All Chapters of Suami Terobsesi dengan Istrinya: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Melihat mereka berdua, Cassie menghentikan langkahnya. Shella pun mengerutkan kening."Bu, bukannya itu Cassie? Kok dia ada di sini?" Gita tidak sesabar Shella. "Dia makan di sini?"Hidangan dan rasa makanan di sini adalah yang terbaik, orang biasa tidak akan sanggup makan di sini.Cassie bisa makan di tempat seperti ini?Shella mendengus dingin. "Cassie sudah menjadi menantu Keluarga Carlo. Meskipun pria itu lumpuh, status dan kekayaannya nyata, nggak heran kalau Cassie datang ke tempat seperti ini."Cassie tidak ingin berurusan dengan mereka. Ketika dia hendak pergi, Gita menghalangi jalannya."Kamu menikah dengan pria lumpuh. Sekalipun kamu datang ke tempat mewah seperti ini, kamu cuma anak kampung." Sembari berbicara, dia memindai Cassie dari atas ke bawah sambil tersenyum sinis."Minggir!" kata Cassie dengan nada dingin.Gita menolak. "Buru-buru sekali? Karena aku bilang kamu menikah dengan pria lumpuh, kamu marah?"Jason mengerutkan kening. Ketika dia hendak menghentikan Gita, Zi
Read more

Bab 32

Kafin sedang mengkhawatirkan masalah ini."Tuk tuk ...."Siapa yang berani mengusiknya di saat seperti ini? Tepat ketika dia hendak mengumpat, pintu kantor dibuka. Melihat ekspresi Kafin, Shella pun bertanya dengan hati-hati, "Ada apa denganmu?"Suasana hati Kafin sangat buruk, dia duduk di kursi. "Ngapain datang ke sini?"Shella mengabaikan suasana hati Kafin. Dia berjalan mendekat sambil bertanya, "Kamu tahu nggak, Zico sudah bisa berdiri?"Kafin tertegun. Dia mengerutkan kening sambil memandang Shella. "Dia digigit ular beracun, bukannya nggak bisa diobati? Mana mungkin bisa berdiri?"Memang benar, Kafin pun tidak tahu. Ekspresi Shella makin muram. "Dia sudah bisa berdiri ....""Siapa yang bilang?" Sebelum Shella menyelesaikan ucapannya, Kafin sudah menyelanya."Kita lihat dengan mata kepala sendiri," jawab Gita.Masalah ini sudah berlalu beberapa waktu, suasana hatinya pun jauh lebih tenang. Dia berjalan ke depan meja sambil memandang Kafin. "Ayah, kita tertipu."Kabarnya tidak aka
Read more

Bab 33

Zico meliriknya. "Jangan menanyakan masalah pribadiku."Jason terkekeh. "Aku cuma penasaran. Nona Hazel sudah lama menemani Pak Zico, kurasa lebih cocok.""Jason." Zico merendahkan nada bicaranya. Suatu hawa dingin melanda dan membuat Jason bergidik. Tepat ketika dia ingin menjelaskan, Zico menatapnya dengan penuh maksud. "Kamu begitu tertarik pada masalah pribadiku, bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol?"Keringat dingin bercucuran di punggung Jason. Dia berkata sambil tersenyum, "Nggak berani."Saat ini, lift berhenti. Jason segera mundur selangkah untuk menjauhkan diri dari Zico.Zico meliriknya dengan santai, lalu keluar dari lift.Sepertinya Hazel tahu Zico akan kembali, dia menunggu di depan pintu dengan membawa seberkas dokumen. Melihat Zico berjalan mendekat, dia segera menghampiri Zico. "Dokumen ini perlu ditandatangani."Dia tidak mengungkit soal kejadian kemarin.Meributkan hal sepele hanya akan mengurangi nilainya di hati Zico.Patuh dan pengertian adalah senjata paling
Read more

