All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 171 - Chapter 180

208 Chapters

171. Setelah Bertemu 2

Sementara suasana kian gelap karena hujan dan senja yang telah mengambang. Perjalanan tidak bisa lancar karena banyaknya kendaraan berat pengangkut pasir yang menyebabkan kemacetan."Sebelum ke Girirejo, antar papa bertemu mamamu dulu, Dik." Pak Maksum bicara setelah mobil memasuki wilayah kota kelahirannya.Dikri hanya mengangguk. Beberapa menit kemudian, mobil berbelok di sebuah masjid pinggir jalan. "Kita mampir sholat maghrib dulu, Pa."Mereka turun, mengambil wudhu, dan duduk untuk menunggu salat berjamaah, tanpa percakapan. Dikri tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan permasalahan kedua orang tuanya. Sang mama tampaknya sudah tawar hati. Sudah fokus menikmati hidupnya yang mulai tertata dengan ibadah dan memperbaiki diri. Menghindari teman-teman sosialitanya yang masih sering datang ke rumah. Ada dua orang yang masih setia mengunjunginya. Membawakan buah dan berbagai makanan untuk mereka santap bersama sembari ngobrol.Ternyata mereka juga tidak sebahagia itu. Meski tetap bisa
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

172. Setelah Bertemu 3

Bram membantu melepaskan mukena sang istri. Setelah kehamilannya membesar, Puspa memang kesulitan untuk menunduk. Juga semakin sering merasa lelah. Tiba-tiba ia tersenyum kecil ketika merasakan bayi mereka bergerak di dalam perut."Dia nendang lagi?" Bram ikut mengusap permukaan perut sang istri."Iya. Aktif banget sekarang." Puspa dibantu duduk oleh Bram. Bersandar di kepala ranjang."Bulan depan Dita nikahan, Mas. Kira-kira kita bisa datang nggak, ya?" Terlihat Puspa menatap penuh harap pada sang suami. Tapi ia sedang hamil delapan bulan, mana mungkin Bram akan mengizinkannya perjalanan jarak jauh."Kamu ingin datang?""Aku ikut saja keputusan, Mas Bram."Mereka saling pandang. Wajah sang suami menunjukkan raut keberatan. "Kalau kita tidak bisa datang, pasti Dita mengerti, kan?""Iya. Dia tahu aku sedang hamil tua." Puspa sebenarnya sedih, tapi ia paham kekhawatiran sang suami."Kita telepon dan mengirimkan kado saja. Nanti setelah anak kita bisa diajak perjalanan jauh, kita pergi k
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

173. Harapan Seorang Pendosa 1

PERNIKAHAN- Harapan Seorang PendosaSenyum haru terbit saat bayi umur lima bulan menoleh dan diam memperhatikan. Melepaskan botol susu yang dipegangnya. Pak Maksum menyentuh tangan kecilnya Denny yang menggemaskan."Ini Kakek, Denny," ujar Indah.Denny masih diam. Matanya yang bulat bening memandang bergantian antara Pak Maksum dan mamanya."Ini Kakek," Indah mengulang.Pak Maksum mengulurkan tangan untuk meraih sang cucu. Denny masih terlihat bingung karena baru pertama kali bertemu kakek kandungnya. Namun ia menyambut uluran tangan itu dan berpindah gendongan.Irwan dan Indah memperhatikan dengan perasaan haru. Dikri yang duduk di sofa, juga diam memandang papa dan sang keponakan. Bayi lelaki itu sesekali juga menoleh ke arahnya. Kalau dengan Dikri, Denny sudah terbiasa. Sepulang kerja, Dirki sering mampir sejenak untuk mengantarkan susu atau snack buat Naina. Melihat Denny, pikirannya spontan teringat Denik. Diciumnya bocah lelaki itu berulang kali. Biasanya Denny tidak mau digen
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

