All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 181 - Chapter 190

197 Chapters

181. Tanggungjawab 3

"Nggak apa-apa. Mau sampai kapan seperti ini. Kadang kita harus benar-benar menyesuaikan diri dengan keadaan. Aku sudah bahagia dengan keluargaku, Mbak. Suami yang luar biasa dan anak-anak yang hebat. Lalu untuk apa aku masih harus kucing-kucingan dengan masa lalu. "Capek juga selalu seperti ini. Lebih baik benar-benar berdamai. Untuk dekat mungkin tidak bisa. Namun tidak selalu harus menghindar. Menjalani saja seperti air yang mengalir."Sambil makan, netra Indah berkaca-kaca. Dia sangat paham dengan perasaan Puspa. Andai dia tidak merawat Denny, mungkin Puspa tidak akan merasa sesulit ini. Memaksa diri untuk paham dan kembali mengalah. Namun Denny bukan sebuah hambatan. Tidak ada penyesalan merawat anak itu. Puspa juga sangat menyadarinya. Sejauh ini hubungan mereka baik-baik saja. Tak pernah Puspa berkata yang menyakitinya."Maafkan mbak, Pus.""Sudahlah, Mbak nggak usah minta maaf. Kita ditakdirkan seperti ini. Kalau waktu itu Mbak Indah sampai berpisah dengan Mas Irwan, aku juga
Read more

182. Keputusan 1

PERNIKAHAN - Keputusan "Mama, ingin ngomong apa?" tanya Dikri setelah beberapa kali menyuap nasinya. Mereka sudah duduk di ruang makan."Tentang Jiya, Dik.""Ada apa dengan Jiya?" Tanggapan Dikri begitu biasa. Tidak ada yang aneh dan mengejutkan. Bu Ira tidak yakin dengan apa yang hendak disampaikannya."Kamu nggak menyukainya?""Menyukai bagaimana maksud, Mama?" Ah, Dikri sebenarnya sudah paham maksud sang mama. Namun ia pura-pura tidak mengerti. Ia pun tahu kalau hendak disatukan dengan Najiya oleh mamanya dan Bu Ramini. Gelagat itu sudah terbaca oleh Dikri semenjak beberapa bulan yang lalu. "Ya, tertarik sebagai pria dan wanita. Kalian kan sudah kenal dan akrab. Kamu apa nggak ingin lebih serius lagi. Melamarnya menjadi istrimu. Mama setuju, Dik. Jiya gadis yang baik." Bu Ira langsung ke pokok pembahasan karena dipikir Dikri tampaknya tidak mengerti."Kami hanya teman biasa, Ma.""Sudah tiga tahun semenjak kejadian itu. Kamu masih belum bisa melupakan semuanya? Mama paham dengan
Read more

183. Keputusan 2

Apa istimewanya wanita itu. Diusia setengah abad lebih masih berdandan seseksi itu. Sungguh tidak sadar usia bahkan sudah punya cucu. Meski mamanya selalu berdandan dan modis, tapi Bu Ira sadar umur. Berpakaian sesuai dengan usianya.Ah, Dikri sama sekali tidak punya pikiran seperti sang mama. Ia yakin papanya sudah berhenti dari semua itu. Namun sekarang ia mulai ragu, benarkah yang dikatakan sang mama. Orang yang mengenal papanya lebih dalam dari siapa pun.Apa prasangka ini yang membuat mamanya sudah tidak peduli dan diam selama ini. Tidak pernah membahas lagi tentang pernikahan mereka?"Ma, aku yakin papa sudah berubah." Dikri berusaha menepis praduganya sendiri."Alhamdulillah kalau papamu menyadari kekeliruannya. Namun menikah lagi bukan sebuah kesalahan untuk papamu, Dik. Disaat hubungan dengan mama nggak jelas seperti ini."Ibu dan anak saling pandang. Dikri harus mencari tahu tentang papanya. Selama ini mereka hanya berkomunikasi biasa saja. Dikri yakin papanya tidak mengajak
Read more

184. Keputusan 3

"Kami lumayan dekat. Hampir setiap hari kalau makan siang sering bertemu.""Apalagi yang kamu tunggu? Jangan sampai terlepas.""Besok sore kami bertemu di Surabaya. Akan kukenalkan dia pada orang tuaku.""Siipp, gitu dong.""Usianya dua tahun di atasku. But age is just a number, right?""Kamu benar." Dikri mengambil kopi pesanannya dari atas nampan yang di antar untuknya. Usia hanya angka. Puspa pun sangat bahagia dengan Bram meski usia mereka selisih jauh. Tapi kalau lelakinya yang lebih dewasa, sudah biasa."Mas Dikri, sendiri bagaimana?" Rayyan pun penasaran dengan kisah asmara temannya. Selama ini Dikri tidak pernah menceritakan satu perempuan pun.Dikri hanya tersenyum. Dia belum bisa menceritakan tentang Najiya. Karena semua yang dibahas dengan sang mama tadi, baru sebuah rencana.Kemudian mereka berbincang tentang berbagai tema. Pekerjaan, juga kedekatan Rayyan dengan gadis yang belum disebutkan namanya."Kutunjukin cewek itu, Mas. Kalau kami ada jodoh, mungkin aku akan tinggal
Read more