Bab 34

Tidak, dia tidak mungkin tahu. Satu-satunya orang yang tahu sudah meninggal, mana mungkin dia tahu?Dia menahan kegelisahannya dan berkata dengan tenang, "Aku nggak paham maksud Nona Cassie.""Nona Hazel nggak pernah pergi ke Kompleks Murna?" tanya Cassie sambil memandang Hazel.Hazel tertegun, ternyata ini yang dimaksud oleh Cassie.Tak disangka, Cassie akan begitu cepat mengetahui hal ini.Yang penting bukan masalah itu.Walaupun demikian, dia tidak akan mengaku dan berpura-pura bodoh. "Kompleks Murna, tempat tinggal Nona Cassie?"Cassie tersenyum dingin, dia tidak melabrak Cassie. "Di mana tempat dudukku?"Hazel menunjuk posisi paling ujung. "Di sana."Cassie sengaja membuatnya marah. "Sekalipun kamu menempatkanku di sudut, kita tetap berada di gedung yang sama."Setelah selesai berbicara, dia berjalan menuju tempat tersebut.Dokumen yang berkaitan dengan pembangunan proyek baru di Negara Aruna sangat banyak. Karena mereka tidak menemukan penerjemah, semua dokumen itu belum ditangan
Read more

Bab 35

Cassie berusaha untuk tenang. "Pak, tolong kembali. Barangku ketinggalan di kantor."Sopir berpura-pura tidak mendengarnya.Cassie meninggikan suaranya. "Tolong berhenti!"Sopir itu mempercepat laju mobil, sikapnya berubah drastis. Dia berkata dengan nada dingin, "Kita belum sampai."Saat ini, napas Cassie menjadi tidak beraturan! Akal sehat memberitahunya untuk tidak panik, dia diam-diam menggerakkan tangannya ke samping kaki untuk mengeluarkan ponsel dan meminta bantuan.Melihat tindakannya, sopir taksi tiba-tiba menginjak rem. Karena terlalu mendadak, ponsel yang baru dikeluarkan Cassie jatuh."Kamu, siapa kamu? Apa maumu?" Cassie menahan rasa gugup dan takut di dalam hatinya.Sopir itu menginjak pedal gas dan meliriknya dari kaca spion. "Nona, kamu menyinggung orang? Aku hanya bekerja untuk uang."Jantungnya berdebar kencang dan tangannya gemetaran, siapa yang ingin mencelakainya?Hazel?"Aku bisa memberimu uang!" Cassie berusaha untuk bernegosiasi dengan sopir.Sopir meliriknya. M
Read more

Bab 36

Begitu selesai berbicara, kakinya melemas dan dia terjatuh.Samar-samar, dia melihat seseorang bergegas menangkapnya."Cassie," panggil Reynold dengan cemas.Cassie berusaha untuk tersenyum, ternyata Reynold. "Kak Reynold ...."Sopir menyadari ada yang tidak beres, terlihat jelas mereka saling kenal. Dia langsung berbalik pergi.Reynold melirik sopir yang melarikan diri, tetapi tidak mengejarnya. Sekarang, Cassie lebih penting.Dia menggendong Cassie masuk ke kamar. Di bawah cahaya terang, dia baru melihat lutut Cassie berlumuran darah."Kok bisa begini?" tanya Reynold dengan prihatin.Cassie tidak sanggup berbicara. Setelah merilekskan badannya, rasa sakit yang menjalar membuatnya kehilangan tenaga.Reynold membaringkannya di sofa. "Aku pergi ambil kotak P3K buat bersihin lukamu. Biar kulihat parah nggak.""Reynold, siapa dia?" tanya seorang wanita bersanggul tinggi yang mengenakan setelan rapi. Terdapat sebuah cincin giok besar di jarinya, dia tampak sangat anggun dan berkelas.Saat
Read more

Bab 37

Reynold menghentikan aksinya, uang tidak membuatnya bahagia.Cassie hendak mengatakan sesuatu, tetapi setelah ragu-ragu sejenak, dia mengurungkan niatnya. Lusy yang disebutkan oleh ibu Reynold adalah pacar Reynold?Namun, sepertinya Reynold tidak suka mendengar orang membahas hal ini.Jadi, dia tidak bertanya.Reynold mendongak dan melihat lima sidik jari di wajah Cassie. Dia mengerutkan kening sambil bertanya dengan tidak tega, "Siapa yang melakukannya?"Cassie tidak tahu, dia hanya menebak ini adalah perbuatan Hazel.Karena sepertinya dia adalah ancaman terbesar bagi Hazel. Hazel takut dia makin dekat dengan Zico."Aku nggak punya bukti." Dugaan bukan jawaban pasti.Reynold mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Cassie, Cassie refleks menghindar. Alhasil, tangannya tergantung di udara. Dia agak kecewa dan berpura-pura marah. "Kenapa? Kakak nggak boleh sentuh kamu?"Sebenarnya Cassie bukan sengaja ingin menghindar. Hanya saja, dia agak sensitif terhadap lawan jenis.Reynold merap
Read more

