All Chapters of PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri): Chapter 131 - Chapter 140

208 Chapters

131. Amarah 1

PERNIKAHAN- Amarah Pak Lurah yang masih duduk menonton televisi, bangkit dan melangkah ke pintu depan saat mendengar deru mesin mobil."Assalamu'alaikum, Yah." Irwan mencium tangan ayah mertuanya setelah Pak Lurah membukakan pintu untuknya."Wa'alaikumsalam.""Indah sudah tidur, Yah?""Baru masuk ke kamar," jawab Pak Lurah sambil menutup pintu kemudian kembali ke depan televisi. Tentu saja dengan memendam rasa kecewa pada sang menantu. Namun cukup ditahannya, karena jika bersuara justru akan menambah keruh keadaan. Biar anak dan menantunya menyelesaikan berdua.Irwan mendorong pelan pintu kamar yang tidak terkunci. Indah kaget dan bangun dari pembaringan. Sedangkan Naina sudah tertidur pulas."Kutelepon berulang kali, kenapa nggak dijawab?" tanya Irwan sambil duduk di kursi.Indah menghela nafas panjang. Kemudian menyorot tajam pada lelaki dengan wajah tampak lelah itu."Aku tidak percaya Mas bisa membela sepupumu setelah apa yang dia lakukan pada adikku!" kata Indah dengan suara be
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

132. Amarah 2

"Dikrii sudah kehilangan segalanya, In," kata Irwan pelan, mencoba mengurangi ketegangan di antara mereka. "Dia sudah jatuh dalam-dalam. Kalah dalam pemilihan legislatif, papanya di penjara, Tante Ira terpuruk, Denik hamil tanpa suami. Sekarang seluruh hidupnya berantakan. Keluarganya hancur. Aku kasihan padanya." Irwan tidak berani menatap mata istrinya yang penuh amarah dan kekecewaan.Indah mendengkus pelan. "Apa yang ditabur itu yang dituai, Mas. Dan Mas kasihan padanya? Dikri sudah menghancurkan hidup adikku dan Mas masih bisa bilang kasihan pada sepupumu yang hidupnya berantakan karena ambisinya sendiri?" Indah merasa dunia terbalik. Bagaimana mungkin suaminya bisa lebih bersimpati pada sepupunya yang melakukan kesalahan sebesar itu.Air mata yang dia coba tahan akhirnya mengalir di pipi. Indah hanya ingin suaminya mengerti betapa dalam rasa sakit yang keluarganya rasakan. Tapi sikap Irwan sungguh menyakitkan.Seharian tadi ke mana dia? Kalau dilihat dari caranya bicara, Irwan t
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

133. Amarah 3

"Jadi Mbak Indah bergaduh dengan Mas Irwan karenaku?" tanya Puspa saat dia ke rumah ibunya dan bertemu Indah siang itu."Bukan karenamu. Kamu nggak salah, Pus. Dasar Mas Irwan saja yang nggak tegas. Yang bikin aku tambah jengkel, bisa-bisanya dia nyurigai ayah karena Dikri nggak mendapatkan satu suara pun di desa kita. Di desa lain pun hanya dapat di bawah angka lima.""Karena masalahku, Mbak Indah jadi berselisih sama Mas Irwan." Puspa merasa bersalah."Jangan kamu pikirkan hal itu." Indah juga menceritakan tentang sejumlah uang pribadi Irwan yang digunakan untuk berkampanye membantu sepupunya." Indah diam sejenak, kemudian kembali memandang sang adik. "Beneran Dikri pernah mengutarakan perasaannya padamu?"Puspa mengangguk. "Kamu tolak?""Ya iyalah, Mbak. Dia sudah bertunangan, aku sendiri menyukai Rayyan. Kami hampir jadian dan Dikri menghancurkan kehormatanku." Puspa selalu sesak mengingat peristiwa itu. "Tapi Mbak, janganlah sampai pisah sama Mas Irwan. Kasihan Naina. Aku yakin,
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

