Share

167. Lima Bulan Kemudian 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 14:53:58

PERNIKAHAN

- Lima Bulan Kemudian

"Nggak apa-apa." Dikri tersenyum getir. Tubuhnya susah digerakkan. Dia membeku menatap jalanan depan rumah.

Satu kenyataan terungkap. Telah menghancurkan hubungan yang hampir terbina. Dia bisa merasakan bagaimana terlukanya hati Rayyan. Kian menambah deretan sesal yang beberapa bulan ini menyiksanya.

"Aku pernah mampir ke rumah orang tuanya, Mas. Kebetulan bertemu dia dan suaminya. Dia sudah bahagia sekarang." Rayyan berkata seraya memandang langit sore yang kelabu. Seperti perasaannya saat itu.

"Dia gadis yang kukenal sangat baik. Dia periang dan suka membantu temannya. Namun berubah drastis, setelah beberapa waktu menghindariku. Aku nggak menyangka sama sekali, dia mengalami nasib seburuk itu. Yang lebih kusesali, aku sama sekali nggak tahu. Andai saja aku tahu ...."

Tidak hanya Rayyan, napas Dikri pun serasa berhenti di tenggorokan. Berat sekali rasanya. Terbayang jelas, betapa sulitnya Puspa melalui semua itu. Tidak bunuh diri saja, sudah untung.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
makin besarkan penyesalan Dikri.. gk cuma Puspa yg tersakiti, tapi orang² yg menyayanginya juga kena imbas perbuatan Dikri..
goodnovel comment avatar
Yanyan
ternyata banyak hati yang luka gara" perbuatan Dikri..mulailah dgn hidup baru smua akan berlalu seiring waktu
goodnovel comment avatar
Sri Mayani Roeslan
matur nuwun jeng Lis .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   168. Lima Bulan Kemudian 2

    Dikri bersimpuh di atas sajadah di lantai kamarnya. Rasa gemetar masih dirasakan meski Rayyan sudah pergi. Apa setelah ini dia masih sanggup berteman dengan lelaki itu. Menatap wajahnya dengan tegak. Ngobrol tentang banyak hal. Rayyan adalah teman bicara yang baik.Dia tidak mungkin mengundang Rayyan di acara aqiqahnya Denny. Rasanya tidak sanggup rahasia pahitnya akan terbongkar. Apalagi di acara sakral sang keponakan. Dikri tidak ingin merusak momen itu.Andai Rayyan tahu bahwa orang yang telah menghancurkan hubungannya dengan Puspa adalah dirinya, apa yang akan dilakukan cowok itu padanya? Meski sudah hampir dua tahun yang lalu, tapi rasa bersalahnya semakin kuat dan menyesakkan. Apalagi setelah dia kehilangan Denik. Sesalnya tiada bertepi. Tubuh Dikri kian melengkung dalam tangis di antara doa-doanya. Bagaimana dia menebus semua ini. Sedangkan gadis itu kini sudah memiliki kehidupan baru bersama pria lain, dia bingung bagaimana menunjukkan penyesalannya tanpa mengganggu kebahagi

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   169. Lima Bulan Kemudian 3

    Sementara di rumah Irwan dan Indah, suasana begitu meriah. Para kerabat sudah datang sejak sore tadi. Juga beberapa teman dan tetangga perumahan hadir memenuhi undangan. Tetangga dan rekan kerja Irwan sebenarnya juga kaget, tidak tahu Indah hamil, tiba-tiba sudah melahirkan. Kalau mereka bertanya, Irwan akan memberitahu. Namun jika tidak, Irwan sekeluarga juga diam.Kakak perempuan satu-satunya dari Irwan yang tinggal di Semarang, kemarin juga sudah datang."Wan, adikmu kok belum datang?" tanya Bu Ira yang gelisah menunggu putranya. Sedangkan wanita itu sudah sejak tadi pagi di rumah Irwan."Nanti saya teleponnya, Tan," jawab Irwan. Tantenya mungkin tidak tahu apa yang telah dibicarakan Dikri dan Puspa waktu itu."Dikri belum datang, Mas?" Ganti Indah yang berbisik di telinga sang suami."Belum.""Mas, telepon dia suruh ke sini segera. Bilang kalau Puspa nggak datang."Irwan mengangguk kemudian melangkah ke belakang untuk menelepon. Panggilan langsung dijawab di seberang."Dik, kamu d

