Reynold menghentikan aksinya, uang tidak membuatnya bahagia.Cassie hendak mengatakan sesuatu, tetapi setelah ragu-ragu sejenak, dia mengurungkan niatnya. Lusy yang disebutkan oleh ibu Reynold adalah pacar Reynold?Namun, sepertinya Reynold tidak suka mendengar orang membahas hal ini.Jadi, dia tidak bertanya.Reynold mendongak dan melihat lima sidik jari di wajah Cassie. Dia mengerutkan kening sambil bertanya dengan tidak tega, "Siapa yang melakukannya?"Cassie tidak tahu, dia hanya menebak ini adalah perbuatan Hazel.Karena sepertinya dia adalah ancaman terbesar bagi Hazel. Hazel takut dia makin dekat dengan Zico."Aku nggak punya bukti." Dugaan bukan jawaban pasti.Reynold mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Cassie, Cassie refleks menghindar. Alhasil, tangannya tergantung di udara. Dia agak kecewa dan berpura-pura marah. "Kenapa? Kakak nggak boleh sentuh kamu?"Sebenarnya Cassie bukan sengaja ingin menghindar. Hanya saja, dia agak sensitif terhadap lawan jenis.Reynold merap
Selain ibunya, mungkin Reynold adalah orang yang baik padanya. Kebaikan Reynold membuatnya merasa terbebani, dia tidak tahu harus bagaimana membalas Reynold."Bolehkah nggak sebaik itu padaku?" kata Cassie dengan suara serak.Reynold tersenyum santai. "Bodoh, kamu panggil aku kakak, bukankah wajar kalau aku menjagamu? Nggak usah sungkan."Lalu, dia mengulurkan tangan untuk menyentuh hidung Cassie. "Kamu sudah mau jadi ibu, masih mau menangis di hadapanku?"Cassie mendengus beberapa kali sambil tersenyum pada Reynold. Dia membawa pakaian itu ke kamar, lalu melepas jubah mandinya dan mengganti pakaian.Setelah sarapan, Reynold mengantarnya pulang."Pergi ke Kompleks Harbor." Karena masih ada waktu, dia harus pergi ke rumah Keluarga Lazuardy. Sekarang, Zico sudah memberinya tanah di Teluk Xabero, dia memiliki alat untuk bernegosiasi dengan Kafin.Dia harus mendapatkan kembali barang-barang itu. Dengan memiliki uang, dia baru sanggup melawan orang-orang yang ingin menyakitinya.Meskipun ti
Cassie tidak menyangka mereka akan menyakitinya karena takut dia mengandalkan Zico untuk melawan mereka.Sebelumnya dia tidak berpikir demikian, tetapi sekarang sudah berbeda.Mereka bukan hanya melukainya, tetapi juga anak di dalam perutnya.Karena dia mengalah, dia malah dianggap lemah dan mudah ditindas?"Memangnya kenapa kalau kamu dengar?" Karena tidak bisa disembunyikan, Shella tidak menyangkal."Benar, kamu kira kamu itu siapa? Kamu itu cuma anak yang dicampakkan oleh Ayah ....""Apa yang kalian ributkan pagi-pagi ... kok kamu bisa datang?" Kafin hendak menegur Shella, tetapi melihat Cassie datang, perhatiannya pun teralihkan.Cassie melirik Shella dan Gita, lalu pada akhirnya matanya tertuju pada Kafin. "Bukannya kamu menginginkan tanah di Teluk Xabero?"Kafin tercengang. "Kamu sudah mendapatkannya?"Pada saat yang sama, Shella dan Gita pun menatap Cassie dengan penuh amarah.Mereka kaget, Zico memperlakukannya dengan baik.Kalau tidak, bagaimana mungkin Zico memberikan kontrak
Ekspresi Kafin menegang. Dia tidak menyangka Cassie akan mengajukan permintaan lagi, kali ini apa yang diinginkan Cassie?Dalam sekejap, ekspresinya berubah muram."Jangan khawatir, aku nggak akan minta uangmu. Cukup kembalikan bagianku dan ibuku. Kalau kamu mau aku membantumu, bukannya nggak boleh, hanya saja ....""Kenapa?" tanya Kafin."Bercerai dengan Shella, aku akan membantumu."Kafin sangat tertekan.Cassie tidak berbasa-basi. Dia ingin melihat betapa pedulinya ayahnya pada wanita itu.Apa wanita itu lebih penting dari perusahaan?"Cassie ....""Cuma ini syaratnya. Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan memaksamu," kata Cassie dengan tenang.Kafin benar-benar mencintai Shella?Kafin berkata dengan tertekan, "Cassie, aku tahu kamu masih marah karena aku mengantarmu pergi. Saat itu Shella hamil dan bayi di dalam perutnya adalah anak laki-laki. Jadi ... jadi ....""Jadi kamu mengirimku dan ibuku pergi. Apa dia melahirkan anak laki-laki untukmu?" Cassie mengepalkan tangannya erat-erat
