogi meremang bagaimana tidak, ini pertama kalinya Yogi melihat penampakan selain penampakan ayahnya, yang bahkan sosok ayah tak berani muncul lagi sejak Yogi menggunakan kalung jimat dari Mbah Mija

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 9 Rumah Pakde Kartono

    "kamu habis dari mana? Kenapa banyak aura gelap mengikuti kamu?" Tandas Pakde Kartono pada Ifan yang baru saja memarkirkan motornya dihalaman rumah Pakde Kartono.Ifan berdiri mematung, berusaha mencari alasan yang jelas."Aura gelap apa kang?" Bu Asih panik."Ifan seperti orang yang habis berguru pada dukun" jawab Pakde Kartono blak-blakan.Bu Asih membelalakkan matanya tak percaya."Yang bener Fan, kamu pamit ke rumah teman itu maksudmu ke dukun?" Tanya Bu Asih.Ifan menggelengkan kepalanya dengan cepat, peluh mulai membasahi keningnya, panik."Fan, Ilmu apa yang sedang kamu pelajari?" Pakde kartono mendekat."Gak belajar ilmu apa-apa kok Pakde" Ifan menepis dengan cepat.Pakde Kartono tersenyum "bener, kamu habis dari dukun." Ifan gelagapan, ia tak dapat membantah lagi, tanpa sadar tadi ia telah mengakui kalau ia baru saja mendatangi dukun."Walah Fan, kamu ngapain ke dukun segala, itu pasti dukun jahat," tegur Bu Asih dengan raut wajah kesal dan sedih, sementara tangan kanannya m

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 8 Sesal Dalam Penyesalan

    "kenapa hendak pergi begitu saja, kau bahkan tidak bertanya tumbal apa yang harus kau siapkan," Mbah Mijan menegur dengan keras."Aku perlu memberikan tumbal juga?" Tanya Ifan panik."Loh, iya." Tegas Mbah Mijan."Mbah aku pikir dua kepala ayam semalam merupakan tumbal" Ifan mengernyitkan dahinya."Iya memang, namun kau harus menyiapkan tumbal untuk pengukuhan dan keselamatan dirimu sendiri," terang Mbah Mijan."Apa Mbah tumbalnya?" Tanya Ifan dengan cemas."Setiap lima tahun sekali, tumbalnya orang orang yang kau kasihi" tukas Mbah Mijan.Ifan membelalakkan matanya, panik "Mbah bercandakan?" Tanyanya.Mbah Mijan menggelengkan kepala "tidak le, Mbah berkata jujur, kau mendapatkan jimat terbaik, bukan hanya menguasai mahluk halus, tapi jimat itu mendatangkan rezeki, dan keberkahan dalam hidupmu, kau akan selalu beruntung dalam segala hal" tukas Mbah Mijan dengan yakin."Mbah, kenapa tidak mengatakan hal ini sejak awal?" Protes Ifan kesal.Mbah Mijan menduduki kursi kayu dengan perlahan

  • Petaka yang Kuciptakan   Bab 7 Ritual Pertama

    Tujuh hari berlalu, permen pemberian Mbah Mijan pun telah ludes, Ifan berhasil memakannya setiap menjelang tidur, bukan hanya itu Ifan pun berhasil meninggalkan seluruh kegiatan keagamaan, antara merasa senang atau sedih Ifan benar-benar berada di tengah-tengah."Padahal setelah kejadian sepuluh tahun lalu, aku pikir tobat ku akan menjadi tobat yang sebenar-benarnya," celoteh Ifan pada dirinya sendiri sambil menatap tumpukan baju koko miliknya."Sekitar delapan tahun aku rajin membeli baju koko, sajadah dan sarung, harus ku kemanakan semua ini?" Tanya Ifan pada baju-baju yang terlipat dengan rapi itu.Langkahnya terasa berat namun kembali lagi Ifan meyakinkan dirinya menemui mbah Mijan bukanlah pilihan yang buruk."Yuk ifan semangat, kamu harus kembali menjalani kehidupan normal," seru Ifan pada dirinya sendiri "nanti setelah semuanya kembali normal kamu bisa kembali menjadi anak baik," ucapnya lagi."Bu Ifan pamit ya, mau ke rumah teman," ifan berjalan menghampiri Bu Asih.Bu asih me