134. Cinta Sejati 1

PERNIKAHAN - Cinta Sejati "Maafkan papa, Dik," ucap Pak Maksum pelan tanpa berani memandang putranya, setelah mereka terdiam beberapa saat. Duduk berhadapan yang dibatasi dengan meja.Dikri menghela nafas panjang. Perasaannya antara kasihan dan marah. Lihatlah laki-laki yang selalu berkuasa, angkuh, senantiasa bersikap arogan dan percaya diri itu terlihat sangat tidak berdaya. Wajah papanya pucat, mata yang dulu penuh kekuasaan dan otoritas kini tampak layu, seolah-olah dunia telah menghisap habis sisa-sisa kebanggaannya. Dikri merasa bagaikan melihat orang asing di hadapannya. Sang papa yang dulu selalu tampak kuat dan berkuasa, kini hanyalah bayangan dari sosok yang dulu. Padahal baru tiga hari ini dia mendekam di tahanan."Bagaimana kabar mama?" tanya Pak Maksum pelan."Mama nggak baik-baik saja, Pa," jawab Dikri datar dan dingin.Sejak kecil, ia selalu mengagumi sosok papanya. Papa yang selalu tampak superior, selalu mengatur semua hal di rumah dengan otoritas yang tak terbantah
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

135. Cinta Sejati 2

"Rumah yang mana, Pa? Mungkin kita nggak akan tinggal di rumah itu lagi, bahkan rumah yang lainnya. Cepat atau lambat, aset akan disita oleh pihak yang berwenang. Papa, juga harus siap menanggalkan jabatan."Pak Maksum pias dan lemas. Benar-benar hancur sudah.Dikri berdiri karena waktu sudah habis. Pertemuan singkat yang hanya menambah hatinya terasa sesak, penuh dengan perasaan kecewa dan marah yang sulit dijelaskan. Ia sudah berusaha keras untuk tidak membiarkan emosinya meledak, tapi ia juga tahu bahwa tidak ada gunanya lagi berdialog dengan papanya yang kini hanya bisa meminta maaf tanpa solusi.Sejenak Dikri menatap sang papa dengan penuh kekecewaan. Di depannya sekarang hanyalah seorang lelaki yang kehilangan segalanya, termasuk kehormatan dan martabatnya sendiri. Sang papa yang selalu bersikap arogan, memandang rendah orang lain, dan selalu merasa bahwa ia bisa mengendalikan segalanya. Kini segala kontrol itu hilang bahkan bayangannya pun sirna juga."Aku pulang, Pa.""Kamu ng
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

136. Cinta Sejati 3

"Mas, kita nggak nganterin Vanya dan Sony untuk menjenguk neneknya yang sakit?" tanya Puspa setelah duduk di depan suaminya siang itu. Di ruang kerja Bram."Tidak usah. Bu Harso tidak sakit," jawab Bram mengalihkan perhatian dari laptop kepada istrinya. Begitulah Bram, selalu menghargai orang yang mengajaknya bicara."Kok Mas tahu?""Mas nyari tahu, Sayang. Beliau memang tidak sakit." Bram tidak heran dengan peristiwa seperti ini. Dulu kalau Sandra agak kendor memberikan perhatian pada ibu atau adiknya, pasti ada saja cara mereka supaya Sandra terburu-buru ke sana."Nggak sakit kok bilang sakit. Apa nggak takut kalau dikasih ganjaran sakit betulan."Bram hanya menjawab perkataan istrinya dengan senyuman. "Mas, mau kubikinkan kopi apa teh?""Nanti saja.""Oke. Aku terusin jahit dulu." "Jangan ditutup pintunya," ujar Bram saat Puspa melangkah meninggalkannya.Wanita itu duduk di kursi mesin jahit untuk menyelesaikan gamis milik ibunya. Bulan depan ada kerabat mereka yang nikahan. Bra
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

137. Harga Diri 1

PERNIKAHAN - Harga Diri "Jelas maksudku, Mas. Sebenarnya mempunyai permasalahan pribadi yang harus kita selesaikan." Indah memasukkan baju Naina ke dalam tas.Irwan berkeringat dingin. Raut wajahnya pias dan kebingungan. Dia tidak mengira kalau Indah benar-benar mengembalikan uang yang sudah dikeluarkannya. Seminggu istrinya tampak anteng, tapi sore ini membuat kejutan."Aku paham kok, Mas. Kalau Dikri itu saudaramu. Dalam keadaan terpuruk, wajar sebagai saudara saling membantu dan menguatkan. Tapi kamu nggak bisa menempatkan dirimu, Mas. Nggak bisa bersikap netral."Kamu nggak ada empati sama sekali terhadap adikku dan yang paling menyakitkan lagi, tuduhan terhadap ayahku. Ini bukan cuma tentang uang, Mas. Ini soal kepercayaan. Kamu nggak percaya sama keluargaku, nggak percaya sama aku. Kamu lebih percaya sepupu kamu yang sudah merusak hidup adikku dan sekarang kamu malah nuduh ayahku. Aku nggak ngerti lagi bagaimana kamu bisa berpikir seperti ini."" Indah menarik napas panjang, me
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