185. Apa masih ada harapan? 1

PERNIKAHAN - Apa masih ada harapan?Indah lega melihat rombongan keluarganya sudah sampai. Dia tersenyum ketika bersipandang dengan sang adik. "Mbak bahagia banget kamu beneran datang," bisik Indah saat Puspa menghampiri.Puspa tersenyum. Lantas menyalami semua orang yang telah hadir lebih dulu di sana. Bu Wanto pun memeluk Puspa. "Kamu tambah cantik saja, Puspa," pujinya seraya mencium pipi Puspa. Dulu Indah sering mengajaknya berkunjung ke rumah sang mertua."Makasih, Bu." Kemudian beralih pada Bu Ira. Dadanya berdegup kencang saat bersipandang dengan wanita yang memandangnya dengan tatapan sendu."Puspa." Bu Ira memeluknya. Air matanya ikut merambat turun. Hal yang sempat membuat Bu Wanto heran. Ada apa iparnya sampai menangis?Puspa tidak bicara apa-apa selain membalas senyum wanita itu. Kemudian ia beralih memandang Dikri dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Baru kali ini mereka berada dalam jarak yang begitu dekat. Dikri membalas dengan menangkupkan tangannya juga,
Read more

186. Apa masih ada harapan? 2

Acara ulang tahun akhirnya selesai. Satu per satu tamu pulang. Dikri juga pamit lebih dulu, memberikan anggukan sopan kepada Puspa dan Bram sebelum meninggalkan ruangan bersama sang mama tanpa banyak kata. Puspa merasa ada beban yang sedikit terangkat dari hatinya, meski bayangan masa lalu itu mungkin tak sepenuhnya akan hilang. Namun, pertemuan ini membuatnya menyadari bahwa dia lebih kuat dari yang pernah ia bayangkan.Masa lalu memang tak bisa dihapus, tapi dia memiliki kesempatan untuk menyusun masa depan lebih baik bersama Bram yang selalu disisinya.***L***"Terima kasih untuk malam ini, Mas," ucap Puspa pada sang suami yang berdiri di sebelahnya. Memegang tangan Bram dengan penuh kelembutan. "Mas tahu, aku bisa melalui semua ini karenamu."Bram merangkul bahu Puspa. Saat itu mereka sedang berada di samping baby crip. Di mana A'im sudah terlelap dengan pulas."Kamu sendiri perempuan yang hebat. Berterima kasihlah para diri sendiri, Puspa. Di mana kamu mampu melewati semua ini."
Read more

187. Apakah masih ada harapan? 3

"Aku tahu, Ma. Aku fokus dulu ke karirku. Doakan aku segera mendapatkan promosi jabatan.""Doa-doa mama, hanya tentang kamu, Denik, dan Denny."Dikri terharu. "Makasih, Ma. Oh ya, mungkin aku pulangnya larut malam. Mama, nggak usah nunggu. Aku bawa kunci sendiri. Sebab aku mesti nganterin papa dulu ke rumahnya. Papa cuti seminggu, Ma." Dikri diam sejenak, kemudian kembali memandang sang mama. "Kalau kecurigaan Mama nggak benar dan papa ternyata selama ini tetap sendirian, apa Mama masih membuka peluang papa untuk kembali?"Bu Ira menghabiskan teh di gelas, lantas memandang serius ke putranya. "Kenapa kamu sangat yakin kalau papamu ingin kembali? Bukankah selama ini papamu diam saja dan itu berarti sudah nyaman dengan keadaannya? Sampaikan ke papamu, Dik. Mama nggak mempermasalahkan kalau papamu ingin menikah lagi. Silakan dengan wanita mana saja yang pernah dekat dengannya. "Mama sudah nggak memikirkan lagi hidup berumahtangga. Sekarang papamu sudah punya banyak uang. Dia bisa mengur
Read more

188. Kebesaran Hati 1

PERNIKAHAN - Kebesaran Hati "Mama, belum tidur?" Dikri kaget saat masuk rumah, lampu ruang tengah tiba-tiba dinyalakan. Jam satu malam ia baru sampai rumah."Mana mungkin mama bisa tidur kalau kamu belum pulang.""Kalau gitu, mama sekarang istirahat. Sudah jam satu.""Kamu mau mandi, biar mama rebusin air dulu.""Nggak usah, Ma. Aku cuci tangan sama kaki saja terus tidur. Oh ya, ini ada oleh-oleh dari papa." Dikri memberikan paper bag pada sang mama. Kemudian m meletakkan tasnya di atas kursi dan langsung ke kamar mandi.Selesai cuci kaki, tangan, dan ganti baju terus rebah di ranjangnya. Dalam hitungan detik, Dikri terlelap karena kecapekan.Bu Ira tidak langsung tidur. Dia ke belakang untuk berwudhu dan menunaikan salat mutlaq. Setiap bermunajat dalam keheningan malam, ia merasa sangat tenang. Baginya sekarang, tidak ada yang lebih menentramkan kecuali beribadah.***L***"Mama, dikasih oleh-oleh apa sama papa?" tanya Dikri pagi itu ketika mereka tengah sarapan. Dia memang tidak me
Read more

189. Kebesaran Hati 2

Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant
Read more

190. Kebesaran Hati 3

"Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status