Semua Bab Menjadi Istri Cadangan Sang Tuan: Bab 51 - Bab 60

82 Bab

Bab 51

Keputusan untuk pergi ke Australia adalah keputusan yang tepat. Meski tujuannya hanya untuk menyelesaikan masalah perusahaan yang terjadi di sana, Calderon benar-benar bersyukur tidak pikir panjang saat Max membangunkannya dan meminta mereka untuk segera ke bandara. Sebab tak lama setelah kepergian Calderon, keluarga Camelia kembali menyambangi rumahnya. Mendesak kedua orang tuanya untuk segera melangsungkan pernikahan antara Camelia dan Calderon. Mungkin sepulang dari Australia, pernikahan itu akan dilangsungkan. Tapi sebelum itu terjadi, Calderon akan memperkenalkan Almora pada keluarganya. Dia akan membuat skenario lain agar pernikahan itu batal."Kita hanya satu minggu kan?" tanya Calderon pada Max yang berada di sebelahnya. "Bisa cepat atau bisa lebih," jawab Max. Calderon menghela napas. Menyandarkan punggungnya dengan lemas pada kursi, lalu menatap ke luar jendela. Gumpalan awan putih dan biru langit mengingatkan Calderon pada Almora. Dia tidak mengabari perempuan itu mengena
Baca selengkapnya

Bab 52

"Hari ini kita saja yang bertemu klien, Al. Tuan tidak datang karena ada kepentingan mendesak. Mungkin untuk satu minggu ke depan, kamu dan saya akan menghandle pertemuan dengan klien penting."Almora menatap Joya yang baru saja bicara. Almora tidak kaget kalau pekerjaan Calderon tiba-tiba dilimpahkan padanya. Tapi yang membuatnya kaget adalah kalimat Tuan tidak datang karena ada kepentingan mendesak. Bagaimana Joya bisa tau? Dirinya saja tidak tahu kalau pria itu akan absen selama satu minggu. Perihal Calderon tidak datang saja Almora tidak tahu, apalagi mengenai waktu absen Calderon yang sampai satu minggu."Bagaimana? Siap kan?" Joya menatap Almora yang bengong. "Almora,"Almora tersadar, lalu memberikan anggukkan. "Siap, Joy."Joya tersenyum. "Baiklah. Siang nanti ada meeting di cafe dekat perpustakaan kota. Nanti saya kabari kalau meeting itu jadi.""Baik, Joy," angguk Almora."Kalau ada yang ingin dibicarakan, silahkan temui saya di ruangan."Almora mengangguk lagi. "Baik, Joy."
Baca selengkapnya

Bab 53

Calderon memang ahli sekali dalam urusan pukul memukul. Kalau tak mempan, dia akan mengeluarkan magnum mahalnya untuk ditodongkan pada lawan yang tak kunjung mau bicara. Sudah sejauh ini, bawahan dari pesaingnya semuanya sama saja. Diego dan Parisa tak ada bedanya. Sama-sama menyebalkan."Apa dia saudara Paris?" tanya Calderon pada Max yang berdiri di sebelahnya."Tidak, Tuan," jawab Max.Calderon mendengus kasar, lalu melempar pistolnya ke sembarang arah. Persetan dengan rusak, Calderon sedang kesal. "Diego, tolong jangan persulit. Temanmu di Indonesia bernama Paris juga seperti ini. Dia kehilangan anggota keluarganya karena terlalu setia."Diego tetap tak bersuara. Hanya matanya yang kian tajam menyorot Calderon. Hal itu membuat Calderon semakin geram. Manusia selalu saja mengabaikan kesempatan yang tersedia. Dia seharusnya bicara, sebelum kaki Calderon melayang mengenai kepalanya. Diego terjatuh dari kursinya saat Calderon menendang kepalanya. Pria itu langsung pingsan."Sialan!" m
Baca selengkapnya