Bab 38

Selain ibunya, mungkin Reynold adalah orang yang baik padanya. Kebaikan Reynold membuatnya merasa terbebani, dia tidak tahu harus bagaimana membalas Reynold."Bolehkah nggak sebaik itu padaku?" kata Cassie dengan suara serak.Reynold tersenyum santai. "Bodoh, kamu panggil aku kakak, bukankah wajar kalau aku menjagamu? Nggak usah sungkan."Lalu, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh hidung Cassie. "Kamu sudah mau jadi ibu, masih mau menangis di hadapanku?"Cassie mendengus beberapa kali sambil tersenyum pada Reynold. Dia membawa pakaian itu ke kamar, lalu melepas jubah mandinya dan mengganti pakaian.Setelah sarapan, Reynold mengantarnya pulang."Pergi ke Kompleks Harbor." Karena masih ada waktu, dia harus pergi ke rumah Keluarga Lazuardy. Sekarang, Zico sudah memberinya tanah di Teluk Xabero, dia memiliki alat untuk bernegosiasi dengan Kafin.Dia harus mendapatkan kembali barang-barang itu. Dengan memiliki uang, dia baru sanggup melawan orang-orang yang ingin menyakitinya.Meskipun ti
Read more

Bab 39

Cassie tidak menyangka mereka akan menyakitinya karena takut dia mengandalkan Zico untuk melawan mereka.Sebelumnya dia tidak berpikir demikian, tetapi sekarang sudah berbeda.Mereka bukan hanya melukainya, tetapi juga anak di dalam perutnya.Karena dia mengalah, dia malah dianggap lemah dan mudah ditindas?"Memangnya kenapa kalau kamu dengar?" Karena tidak bisa disembunyikan, Shella tidak menyangkal."Benar, kamu kira kamu itu siapa? Kamu itu cuma anak yang dicampakkan oleh Ayah ....""Apa yang kalian ributkan pagi-pagi ... kok kamu bisa datang?" Kafin hendak menegur Shella, tetapi melihat Cassie datang, perhatiannya pun teralihkan.Cassie melirik Shella dan Gita, lalu pada akhirnya matanya tertuju pada Kafin. "Bukannya kamu menginginkan tanah di Teluk Xabero?"Kafin tercengang. "Kamu sudah mendapatkannya?"Pada saat yang sama, Shella dan Gita pun menatap Cassie dengan penuh amarah.Mereka kaget, Zico memperlakukannya dengan baik.Kalau tidak, bagaimana mungkin Zico memberikan kontrak
Read more

Bab 40

Ekspresi Kafin menegang. Dia tidak menyangka Cassie akan mengajukan permintaan lagi, kali ini apa yang diinginkan Cassie?Dalam sekejap, ekspresinya berubah muram."Jangan khawatir, aku nggak akan minta uangmu. Cukup kembalikan bagianku dan ibuku. Kalau kamu mau aku membantumu, bukannya nggak boleh, hanya saja ....""Kenapa?" tanya Kafin."Bercerai dengan Shella, aku akan membantumu."Kafin sangat tertekan.Cassie tidak berbasa-basi. Dia ingin melihat betapa pedulinya ayahnya pada wanita itu.Apa wanita itu lebih penting dari perusahaan?"Cassie ....""Cuma ini syaratnya. Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan memaksamu," kata Cassie dengan tenang.Kafin benar-benar mencintai Shella?Kafin berkata dengan tertekan, "Cassie, aku tahu kamu masih marah karena aku mengantarmu pergi. Saat itu Shella hamil dan bayi di dalam perutnya adalah anak laki-laki. Jadi ... jadi ....""Jadi kamu mengirimku dan ibuku pergi. Apa dia melahirkan anak laki-laki untukmu?" Cassie mengepalkan tangannya erat-erat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status