Home / Romansa / Bukan Siti Nurbaya / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Siti Nurbaya: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

Bab 41

Sebenarnya, aku tak jauh beda dengan si kecil di pangkuan ini. Ngantuk, ingin tidur. Tapi apalah daya, aku sekuat tenaga untuk menahan kantuk ini. Jika sampai tertidur, bisa bisa Rayyan jatuh dari pangkuanku."Ngantuk? Rayyan dipindah belakang aja ya?" Tawar Rendra, dan kujawab gelengan. Aku tak mau tidur pulas Rayyan terganggu."Kita langsung ke rumah bunda aja ya. Nanti Damar pasti juga anterin Risa ke rumah." Usul Rendra."Tapi aku pengen mandi trus tidur." Gumamku yang pasti masih bisa didengar Rendra."Khan di rumah bunda juga bisa. Nanti bisa pakai baju ganti Risa. Oke?" Ucap Rendra lagi."Heemm!" Jawabku sambil mengangguk anggukkan kepala beberapa kali.Setelah sekitar dua jam perjalanan, kami pun sampai di rumah kedua orang tua Rendra. ""Assalamualaikum!" Ucapku dan Rendra bersamaan. Aku berjalan masuk di samping Rendra yang tengah menggendong Rayyan yang masih pulas dalam tidurnya."Waalaikumsalam!" Terdengar suara jawaban dari dalam rumah. Dari suaranya, aku sangat familiar
Read more

Bab 42

Setelah 2 minggu berada di Jakarta, Rendra akhirnya pulang ke Solo. Ia mampir mengunjungiku di butik, dalam perjalanan pulang dari bandara Adi Sumarmo ke rumahnya. Seperti biasanya, ia membawakanku oleh oleh yang cukup banyak. Camilan manis favoritku. Ia juga memberitahukanku tentang rencana untuk ke Jogja mengunjungi kedua orang tuaku meminta restu kepada mereka. Rendra menepati ucapannya sebelum berangkat ke Jakarta tempo itu. Dua hari lagi, itulah rencana keberangkatan kami. Tak lupa, ia juga memintaku untuk menyiapkan diri. Aku memang butuh menyiapkan diri, terutama mental, untuk menemui orang tuaku. Tapi bukankah Rendra dan keluarganya yang harus lebih menyiapkan diri dibanding diriku? Karena aku telah terbiasa dengan sikap mereka padaku, meskipun tetap meninggalkan sakit di hati. Sedangkan Rendra dan keluarganya, ini kali pertama bagi mereka bertemu orang tuaku. Aku takut mereka shock!Kami berangkat ke Jogja ba’da Ashar. Keluarga lengkap Rendra ikut ke Jogja, Bunda, Ayah Rendra
Read more

Bab 43

Bunda menggenggam erat kedua telapak tanganku yang saling bertautan. Kuberanikan diri menatapnya. Masih seperti biasanya, ia memberikanku senyuman manisnya. Menyalurkan sedikit semangat untukku. Tatapannya seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik baik saja. Aku mencoba untuk terus memompa optimisme di hati. Risa menggendong Rayyan keluar ruang tamu menuju taman. Pak Heryawan yang menyuruhnya. Pasti orang tua Rendra sudah memprediksi apa yang akan terjadi. Dan mereka tak mau Rayyan ikut menyaksikan semuanya.“Perkenalkan, nama saya Rendra. Dan ini, ayah dan bunda saya. Kami kesini berniat untuk meminta doa dan restu untuk pernikahan saya dan Rena.” Rendra berbicara dengan lembut, meskipun menghadapi tatapan datar dari keluargaku. Bahkan ucapannya pun dipotong oleh mbah kakung.“Apa!” mbah kakung bersuara dengan lantang. Tak lupa tatapan tajamnya.“Sebulan yang lalu, saya sudah melamar Rena di Solo, di hadapan keluarga eyang Raharjo. Dan sekarang kami ke
Read more