Bab 54

Almora pulang lebih awal hari ini. Tidak ada pekerjaan lagi di kantor membuatnya bisa meninggalkan kantor sekitar pukul setengah enam. Disaat yang bersamaan Joya juga pulang. Sempat menawari pulang bersama tapi Almora menolak. Arah rumah mereka berbeda dan Almora tidak ingin merepotkan Joya. Angkutan umum seperti trans menjadi transportasi yang Almora pilih. Dia malas naik ojek online atau grab. Sesekali mencoba berdesakkan di trans agaknya menyenangkan. Berebut kursi dengan budak corporate dan orang-orang yang meninggalkan tempat kerja untuk bertemu keluarga.Kini Almora menunggu trans di halte yang berada tak jauh dari kantor bersama rekan-rekan lain yang tak begitu dia kenal. Selama berada di kantor, Almora banyak menghabiskan waktu di ruangan. Jarang bertemu dengan pegawai yang lain. "Ekhm."Almora menoleh, menatap pria yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya. Mata Almora membulat begitu sadar siapa yang baru saja berdeham dan kini menatapnya dengan senyuman."Ken?" "Hai," sapanya
Baca selengkapnya

Bab 55

Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya, setelah melewati hari-hari yang melelahkan, Calderon pulang ke Indonesia. Membawa kemenangan karena jalur dagang berhasil diamankan dan sedikit luka di pipi karena terkena goresan pisau Tirtatius. Sebagai pria sejati yang punya ego tinggi, tentu saja kemenangan ini tidak diperoleh lewat jalur damai. Perlu sedikit adu kekuatan untuk bisa pulang dengan senyum lebar. Tidak masalah pipinya gores, yang penting Tirtatius berjanji tidak mengulangi perbuatannya. Entah benar-benar tidak akan diulangi atau hanya omong kosong belaka, kita lihat saja nanti.Setelah turun dari pesawat dan mengurus ini itu di bandara, Calderon langsung meminta Max menancap gas menuju kantor. Manusia pertama yang harus dia temui adalah Almora sebab rindu di dalam dadanya tidak bisa lagi dibendung. Calderon ingin segera melihat wajah cantik itu, memeluk tubuh kecilnya seraya menikmati aroma manis yang selalu berhasil memikat hati Calderon.Ternyata jatuh cinta segila ini."Selam
Baca selengkapnya

Bab 56

Mendadak ruangan itu hening.Calderon tidak bereaksi selama sepersekian detik.Almora menatap sendu pria yang mendadak tak bersuara itu. Pikiran-pikiran buruk mulai berdatangan. Diamnya Calderon membuat Almora berpikir kalau pria itu merasa tidak senang dan merasa kabar mengenai kehamilannya sebagai ancaman.Almora juga tidak ingin ada di posisi ini. Dia tidak berharap berhubungan sejauh ini dengan Calderon dalam waktu dekat. Dia terjebak tipu daya, termakan rayuan nafsu dan melupakan segala-galanya. Faktanya, Almora memang semurah itu. Dia menutup wajahnya kala merasa sesak mulai memenuhi rongga dadanya. Disaat seperti ini dia baru menyadari betapa bodoh dirinya. Lalu bagaimana sekarang? Apa Calderon akan membuangnya? Apa pria itu akan tetap sama setelah tahu Almora sedang mengandung darah dagingnya? Almora tidak lagi dapat berpikir positif karena Calderon tak kunjung bersuara.Tanpa sadar, air mata Almora turun. Bersembunyi di balik telapak tangan yang menutupi wajahnya."Almora."
Baca selengkapnya

Bab 57

"Kenapa kau gak cerita kalau kau ada pacar?"Suara Mona mengurungkan niat Almora untuk memasuki kamar. Dia menelan ludah, lalu berbalik menatap perempuan berkaos oblong yang tengah berdiri sembari bersedekap dada di hadapannya. "Kak...""Kenapa kau merahasiakannya, Almora? Takut kalau ku ambil pacar kau?" Almora menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan begitu, kak. Aku lagi menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu kalian."Mona merotasikan bola matanya. Alasan basi. Kemarin teman Mona juga berkata begitu saat ketahuan sudah punya pacar. "Alasan!""Maaf, kak," sesal Almora. "Maaf.."Cukup Ken saja yang pergi dengan perasan terluka, jangan Mona. Ini saja Almora masih memikirkan bagaimana caranya agar Ken mau memaafkannya. Almora tidak berharap mereka bisa seperti semula, tapi Almora ingin Ken tidak membencinya. Sebut saja Almora egois karena ingin semuanya kembali baik-baik saja usai menghancurkan semuanya."Kecewa aku, Al. Aku pikir aku ini kakak mu, kau adek ku. Tapi rupanya aku mema
Baca selengkapnya

