All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 161 - Chapter 170

197 Chapters

161. Nasib Baby Boy 1

PERNIKAHAN - Nasib Baby Boy "Hei, kenapa?" Bram menarik kursi dan duduk di sebelah Puspa, di ruang santai sore itu.Buru-buru Puspa mengusap air mata yang luruh ke pipinya. Dia tersenyum pada sang suami seraya meletakkan pakan ikan di atas meja. "Aku hanya sedih dengan nasibnya Denik, Mas. Tragis banget ya. Aku benar-benar bisa ngerasain apa yang dia lalui. Dia juga harus pergi meninggalkan bayinya yang baru lahir. Tak terbayang bagaimana sedihnya."Bisa dikatakan aku lebih beruntung dari dia. Setelah peristiwa itu, aku nggak sampai hamil. Orang tuaku memberikan dukungan. Aku juga memiliki suami yang baik. Membantuku memulihkan mental dan rasa percaya diriku." Puspa memandang suaminya."Apapun yang pernah kuhadapi waktu itu, akhirnya bisa kulewati dengan dukungan Mas, Mama, dan keluargaku. Hingga aku seberuntung ini sekarang. Jujur saja, aku sangat sedih dengan nasibnya Denik dan baby-nya." Mata Puspa kembali basah."Doakan saja yang terbaik untuknya. Semoga Denik husnul khotimah. D
Read more

162. Nasib Baby Boy 2

"Dik, mumpung kita ngumpul di sini. Aku mau ngomong sesuatu." Irwan berkata setelah beberapa menit mereka dalam kebisuan."Ya, Mas.""Seharian tadi kami ngobrol berempat. Aku dan Indah berniat merawat anaknya Denik. Tentu saja dengan persetujuanmu dan Tante Ira. Bagaimana?"Dikri menarik napas panjang. Sebenarnya soal perawatan anaknya Denik, sejak semalam sudah menjadi pemikirannya. Sang mama sudah jelas tidak akan bisa merawat bayi baru lahir itu. Apalagi dirinya. Mana mungkin dia bisa, karena harus bekerja dan belum pernah merawat anak. Andai membayar baby sitter, mungkin dengan keadaan terpaksa, Dikri masih bisa. Namun ia tidak tega, khawatir keponakannya kenapa-napa.Sekarang ada solusi yang membuatnya lega. Di dalam asuhan Irwan dan Indah, bayi itu berada di tangan yang tepat. Dikri tahu betul bagaimana Indah. Dia istri dan ibu yang baik."Anak itu akan dirawat dengan baik oleh Irwan dan Indah, Dik. Kamu juga bisa fokus bekerja dan memulihkan mamamu. Bayi itu akan memiliki ident
Read more

163. Nasib Baby Boy 3

Besok siangnya, Denny sudah dibawa pulang ke rumah Dikri. Bu Ira menangis tersedu-sedu melihat cucunya. Setelah tenang, Dikri memberitahu niat baiknya Irwan dan Indah. Dengan kesadaran, Bu Ira setuju. Sebab dia sadar kalau tidak mungkin bisa merawat cucunya dengan baik. Emosinya juga tidak stabil. Apalagi hubungannya dengan Pak Maksum dalam ketegangan yang belum mereda. Dan Denny berhak mendapatkan perhatian dan perawatan yang semestinya."Tante Ira, bisa menjenguknya kapan saja. Tante, juga bisa menginap di rumah kami kalau rindu dengan Denny," kata Irwan."Ya. Makasih, Wan. Tante titip Denny." Bu Ira terisak-isak."Kalau gitu. Aku sama Indah mau keluar sebentar. Belanja sekalian ke rumah mertua. Kami akan bicara sama ayah dan ibu. Juga memberitahu Naina. Dia pasti seneng punya adik. Nanti kami mampir juga menemui Puspa dan suaminya," pamit Irwan."Iya," jawab Bu Ira."Kalian pergilah. Mama akan jagain Denny dulu di sini," ujar Bu Wanto."Iya, Ma. Kami juga akan beresin rumah sebelu
Read more