Bab 44

“Berani kamu melawan bapak, mas!” Bentak ibu. Bapak tak terlihat seperti biasanya ketika ibu membentak. Raut wajah bapak menunjukkan ketegasan.“Selama ini, aku sudah mengalah padamu Ratih. Selalu mengalah. Dalam hal apapun. Aku harap itu akan membuatmu berpikir. Namun nyatanya, tidak! Hari hari kamu selalu menyalahkanku. Betapa menyesalnya kamu menikah denganku. Bagimu aku adalah penyebabmu membangkang. Aku melakukan segalanya untuk bapakmu. Bahkan aku rela meninggalkan keluargaku sendiri, demi kalian. Tapi kamu dan bapakmu tak pernah menganggapku. Tak apa kalian memperlakukanku seperti budak. Tapi Rena, dia putriku. Aku ingin dia bahagia tanpa beban. Aku ingin dia bebas dari kekangan kalian. Cukup lampiaskan semua amarahmu dan bapak padaku. Sudah cukup kalian libatkan Rena. Lagipula pak, bagaimanapun juga, Rena pernah menjadi cucu kesayangan anda.” Bapak berucap dengan mata berkaca kaca. Selama ini, yang kutahu, bapak adalah suami yang terlalu bucin terhadap istrinya
Read more

Bab 45

Aku menyeka air mataku dan membersihkan bekas bekas air mata dengan tisu basah yang kubawa. Setelah puas menangis. Berpura pura tegar dan baik baik saja itu, ternyata sangat melelahkan!Mobil berhenti di parkiran sebuah resto. Resto yang tak asing untukku. Resto Angsana, tempat favorit aku dan ketiga sahabat bersantai di akhir pekan. Rendra membukakan pintu mobil dan mengajakku turun. Yang lainnya sudah turun terlebih dahulu. Sebelum masuk ke resto, aku meminta tolong Rendra memotretku di depan resto ini. Untuk kugunakan update story. Aku ingin menunjukkan pada bapak, aku bahagia. Dan mulai hari ini, sudah kuputuskan, aku akan menunjukkan pada ibu dan mbah kakung, seperti apa orang yang telah mereka hina. Akan kutunjukkan, bahwa pilihanku sendiri, mampu membuatku bahagia, bukan menderita seperti yang mereka ucapkan.“Rena, sedang di Jogjakah?” Pesan Whatsapp dari Santi yang baru saja kubaca.“Masih lama tidak? Aku ke sana ya?” Pesan berikutnya.“O
Read more

Bab 46

“Mas Rendra berpesan, katanya mbak Rena nggak boleh dekat dekat dapur. Nanti kebakaran.” Celetuk mbak Siti. Ia kemudian menutup mulutnya dengan tangan kiri setelah mendapat tatapan tajam dari nenek. Wajahku seketika memerah menahan malu. Bagaimana bisa Rendra berkata seperti itu. Harusnya khan, ketidakmampuanku dengan urusan dapur cukup menjadi rahasia kami.“Maaf, Nek” Seruku.“Nggak apa apa. Rendra itu butuh istri. Bukan koki.” Ucap nenek dengan bijak. Terdengar langkah kaki mendekat ke arahku. Aku pun menoleh, ingin tahu siapakah gerangan yang datang. Ternyata Rendra. Begitu tahu dia yang datang, aku langsung mengubah ekspresi wajahku. Yang tadinya merasa bersalah menjadi cemberut dan jengkel.“Kenapa sih? Kok wajahnya cemberut gini?” Tanya Rendra setelah sampai di sampingku sambil mengelus elus puncak kepalaku.“Kenapa sih Nek?” Rendra beralih ke neneknya karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Siti keceplosan tadi. Soal
Read more

Bab 47

Rendra tampak terkejut dengan kelakuan wanita itu. Sama sepertiku. Tapi aku berusaha untuk pura pura tak melihat aksi wanita itu. Pura pura fokus dengan gawai di tangan.“Apa apaan sih loe!” Bentak Rendra sambil melepaskan tangan wanita itu. Membuatku mengalihkan pandangan dari gawai ke dirinya dan wanita itu. Ini pertama kalinya aku mendengar Rendra berbicara dengan nada tinggi.“Rendra, gue khan kangen banget. “ Ucap wanita itu dengan suara manja dibuat buat. Membuatku muak. Tak lama setelah kedatangan wanita itu yang tiba tiba, datang serombongan orang yang lainnya. Sebagian dari orang orang yang datang itu, sepertinya model, dilihat dari postur tubuhnya dan juga tingginya.“Eh, bos. Sudah datang rupanya. Belum lama kan nunggunya?” Ucap seorang lelaki yang menghampiri Rendra kemudian menyalaminya. Disusul yang lainnya. Mereka juga tampak menyalami Rendra. Rendra membalas uluran tangan mereka semua dengan datar, tanpa suara maupun ekspresi. Ren
Read more