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   170. Setelah Bertemu 1

    PERNIKAHAN - Setelah Bertemu "Papa, mau nambah nasi?" tanya Dikri pada Pak Maksum yang duduk berhadapan dengannya. Setelah menjemput sang papa, Dikri mengajaknya mampir dulu ke restoran."Nggak, Dik. Papa sudah kenyang." Lelaki itu menatap keluar lewat jendela kaca rumah makan. Angkasa mulai tertutup awan kelabu. Sepertinya musim penghujan kali ini lebih panjang dari biasanya. Seharusnya Pak Maksum bahagia di hari kebebasan. Namun yang ada tambah nelangsa. Sebab sudah kehilangan semuanya. Harta dan keluarganya. Serasa tak ada bedanya, berada di bui atau pun hidup bebas. Apa masih sanggup bertembung muka dengan keluarga besarnya, keluarga dari istrinya, juga rekan-rekan yang dulu begitu akrab dengannya.Pak Maksum menghela nafas berat. Setelah Denik meninggal, setiap malam ia meratapi kepergian putrinya. Penyesalan dan kehilangan yang luar biasa."Nanti antarkan papa ke makamnya Denik, Dik""Oke. Semoga nggak hujan, Pa.""Sekarang Denny sudah bisa apa?"Dikri membuka galeri ponseln

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   171. Setelah Bertemu 2

    Sementara suasana kian gelap karena hujan dan senja yang telah mengambang. Perjalanan tidak bisa lancar karena banyaknya kendaraan berat pengangkut pasir yang menyebabkan kemacetan."Sebelum ke Girirejo, antar papa bertemu mamamu dulu, Dik." Pak Maksum bicara setelah mobil memasuki wilayah kota kelahirannya.Dikri hanya mengangguk. Beberapa menit kemudian, mobil berbelok di sebuah masjid pinggir jalan. "Kita mampir sholat maghrib dulu, Pa."Mereka turun, mengambil wudhu, dan duduk untuk menunggu salat berjamaah, tanpa percakapan. Dikri tidak tahu harus bagaimana menyelesaikan permasalahan kedua orang tuanya. Sang mama tampaknya sudah tawar hati. Sudah fokus menikmati hidupnya yang mulai tertata dengan ibadah dan memperbaiki diri. Menghindari teman-teman sosialitanya yang masih sering datang ke rumah. Ada dua orang yang masih setia mengunjunginya. Membawakan buah dan berbagai makanan untuk mereka santap bersama sembari ngobrol.Ternyata mereka juga tidak sebahagia itu. Meski tetap bisa

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   172. Setelah Bertemu 3

    Bram membantu melepaskan mukena sang istri. Setelah kehamilannya membesar, Puspa memang kesulitan untuk menunduk. Juga semakin sering merasa lelah. Tiba-tiba ia tersenyum kecil ketika merasakan bayi mereka bergerak di dalam perut."Dia nendang lagi?" Bram ikut mengusap permukaan perut sang istri."Iya. Aktif banget sekarang." Puspa dibantu duduk oleh Bram. Bersandar di kepala ranjang."Bulan depan Dita nikahan, Mas. Kira-kira kita bisa datang nggak, ya?" Terlihat Puspa menatap penuh harap pada sang suami. Tapi ia sedang hamil delapan bulan, mana mungkin Bram akan mengizinkannya perjalanan jarak jauh."Kamu ingin datang?""Aku ikut saja keputusan, Mas Bram."Mereka saling pandang. Wajah sang suami menunjukkan raut keberatan. "Kalau kita tidak bisa datang, pasti Dita mengerti, kan?""Iya. Dia tahu aku sedang hamil tua." Puspa sebenarnya sedih, tapi ia paham kekhawatiran sang suami."Kita telepon dan mengirimkan kado saja. Nanti setelah anak kita bisa diajak perjalanan jauh, kita pergi k