Bab 58

"Ayah senang kamu bisa mendapatkan pengganti Camelia, Cal. Tapi kalau penggantinya adalah perempuan itu, itu sama saja dengan menjatuhkan harga diri kita. Dia berada jauh di bawah Camelia. Kamu dan kita semua pasti akan ditertawakan karena kamu lebih memilih perempuan rendahan."Calderon mengeraskan rahangnya mendengar kalimat Tuan Saka. Pria tua itu selalu saja bicara soal atas dan bawah. Ya, Calderon tau Almora berada jauh di bawah Camelia. Calderon juga tau tidak ada yang lebih penting selain kesetaraan. Namun bagaimana bisa aturan tidak jelas itu terus berlanjut. Menikah dengan orang yang tidak dicintai bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi Calderon harus mempertaruhkan namanya hanya untuk bertanggung jawab pada hal yang bukan perbuatannya.Calderon bisa saja menurut kalau saja perempuan itu bukan Camelia dan tidak sedang mengandung anak dari pria lain. Calderon merasa diinjak-injak."Tapi Almora hamil, anak ku. Keturunan aku. Itu jelas lebih baik dari pada bertanggung jawab untu
Baca selengkapnya

Bab 59

Calderon menghilang selama tiga hari usai mengajak Almora makan malam di rumahnya. Dia tidak ke kantor dan tidak mengabari Almora. Pesan-pesan yang Almora kirimkan tidak dibaca. Telepon darinya juga tidak diangkat. Operator telepon sering muncul dan mengatakan nomor yang Almora tuju tidak dapat dihubungi. Hal itu membuat Almora berpikir lagi mengenai malam itu. Tuan Saka yang menolaknya dan Calderon yang berjanji untuk menikahinya.Apa jangan-jangan itu memang hanya omong kosong? Janji yang diucapkan untuk menenangkan, tapi tak untuk diwujudkan. Almora merasa ada yang tidak beres. Dia mulai menduga kalau Calderon kabur dan meninggalkannya.Di tengah kekhawatiran yang tengah melanda, kantor mereka kedatangan tamu penting. Joya berlari mengetuk pintu ruangannya. Dengan napas tak beraturan, meminta Almora segera turun karena tamu tersebut mencari Almora. Dia jelas bingung. "Siapa sih, Joy?" tanya Almora penasaran."Tuan Saka."Darah Almora langsung berdesir mendengarnya. Tuan Saka? Ayah
Baca selengkapnya

Bab 60

Tidak ada semangat dalam diri Almora saat tahu pesannya diabaikan begitu saja. Calderon sudah membacanya, tapi tak memberikan balasan. Turun dari bus, Almora melangkah lesu menuju kosannya. Almora sudah tak punya tenaga barang untuk melangkah. Rasanya begitu hancur saat sadar dirinya telah dicampakkan. Di depan pagar yang tertutup rapat, Almora melihat Ken berdiri. Menatapnya dengan sorot mata yang berbeda. Dia tampak tidak marah, tampak tidak benci juga. Sorot matanya kembali seperti saat dimana mereka pertama kali jatuh cinta.Apa yang membawa pria itu kembali dengan hati yang tampak lebih lapang? "Ken," panggil Almora begitu berhenti di hadapan pria itu.Ken telah menunggu Almora satu jam lebih lamanya. Bahkan sudah duduk berdua di teras bersama Mona yang menceritakan bagaimana malangnya perempuan yang berdiri kebingungan itu. Mereka buka-bukaan. Ken menceritakan apa hubungannya dengan Almora dan Mona juga menjelaskan kenapa Almora bisa bersikap seperti itu. Ken benar-benar tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status