Bab 48

“Tumben sekali, kamu mudah akrab dengan orang asing, sayang?” Sindir Rendra. Ia berucap sambil mengelus pucuk kepalaku.“Bos!” Panggil mas Edwin sambil mengisyaratkan untuk melepaskan Maya. Aku terpaksa melepaskan wanita itu saat Rendra memegang tanganku lembut. Begitu kulepaskan, wanita itu langsung menangis meraung raung tanpa malu. Mungkin agar orang orang berpikir, ia wanita yang kuzolimi. Sambil tetap menangis, Maya beranjak dari duduk dan melemparkan tubuh berharap jatuh di pelukan Rendra. Tapi sayangnya, Rendra dengan sigap, malah menghindarinya. Alhasil wanita itu bukannya mendapat pelukan hangat Rendra, malah dengan terpaksa mencium lantai keramik yang super keras dan dingin itu.“Ha ha ha..” Tawaku lepas begitu saja. Bukannya aku tidak simpati dengan Maya, tapi kejadian ini benar benar lucu untukku. Jadi aku tak bisa menahan tawaku. Dan beberapa model yang kulihat terintimidasi dengan keberadaan Maya tampak tersenyum puas meski tak tertawa.“Itu
Read more

49

Berjalan menuju ke arah parkiran dengan tergesa, aku kemudian duduk di kursi taman yang berada tak jauh darinya. Aku tak mau tahu dan tak peduli akan apa yang akan terjadi, maupun yang sedang terjadi di dalam sana. Kurasakan getaran dari saku tas selempangku. Kuambil gawai yang tadi kusimpan di sana. Kulihat ada pesan yang masuk dan beberapa kali pangilan tak terjawab. Dari bapak. Bapak? Aku sedikit terkejut. Tak biasanya bapak menghubungiku. Karena pastinya ibu selalu melarang beliau untuk berkomunikasi denganku. Segera kubuka pesan yang beliau kirimkan. Terus terang aku sangat penasaran ‘ada apa’.“Nduk, bapak ada di Solo, bisa ketemuan sebentar?” Pesan yang ditulis bapak. Tak ingin membuang waktu, aku segera menelpon beliau. Satu panggilan langsung terhubung.“Assalamualaikum, nduk” Terdengar suara bapak mengucap salam begitu panggilan tersambung.“Waalaikumsalam, pak. Bapak sudah di Solo? Ke rumah eyang?” Tanyaku tak sabaran.“Iya, bisa kita
Read more

Bab 50

Tidak ada siapapun yang menghendaki perceraian. Tapi bagaimana jika perceraian merupakan jalan terbaik yang harus diambil?“Apa sudah tidak ada jalan lain?” Tanya eyang uti. Meski ibu bukanlah menantu yang baik apalagi berbakti, eyang sebagai ibu tetaplah tak menginginkan adanya perceeraian.“Ratih sendiri yang meminta talak, bu. Pernikahan kami, sudah tidak sehat sejak awal. Tapi saya tetap bertahan di sisinya karena saya memang sudah berjanji, untuk tak akan pernah meninggalkannya kecuali dia sendiri yang memintanya. Dan selain karena janji tersebut, alasan saya tetap bertahan adalah Rena. Saya tak mungkin meninggalkan Rena sendirian di keluarga itu. Itulah kenapa, saya rela melakukan apapun kemauan Ratih. Saya takut Ratih menyuruh saya pergi, padahal Rena masih di keluarga itu.” Ucap bapak seraya menahan air mata.“Saya telah salah membuat keputusan. Tapi saya tak mau Rena menanggung akibat kesalahan saya, bu.” Lanjut bapak. Kupeluk erat lelaki di sampingku ini.“Rena minta maaf pa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status