138. Harga Diri 2

"Dikri benar-benar tersudut dan harus menghadapi semuanya sendirian. Aku tahu dia salah, tapi dia sekarang butuh dukungan.""Oke. Dukung saja dia. Dikri bukan hanya salah, tapi biadab. Mas, bisa membedakan antara salah dan biadab, kan?" Indah menarik napas panjang. "Sudahlah, Mas cerna sendiri apa yang terjadi. Seminggu ini kamu lebih mementingkan mereka daripada membujukku dan Naina kembali ke rumah. Terkadang perempuan nih, membutuhkan effort lebih dari pasangannya. Tapi melihat cara Mas, sepertinya aku dan Naina bukan prioritas utama."Irwan membeku di tempatnya. Sedangkan Indah membuang pandang. "Andai sejak awal Mas bisa menjaga ucapanmu, mungkin aku nggak akan sekecewa ini. Kalau Mas curiga pada ayahku, selidikilah dulu. Benar nggak ayahku nilep uangmu. Kalau ada bukti, silakan tanyakan. Bukan main tuduh begitu saja. Ternyata ayahku begitu rendah bagimu, Mas. Dan untuk ini yang nggak bisa aku dan Puspa terima."Bahkan kamu nggak peduli sama perasaan keluargaku. Kamu lebih memil
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

139. Harga Diri 3

Bram mengusap pelan rambut Naina, kemudian mengikuti langkah istrinya ke dalam. Ternyata di dapur ada Pak Lurah juga yang sedang menikmati kopi di cangkir kesayangannya. Mereka bertiga langsung berhenti bicara karena kaget melihat kedatangan Bram dan Puspa."Cicipi kukis pandan ini, Pus. Mbak bikin dengan resep baru." Indah menggeser toples ke depan adiknya. Mereka memang sibuk membuat kue kering untuk acara nikahan saudara dari Pak Lurah."Hmm, gurih, Mbak," ujar Puspa setelah mencomot satu kukis."Mas Bram, mau kopi apa teh. Biar kubikinkan." Indah beranjak berdiri, tapi Bram menolaknya. "Nggak usah, Mbak. Saya sudah ngopi tadi. Saya ke sini ada perlu dengan ayah."Tanpa basa-basi, Bram membahas soal lahan yang digadaikan ayah mertuanya. Puspa minta maaf kalau terpaksa memberitahu sang suami, karena Bram pun awalnya tahu dari Pak Carik sendiri. "Nggak usah, Nak Bram. Ayah rela kok. Lagian masih ada beberapa sawah dan kebun yang bisa digarap," tolak Pak Lurah saat Bram mengutarakan
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

140. Suasana Menegangkan 1

PERNIKAHAN - Suasana Menegangkan Beberapa jam sebelumnya ...."Bagaimana keadaan Tante Ira?" tanya Irwan pada Dikri yang menemuinya pagi itu di rumah. Terlihat Dikri yang kusut begitu hancur."Mama sudah mau makan. Beberapa hari ini susah sekali disuruh makan. Denik juga nelepon tadi pagi. Nangis dan makin membuatku bingung. Aku ada rencana mengasingkan mama ke tempat Denik, tapi aku khawatir kalau membuat Denik makin terbebani karena posisi mama yang nggak stabil emosinya. Mana Denik lagi hamil pula."Irwan melihat kebingungan yang nyata di wajah sepupunya. Dia benar-benar bisa merasakan kemelut yang dialami Dikri. Namun rumah tangganya sendiri ibaratnya berada di ujung tanduk. "Orang-orang yang kemarin beriya sangat mendukungmu, sekarang bagaimana?"Dikri menghela nafas berat. "Politik itu kejam, Mas. Nggak kenal yang namanya teman. Yang ada hanya lawan. Mereka bisa akrab jika memiliki kepentingan. Selain itu kembali seperti orang asing, jika nggak menguntungkan."Mendengar ucapa
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status