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 6 Mencari Kedamaian

    Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka ke rumah mbah Mijan.Ifan segera memarkirkan motornya di samping rumah Mbah Mijan, kemudian keduanya bergegas menemui Mbah Mijan yang tengah bersantai di teras rumahnya."Mbah!" sapa Yogi, sembari menyalami Mbah Mijan."Siapa yang kamu bawa itu?" Mbah Mijan melirik kecil ke arah Ifan."Namanya Ifan, Mbah. Teman Yogi," Yogi memperkenalkan Ifan.Ifan mendekat, menyalami Mbah Mijan dengan sopan.Rumah Mbah Mijan terletak di sudut desa, rumah kayu yang sangat kecil dan sudah reyot."Apa tujuanmu kesini?" Tanya Mbah Mijan."Saya ingin meminta jimat pelindung, Mbah. Saya ingin menghentikan teror yang menimpa saya," Jelas Ifan."Mbah Mijan tersenyum kecil, diraihnya bungkusan kecil dari sakunya dan menyerahkan kepada Ifan, Ifan yang kebingungan langsung mengambilnya dan melirik ke arah Yogi, namun Yogi tampak acuh.Mbah Mijan menyerahkan kain kecil yang diikat oleh seutas pelepah daun pisang yang sudah kering."Didalamnya ada p

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 5 Rencana Perjalanan Mencari Jimat

    Ifan kembali ke rumah, mengambil ponsel dan beberapa lembar pakaian, memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya dan bergegas pergi. “Bu, Ifan beberapa hari ke depan menginap di rumah Yogi, ya,” pamit Ifan. “Jangan nak, kamu belum pulih total, kata Pakde Kartono, kamu masih harus terus berada di dalam rumah agar makhluk pengganggu itu bisa benar-benar pergi,” jawab Bu Asih. Ifan menggelengkan kepalanya pelan. “Ibu tenang saja, Ifan akan baik-baik saja,” jawab Ifan santai. Ifan sudah bertekad kuat untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman makhluk gaib yang sering mengganggu. Apa lagi Mima mulai menebarkan terornya. “Baik-baik saja gimana? Ini pertama kali kamu berurusan dengan demit” Bu Asih tak dapat menutupi raut wajah kekhawatirannya. “Bu, percaya sama Ifan ya, Ifan baik-baik saja, Ifan rasa Ifan sudah menemukan jawabannya,” Ifan mencoba menenangkan Bu Asih dengan memberi sedikit pelukan. Bu Asih mengangguk, meski khawatir namun Ifan tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya m

  • Petaka yang Kuciptakan   BAB 4 Memori

    Ifan segera menghentikan laju kendaraannya tak jauh dari area asrama, Ifan menatap tajam ke arah sana, namun semuanya terlihat normal tak terlihat mengerikan sama sekali, asrama itu kini tampak asri tak menakutkan sama sekali bahkan terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang berada di sana, aneh. Beberapa hari lalu saat tubuhnya tiba-tiba berada di asrama ini keadaannya terlihat jauh berbeda, seperti sebuah bangunan asrama zaman dahulu, serta dipenuhi rumput lalang yang menjulang tinggi.Namun, sosok gadis yang sama itu kini tengah berdiri di dekat pintu masuk, kali ini wajahnya terlihat cukup jelas. Terlihat begitu cantik, namun cukup membuat Ifan merinding, sosok itu terus menatap Ifan dengan tajam.Ifan termenung, wanita itu tersenyum kemudian menghilang, bahkan disiang hari ia berani menampakkan diri.Satu pesan masuk ke ponsel Ifan, Ifan segera mengambilnya.'nak, kamu dimana? Cepat pulang, kamu lupa pesan pakdemu?’ Ifan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status