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   173. Harapan Seorang Pendosa 1

    PERNIKAHAN- Harapan Seorang PendosaSenyum haru terbit saat bayi umur lima bulan menoleh dan diam memperhatikan. Melepaskan botol susu yang dipegangnya. Pak Maksum menyentuh tangan kecilnya Denny yang menggemaskan."Ini Kakek, Denny," ujar Indah.Denny masih diam. Matanya yang bulat bening memandang bergantian antara Pak Maksum dan mamanya."Ini Kakek," Indah mengulang.Pak Maksum mengulurkan tangan untuk meraih sang cucu. Denny masih terlihat bingung karena baru pertama kali bertemu kakek kandungnya. Namun ia menyambut uluran tangan itu dan berpindah gendongan.Irwan dan Indah memperhatikan dengan perasaan haru. Dikri yang duduk di sofa, juga diam memandang papa dan sang keponakan. Bayi lelaki itu sesekali juga menoleh ke arahnya. Kalau dengan Dikri, Denny sudah terbiasa. Sepulang kerja, Dirki sering mampir sejenak untuk mengantarkan susu atau snack buat Naina. Melihat Denny, pikirannya spontan teringat Denik. Diciumnya bocah lelaki itu berulang kali. Biasanya Denny tidak mau digen

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   174. Harapan Seorang Pendosa 2

    "Soal itu Mama nggak usah merasa nggak enak. Sudah tanggungjawabku itu. Kalau buka orderan, apa Mama sanggup ngerjainnya?""Mama masih sanggup. Kalau nanti rame, ya mama ngajak Budhe sebelah rumah itu untuk bantuin. Kasihan dia pun nganggur dan pengen punya kegiatan."Dikri tampak diam sesaat. "Yang penting Mama bahagia dan senang ngerjainnya, gitu aja.""Mama akan ngukur kemampuan mama, Dik.""Mama jangan sampai kecapekan.""Iya." Bu Ira lega setelah diberi lampu hijau oleh putranya. Sekarang ada apapun dia wajib mendiskusikan dengan Dikri. Sebab Dikri yang bertanggungjawab terhadapnya."Kalau kamu dapat kabar Puspa lahiran, kasih tahu mama, ya. Mama mau ngasih kado."Ibu dan anak saling bersipandang. "Apa nggak sebaiknya, kita menjaga jarak, Ma. Aku khawatir mereka nggak nyaman.""Bukan selalu kita berinteraksi dengan mereka. Ini kan momen pas Puspa lahiran. Setelah itu ya sudah. Puspa itu adiknya Indah Dik. Yang ngerawat Denny dengan sangat baik. Makanya kita juga harus ngasih tim

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   175. Harapan Seorang Pendosa 3

    Sebulan kemudian ...."Kita turun, Ma." Dikri bicara setelah mobil berhenti beberapa saat di halaman hotel. Di mana acara pernikahan Maya berlangsung.Wanita yang memakai kebaya warna pastel, tampak tegang."Kalau Mama ragu, kita pulang saja," kata Dikri lagi karena mamanya belum menjawab."Nanggung sudah sampai sini. Mama nggak apa-apa. Nama masih ingat dengan apa yang pernah kamu katakan ke mama. Bagian tersulit dari hidup adalah bertahan. Bertahan untuk tetap baik-baik saja dan waras dalam menghadapi hukuman tak tertulis dari lingkungan luar. Di mana kita pernah menjadi bagian dari mereka. Bertahan mengendalikan rasa sesal yang terkadang hampir membuat putus asa."Mama bangga sama kamu. Mama berterima kasih banyak atas upaya kamu membuat mama tetap waras menghadapi prahara dalam keluarga kita." Bu Ira meneteskan air mata. Dikri menarik dua helai tisu untuk mamanya. "Nggak usah diingat lagi, Ma.""Jujur mama nggak bisa lupa, Dik. Karena mama pernah menghancurkan hidupmu. Sekalipun k

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status