174. Harapan Seorang Pendosa 2

"Soal itu Mama nggak usah merasa nggak enak. Sudah tanggungjawabku itu. Kalau buka orderan, apa Mama sanggup ngerjainnya?""Mama masih sanggup. Kalau nanti rame, ya mama ngajak Budhe sebelah rumah itu untuk bantuin. Kasihan dia pun nganggur dan pengen punya kegiatan."Dikri tampak diam sesaat. "Yang penting Mama bahagia dan senang ngerjainnya, gitu aja.""Mama akan ngukur kemampuan mama, Dik.""Mama jangan sampai kecapekan.""Iya." Bu Ira lega setelah diberi lampu hijau oleh putranya. Sekarang ada apapun dia wajib mendiskusikan dengan Dikri. Sebab Dikri yang bertanggungjawab terhadapnya."Kalau kamu dapat kabar Puspa lahiran, kasih tahu mama, ya. Mama mau ngasih kado."Ibu dan anak saling bersipandang. "Apa nggak sebaiknya, kita menjaga jarak, Ma. Aku khawatir mereka nggak nyaman.""Bukan selalu kita berinteraksi dengan mereka. Ini kan momen pas Puspa lahiran. Setelah itu ya sudah. Puspa itu adiknya Indah Dik. Yang ngerawat Denny dengan sangat baik. Makanya kita juga harus ngasih tim
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

175. Harapan Seorang Pendosa 3

Sebulan kemudian ...."Kita turun, Ma." Dikri bicara setelah mobil berhenti beberapa saat di halaman hotel. Di mana acara pernikahan Maya berlangsung.Wanita yang memakai kebaya warna pastel, tampak tegang."Kalau Mama ragu, kita pulang saja," kata Dikri lagi karena mamanya belum menjawab."Nanggung sudah sampai sini. Mama nggak apa-apa. Nama masih ingat dengan apa yang pernah kamu katakan ke mama. Bagian tersulit dari hidup adalah bertahan. Bertahan untuk tetap baik-baik saja dan waras dalam menghadapi hukuman tak tertulis dari lingkungan luar. Di mana kita pernah menjadi bagian dari mereka. Bertahan mengendalikan rasa sesal yang terkadang hampir membuat putus asa."Mama bangga sama kamu. Mama berterima kasih banyak atas upaya kamu membuat mama tetap waras menghadapi prahara dalam keluarga kita." Bu Ira meneteskan air mata. Dikri menarik dua helai tisu untuk mamanya. "Nggak usah diingat lagi, Ma.""Jujur mama nggak bisa lupa, Dik. Karena mama pernah menghancurkan hidupmu. Sekalipun k
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

176. Welcome, A'im 1

PERNIKAHAN- Welcome, A'imDikri keluar lebih dulu dari musholla rumah sakit. Tidak bertemu muka dengan mereka memang jauh lebih baik. Terkadang berdamai, tidak harus menjalin hubungan kembali."Mas, Mbak Indah." Dikri bertemu sepupunya di lorong rumah sakit."Kami mau jenguk Puspa dulu, Dik. Dia mau melahirkan. Tadi kami sudah ke kamar perawatan papamu. Beliau masih tidur," kata Irwan."Aku tadi melihat Pak Lurah dan Mas Bram di mushola. Denny di rumah sama siapa, Mbak?" Dikri memandang Indah."Dijagain sama mama dan Naina.""Oke. Semoga Puspa lahirannya lancar.""Kami pergi dulu." Indah diikuti sang suami melangkah tergesa ke ruang bersalin. Indah pun ikut tegang dan cemas.Sedangkan Dikri kembali ke kamar perawatan Pak Maksum."Puspa katanya mau melahirkan, Dik. Tadi Indah yang mampir sini sebentar dan ngasih tahu kalau adiknya sudah masuk rumah sakit sejak tadi pagi.""Iya, Ma. Aku tadi ketemu Mbak Indah dan Mas Irwan di lorong. Di mushola aku juga sempat melihat Pak Lurah dan sua
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

177. Welcome, A'im 2

Bram menghapus air bening itu dengan jemarinya. Ia tidak tahu harus bicara apa, selain memeluk dan mengecup kening Puspa berulang kali. Padahal dirinya pun dilanda kecemasan luar biasa. Sadar bahwa melahirkan bukanlah proses yang mudah. Ini momen yang paling menegangkan dan mendebarkan dalam hidup mereka. Meski sudah dilalui Bram untuk yang kesekian kali."Sayang, kamu perempuan paling kuat yang pernah mas kenal. Anak-anak kita pasti bangga memiliki bunda sepertimu." Bram tersenyum seraya mengusap pipi istrinya yang lembut. Mencoba menghibur dengan ucapan yang tidak bermakna apa-apa bagi Puspa karena tidak bisa mengalahkan rasa sakitnya.Wajah Puspa memerah setiap kali menahan sakit saat kontraksi datang. Tubuh Bram pun ikut mandi keringat melihat Puspa yang kesakitan. Namun ia berusaha tetap terlihat tenang.Bu Lurah mengusap perut putrinya sambil terus komat-kamit membaca doa. Di luar ruangan, Pak Lurah yang duduk bersebelahan dengan Irwan tak kalah cemas.Akhirnya Indah diminta kel
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

