Seluruh ruangan diwarnai bias kebahagiaan. Bram bersyukur dengan keadaan keluarganya yang sudah bisa seperti sekarang ini. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi."Kak Vanya, tetap yang paling cantik di antara kami bertiga," ujar Sony."Iya, dong," jawab Vanya dengan bangga dan senyum mengembang. Tatapannya tak beralih dari wajah mungil yang dulu tidak diharapkannya. Tapi sekarang dia sangat menyukainya."Adeknya dikasih nama siapa, Pa?" tanya Sony memandang sang papa."Ibrahim Tri Bramasta. Kita panggil dia A'im.""Keren," jawab Sony sambil tersenyum. ***L***Pagi itu, Dikri berkemas-kemas di ruang perawatan papanya. Pak Maksum sudah boleh pulang. Dikri sudah selesai memberesi administrasinya."Dik, setelah papa istirahat beberapa hari di rumah. Papa izin mau ke Surabaya." Pak Maksum bicara hati-hati pada putranya."Ke Surabaya untuk apa, Pa?""Ada teman papa yang nawarin pekerjaan.""Kerja apa?""Bantu dia ngawasi proyek perumahan di Surabaya. Papa harus kerja, Dik. Seadanya. Papa
Read more