Amarah itu makin membara, seolah-olah akan menelan orang!Dia merendahkan suaranya dan mengangkat sudut bibirnya sehingga tidak terdengar sedikit pun kemarahan. Sebaliknya, ucapannya dipenuhi dengan nada sinis. "Peringatanku nggak penting?"Cassie otomatis bergidik."Kalian cuma nikah kontrak, kamu nggak berhak mengatur hidupnya," kata Reynold dengan kasar."Aku nggak berhak, apalagi kamu. Baik kontrak atau bukan, kamu mengincar istri orang, sangat tercela." Setelah berkata demikian, dia melirik Reynold dan Cassie yang berada di belakang Reynold. "Kuberi waktu satu menit."Setelah selesai berbicara, dia berjalan ke dalam gedung.Reynold berbalik untuk menatap Cassie. "Jangan takut, ada aku. Aku akan temani kamu jelasin semuanya."Cassie menggelengkan kepalanya, dia memang salah.Dia sudah berjanji, tetapi malah ingkar janji."Nggak usah. Kak Reynold, kamu pulang dulu, aku masih perlu kerja." Cassie melangkah memasuki gedung dan menyusul Zico.Cassie pun naik lift.Dia berdiri di depan
Cassie mengabaikan rasa sakit di lututnya. Dia bangun dari lantai dan memohon pada Zico untuk tidak menceraikannya. Dia menatap Zico dengan tatapan memelas. "Jangan bercerai denganku."Dia takut, dia takut kehilangan segalanya. Akhirnya, dia bisa memanfaatkan status istri Zico untuk memberikan tekanan pada Kafin, tetapi semuanya akan segera lenyap.Dia panik hingga meneteskan air mata.Zico mendekat, lalu membungkuk untuk mengangkat roknya. Kain kasa putih membalut lututnya dan bagian atas kain kasa dipenuhi dengan darah.Dia terluka?Melalui suaranya, dia terdengar agak mengasihani Cassie. Sepertinya dia pun tidak sadar bahwa dirinya akan mengasihani Cassie. "Kok bisa?"Cassie menyeka air matanya dan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelaskan, "Semalam aku lembut dan pulang dengan naik taksi. Ternyata ada yang membayar taksi itu untuk mencelakaiku. Untuk melarikan diri, aku melompat turun dari mobil dan terluka. Aku bukan sengaja nggak pulang, aku bersama Reynold karena dia yang me
Hampir semua orang di kantor mengetahui hubungan Hazel dengan Zico.Hazel memublikasikan hubungan mereka dengan sengaja, Zico tidak melarang atau membantah, artinya dia mengakui hubungan mereka.Sekarang, Hazel bukan hanya sekedar sekretaris, dia juga adalah calon nyonya Keluarga Carlo. Banyak orang yang menyanjungnya dan dia sangat dihargai di perusahaan.Tidak lama setelah Zico kembali ke kantor, seseorang menghampirinya. "Kak Hazel, kamu dan Pak Zico makan apa? Kami sangat iri."Hazel melirik Cassie dengan sudut matanya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bukan apa-apa, cuma sayuran, bebek panggang, ayam rebus dan udang gala.""Wah, semua ini makanan kesukaanmu," kata Yula Qirsia dengan kagum. "Pak Zico sungguh baik padamu."Hazel tersenyum tipis sambil memainkan kukunya yang indah. Meskipun dia tidak menjawab, dia secara tidak langsung membenarkan pernyataan Yula.Yula menghampirinya sambil bertanya, "Kak Hazel, kapan kamu dan Pak Zico akan menikah?"Hazel yang sedang memainkan jari p
Yula memandang air di tangannya sambil memikirkan apa yang akan terjadi pada Cassie kalau tersiram air ini.Setelah dibiarkan di suhu ruangan selama beberapa saat, suhu air pasti kurang dari seratus derajat. Paling-paling, kulit Cassie hanya akan melepuh.Karena ingin menyenangkan Hazel, dia harus lebih berusaha. Jadi, dia tersenyum dingin. "Kita bicarakan kalau kamu bisa menuntutku!"Sebelum dia selesai berbicara, air sudah terguyur ke arah Cassie.Cassie tidak bodoh hingga berdiri diam dan membiarkan Yula menyiramnya. Karena menghindar dengan cepat, luka di lututnya tertarik dan tubuhnya gemetaran. Alhasil, dia terjatuh ke lantai dan air tumpah ke roknya. Untung tidak mengenai tubuhnya."Ada apa?" Terdengar suara dingin, orang-orang segera berkumpul.Hazel berdiri di samping Zico sambil melirik Yula tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Orang lain tidak mengetahui hubungan Cassie dengan Zico, tetapi dia tahu.Dia tidak boleh membela siapa pun dan hanya boleh memantau dari samping.Yula