178. Welcome, A'im 3

Seluruh ruangan diwarnai bias kebahagiaan. Bram bersyukur dengan keadaan keluarganya yang sudah bisa seperti sekarang ini. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi."Kak Vanya, tetap yang paling cantik di antara kami bertiga," ujar Sony."Iya, dong," jawab Vanya dengan bangga dan senyum mengembang. Tatapannya tak beralih dari wajah mungil yang dulu tidak diharapkannya. Tapi sekarang dia sangat menyukainya."Adeknya dikasih nama siapa, Pa?" tanya Sony memandang sang papa."Ibrahim Tri Bramasta. Kita panggil dia A'im.""Keren," jawab Sony sambil tersenyum. ***L***Pagi itu, Dikri berkemas-kemas di ruang perawatan papanya. Pak Maksum sudah boleh pulang. Dikri sudah selesai memberesi administrasinya."Dik, setelah papa istirahat beberapa hari di rumah. Papa izin mau ke Surabaya." Pak Maksum bicara hati-hati pada putranya."Ke Surabaya untuk apa, Pa?""Ada teman papa yang nawarin pekerjaan.""Kerja apa?""Bantu dia ngawasi proyek perumahan di Surabaya. Papa harus kerja, Dik. Seadanya. Papa
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

179. Tanggungjawab 1

PERNIKAHAN- Tanggungjawab Bu Ira memandang ke arah pintu samping, di mana seorang gadis berdiri di sana dan tersenyum. "Apa kabar, Tante?" Dengan sopan gadis berambut sebahu menyalami Bu Ira."Kabar baik. Masuk Najiya. Udah lama kamu nggak sambang ke budhemu?""Seminggu yang lalu saya ke sini juga, Tan. Tapi cuman sebentar. Kebetulan hari ini saya cuti karena sepupu nikahan, makanya saya mampir sekalian mengantarkan budhe pulang. Saya nganterin kue buat Tante dan Mas Dikri." Gadis itu mengulurkan sekotak kue pada Bu Ira."MasyaAllah, kok repot-repot sih, Jiya.""Nggak apa-apa, Tan. Ayo masuk!Najiya mengikuti Bu Ira.Dua wanita beda generasi itu ngobrol di ruang makan. Bu Ira membuatkan teh hangat dan menyuguhkan kue. Najiya ini keponakannya tetangga sebelah rumah. Gadis yang tinggal di lain desa dan bekerja di luar kota.Dulu waktu SMA, Najiya sempat tinggal dengan budhenya selama tiga tahun karena sekolah di Nganjuk. Setelah kuliah dan mendapatkan pekerjaan di lain daerah, Najiya
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

180. Tanggungjawab 2

Tepat jam sebelas siang, Bu Ira bangkit dari duduknya dan masuk kamar sang anak. Dikri tampak masih terlelap dengan lengan kanan posisi menumpang di keningnya. Bu Ira tidak tega membangunkannya, Dikri tampak sangat kecapekan. Tapi jika tidak dibangunkan, nanti kena marah di kantor karena terlambat."Dik, bangun, Nak. Sudah jam sebelas." Disentuhnya pelan tangan Dikri.Spontan Dikri langsung membuka mata. Biasanya kalau dibangunkan, dia bisa malas-malasan dan memejam lagi. Tapi itu dulu. Berbeda dengan Dikri yang sekarang. Semenjak badai memporak-porandakan keluarganya, dia jadi lelaki yang cepat tanggap. "Sudah jam sebelas, Ma?""Iya. Kamu jadi ngantor?""Ya.""Kamu nggak apa-apa, kan?"Dikri bangun dari pembaringan. "Aku nggak apa-apa. Aku mau mandi dulu." Dia bangkit dan melangkah keluar. Diikuti sang mama yang langsung ke dapur. Menyiapkan lunch box untuk diisinya dengan kue dari Najiya tadi. Juga menaruh potongan buah mangga di sana. Setelah itu menyiapkan makan siang."Makan dulu
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status