164. Terkejut 1

PERNIKAHAN - Terkejut Vanya sangat antusias membantu Puspa membungkus kado untuk baby Denny. Sepulang sekolah dia dijemput papanya, kemudian langsung mampir beli kado. Bram memang tidak mengizinkan istrinya ikut, cukup di video call saja, barang mana yang ia pilih. Untuk menyentuhnya saja Bram sangat menahan diri, makanya dia tidak mengizinkan sang istri ikut berkeliling mencari kado."Bagus kan, Bun. So cute." Vanya memegang sepatu mungil di tangannya. Itu tadi pilihan Vanya sendiri."Iya. Tapi masih kebesaran itu, Kak. Nanti Denny umur tiga bulanan baru bisa dipakai.""Biar disimpan sama Tante Indah dulu, Bun. Oh ya, kita mau ke sana pas acara aqiqah?""Besok saja, Kak. Kan siang tadi baby-nya sudah dibawa pulang sama Tante Indah. Besok kita jenguk ke sana. Pas acara aqiqah, kakak, Sony, sama papa yang ke sana. Bunda di rumah saja," jawab Puspa seraya sibuk melipat baju dan menatanya di kotak kado."Kenapa, Bun?" Vanya penasaran."Selama hamil ini, bunda pusing kalau bertemu orang
Read more

165. Terkejut 2

Dikri menghela nafas panjang. Denny sudah menjadi bagian dari keluarga Puspa, tapi pada saat yang bersamaan dirinya juga harus sadar diri, entah sampai kapan akan terus menghindari wanita itu jika kebetulan bertemu.Beberapa waktu kemarin tidak sulit baginya, tapi sekarang, bagaimana? Ada Denny yang membuatnya sering ke rumah sepupunya."Kenapa duduk di sini?" tegur Irwan muncul dari pintu dan mengangetkan Dikri yang tengah melamun."Nggak apa-apa, Mas. Aku sedang merokok. Nggak boleh mendekati Denny.""Bukan itu saja alasannya.""Syukurlah kalau Mas Irwan tahu. Aku memang pantas mendapatkan hal ini."Hati Irwan tersentuh. Dia bisa merasakan apa yang tengah dialami Dikri sekarang. Dia tidak lupa dengan pertemuan sore itu di rumah mertuanya. Sekarang Irwan memang harus bisa membawa diri, antara saudara dan mertuanya. Di mana mereka telah berbesar hati memberikan peluang untuk dirinya kembali bersama Indah dan ikhlas menerima Denny.Sang istri juga dengan kerelaan hati mau merawat kepon
Read more

166. Terkejut 3

"Mereka les kalau habis maghrib, Mbak. Nanti saja pas acara aqiqah Denny, mereka ikut papanya ke sini."Indah mengangguk-angguk.Jam setengah sembilan malam Bram mengajak istrinya pulang. Seperti biasa, Bram mengendarai mobil sangat lamban. Sampai Puspa bisa ketiduran karena kelamaan di jalan. Padahal perjalanan mereka masih di kota yang sama.Indah menidurkan Denny di baby crip yang ada di kamarnya. Sehabis itu menemani Naina gosok gigi dan cuci tangan karena harus segera tidur, Irwan melangkah ke belakang menemui adik sepupunya."Dik, ayo masuk!" Dikri bangkit dari duduknya. Dia tadi sebenarnya mendengar mobil Bram yang meninggalkan halaman rumah."Kamu makan dulu. Ini mbak buatin teh panas." Indah menyiapkan makanan di meja. "Makasih, Mbak," ucap Dikri menarik kursi lantas duduk."Kamu mau nginap atau pulang?""Pulang, Mbak. Mama sudah bolak-balik telepon ini."Indah melangkah ke dapur untuk mengambil botol susunya Denny yang sudah disiapkan oleh ART-nya. Dia harus berdamai denga
Read more

167. Lima Bulan Kemudian 1

PERNIKAHAN- Lima Bulan Kemudian "Nggak apa-apa." Dikri tersenyum getir. Tubuhnya susah digerakkan. Dia membeku menatap jalanan depan rumah.Satu kenyataan terungkap. Telah menghancurkan hubungan yang hampir terbina. Dia bisa merasakan bagaimana terlukanya hati Rayyan. Kian menambah deretan sesal yang beberapa bulan ini menyiksanya."Aku pernah mampir ke rumah orang tuanya, Mas. Kebetulan bertemu dia dan suaminya. Dia sudah bahagia sekarang." Rayyan berkata seraya memandang langit sore yang kelabu. Seperti perasaannya saat itu."Dia gadis yang kukenal sangat baik. Dia periang dan suka membantu temannya. Namun berubah drastis, setelah beberapa waktu menghindariku. Aku nggak menyangka sama sekali, dia mengalami nasib seburuk itu. Yang lebih kusesali, aku sama sekali nggak tahu. Andai saja aku tahu ...."Tidak hanya Rayyan, napas Dikri pun serasa berhenti di tenggorokan. Berat sekali rasanya. Terbayang jelas, betapa sulitnya Puspa melalui semua itu. Tidak bunuh diri saja, sudah untung.
Read more

