Bram mengusap pelan rambut Naina, kemudian mengikuti langkah istrinya ke dalam. Ternyata di dapur ada Pak Lurah juga yang sedang menikmati kopi di cangkir kesayangannya. Mereka bertiga langsung berhenti bicara karena kaget melihat kedatangan Bram dan Puspa."Cicipi kukis pandan ini, Pus. Mbak bikin dengan resep baru." Indah menggeser toples ke depan adiknya. Mereka memang sibuk membuat kue kering untuk acara nikahan saudara dari Pak Lurah."Hmm, gurih, Mbak," ujar Puspa setelah mencomot satu kukis."Mas Bram, mau kopi apa teh. Biar kubikinkan." Indah beranjak berdiri, tapi Bram menolaknya. "Nggak usah, Mbak. Saya sudah ngopi tadi. Saya ke sini ada perlu dengan ayah."Tanpa basa-basi, Bram membahas soal lahan yang digadaikan ayah mertuanya. Puspa minta maaf kalau terpaksa memberitahu sang suami, karena Bram pun awalnya tahu dari Pak Carik sendiri. "Nggak usah, Nak Bram. Ayah rela kok. Lagian masih ada beberapa sawah dan kebun yang bisa digarap," tolak Pak Lurah saat Bram mengutarakan
Read more