168. Lima Bulan Kemudian 2

Dikri bersimpuh di atas sajadah di lantai kamarnya. Rasa gemetar masih dirasakan meski Rayyan sudah pergi. Apa setelah ini dia masih sanggup berteman dengan lelaki itu. Menatap wajahnya dengan tegak. Ngobrol tentang banyak hal. Rayyan adalah teman bicara yang baik.Dia tidak mungkin mengundang Rayyan di acara aqiqahnya Denny. Rasanya tidak sanggup rahasia pahitnya akan terbongkar. Apalagi di acara sakral sang keponakan. Dikri tidak ingin merusak momen itu.Andai Rayyan tahu bahwa orang yang telah menghancurkan hubungannya dengan Puspa adalah dirinya, apa yang akan dilakukan cowok itu padanya? Meski sudah hampir dua tahun yang lalu, tapi rasa bersalahnya semakin kuat dan menyesakkan. Apalagi setelah dia kehilangan Denik. Sesalnya tiada bertepi. Tubuh Dikri kian melengkung dalam tangis di antara doa-doanya. Bagaimana dia menebus semua ini. Sedangkan gadis itu kini sudah memiliki kehidupan baru bersama pria lain, dia bingung bagaimana menunjukkan penyesalannya tanpa mengganggu kebahagi
Read more

169. Lima Bulan Kemudian 3

Sementara di rumah Irwan dan Indah, suasana begitu meriah. Para kerabat sudah datang sejak sore tadi. Juga beberapa teman dan tetangga perumahan hadir memenuhi undangan. Tetangga dan rekan kerja Irwan sebenarnya juga kaget, tidak tahu Indah hamil, tiba-tiba sudah melahirkan. Kalau mereka bertanya, Irwan akan memberitahu. Namun jika tidak, Irwan sekeluarga juga diam.Kakak perempuan satu-satunya dari Irwan yang tinggal di Semarang, kemarin juga sudah datang."Wan, adikmu kok belum datang?" tanya Bu Ira yang gelisah menunggu putranya. Sedangkan wanita itu sudah sejak tadi pagi di rumah Irwan."Nanti saya teleponnya, Tan," jawab Irwan. Tantenya mungkin tidak tahu apa yang telah dibicarakan Dikri dan Puspa waktu itu."Dikri belum datang, Mas?" Ganti Indah yang berbisik di telinga sang suami."Belum.""Mas, telepon dia suruh ke sini segera. Bilang kalau Puspa nggak datang."Irwan mengangguk kemudian melangkah ke belakang untuk menelepon. Panggilan langsung dijawab di seberang."Dik, kamu d
Read more

170. Setelah Bertemu 1

PERNIKAHAN - Setelah Bertemu "Papa, mau nambah nasi?" tanya Dikri pada Pak Maksum yang duduk berhadapan dengannya. Setelah menjemput sang papa, Dikri mengajaknya mampir dulu ke restoran."Nggak, Dik. Papa sudah kenyang." Lelaki itu menatap keluar lewat jendela kaca rumah makan. Angkasa mulai tertutup awan kelabu. Sepertinya musim penghujan kali ini lebih panjang dari biasanya. Seharusnya Pak Maksum bahagia di hari kebebasan. Namun yang ada tambah nelangsa. Sebab sudah kehilangan semuanya. Harta dan keluarganya. Serasa tak ada bedanya, berada di bui atau pun hidup bebas. Apa masih sanggup bertembung muka dengan keluarga besarnya, keluarga dari istrinya, juga rekan-rekan yang dulu begitu akrab dengannya.Pak Maksum menghela nafas berat. Setelah Denik meninggal, setiap malam ia meratapi kepergian putrinya. Penyesalan dan kehilangan yang luar biasa."Nanti antarkan papa ke makamnya Denik, Dik""Oke. Semoga nggak hujan, Pa.""Sekarang Denny sudah bisa apa?"Dikri membuka galeri ponseln
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status