Home / Pernikahan / Tuan CEO, Mari Bercerai! / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tuan CEO, Mari Bercerai!: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

41. Satu Tempat Dua Cerita

Meja di sudut kafe itu terasa lebih kecil daripada seharusnya. Saga duduk dengan santai, menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyesap kopinya perlahan, sementara Nindy duduk di depannya dengan ekspresi tidak senang. Mata Nindy sesekali melirik meja di mana Krisna dan Radha tengah berbicara. Namun, ia lebih sering memandangi Saga dengan tatapan penuh rasa tidak suka. “Aku heran sekali padamu, Nindy. Kau ini tidak punya kerjaan lain untuk menyibukkan dirimu selain terus menguntit Krisna, ya?” Nindy mendelik tajam dengan ekspresi mencemooh. “Bukankah justru kau yang suka tiba-tiba muncul seperti hantu kesepian yang selalu berusaha mencari perhatian tiap kali Radha dalam masalah? Dasar pria murahan.” Saga terkekeh pelan, sorot matanya tajam saat ia menatap balik Nindy. “Pria murahan? Wah, ini lucu. Kau yang sudah terang-terangan menempel pada pria yang jelas-jelas tidak tertarik padamu justru berani berkata seperti itu? Aku dengar ada istilah untuk orang sepertimu. Pengganggu yang
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

42. Sudah Berakhir?

“Dari semua tempat yang aku cari, aku justru menemukanmu di rumah sakit. Jadi aku tanya, apa kau sedang sakit?” Radha yang sebenarnya sudah menduga bahwa Krisna akan menanyakan hal itu, terdiam sejenak. Tanpa disadari, jantungnya berdegup lebih cepat. Ada rasa gugup yang menggelayuti hatinya. Bagaimana jika Krisna sampai tahu bahwa dirinya datang ke rumah sakit adalah untuk memeriksakan kehamilannya? Apakah Krisna akan memperhambat proses perceraian mereka? Apakah Krisna dan keluarganya akan menggunakan calon anaknya sebagai alat untuk mengekang dan menyiksa hidup Radha lagi? Batin Radha bergejolak hebat, menolak sekuat mungkin atas segala kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi jika Krisna tahu di dalam rahimnya ada anak kandungnya. Tidak. Krisna tidak boleh tahu. Sebisa mungkin Radha harus merahasiakan kehamilannya dari siapa pun yang berasal dari keluarga Harlingga. Terutama Krisna. Meski terkesan jahat karena telah memisahkan seorang anak dari ayahnya, tapi Radha seakan
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

43. Temuan Nindy

Mereka berdua akhirnya menyudahi percakapan dengan masing-masing membawa luka yang tak terucapkan. Radha berdiri lebih dulu, mengambil tasnya, lalu berjalan pergi meninggalkan Krisna tanpa menoleh sedikit pun. Tepat di pintu kafe, ia melihat Saga berdiri menunggunya. Dengan langkah berat, Radha menghampiri pria itu, menerima uluran tangan yang diberikan Saga. Saga menatapnya dengan penuh kekhawatiran. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Radha mengangguk pelan. “Ayo pergi.” Saga mengangguk dan mengiringi langkah Radha menuju mobil yang terparkir di tepi jalan. Krisna yang masih duduk di dalam kafe hanya bisa memandang kepergian mereka dengan tatapan kosong. Entah mengapa ada perasaan tak rela yang terus menghantuinya. Beberapa saat setelah kepergian Radha dan Saga, Nindy berjalan mendekati meja tempat Krisna duduk, senyumnya lebar seperti biasa. “Krisna,” sapanya, mencoba menarik perhatian pria itu. “Hari ini kau tidak begitu sibuk ‘kan? Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Sejak ta
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

44. Merasa Terancam

“TIDAK!” Suaranya menggema, menarik perhatian beberapa pengunjung di kafe yang menoleh padanya dengan tatapan heran. Salah seorang pelayan bahkan hampir mendekat untuk menanyakan apakah dia baik-baik saja, tapi Nindy sudah berdiri sambil menggenggam tas tangannya dengan gemetar. Dia tidak peduli pada tatapan orang-orang di sekitarnya. Lalu tanpa berkata apa-apa, Nindy melangkah keluar dari kafe dengan langkah tergesa-gesa. Sepatu hak tingginya beradu keras dengan lantai keramik, menciptakan suara berirama yang seolah mempertegas kegelisahan hatinya. Nindy menyeberangi jalan tanpa memedulikan klakson mobil yang hampir mengenainya, wajahnya hanya menatap lurus ke depan, tujuannya sudah jelas. Kembali ke rumah sakit. Saat tiba di lobi rumah sakit, napas Nindy tersengal. Sejenak ia menghentikan langkahnya, untuk mengatur kembali ritme napasnya agar kembali normal. "Tenang, Nindy," gumamnya pada diri sendiri. Namun, pikirannya tetap berputar liar. Obat yang dia temukan itu tidak
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

45. Niat Licik Dua Betina

“Tidak mungkin!” Gayatri menggenggam lengan kursi dengan erat, seolah mencoba mencari pegangan di tengah badai yang tiba-tiba datang. Tatapannya terpaku pada wajah Nindy, mencoba mencari celah apakah ini hanya sekedar gurauan anak muda jaman sekarang atau tidak. Namun, melihat ekspresi serius dan tegang Nindy, harapannya pupus seketika. “Tidak mungkin,” ulang Gayatri, kali ini dengan nada yang lebih pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. “Radha tidak mungkin hamil. Bagaimana bisa itu terjadi? Dia ... dan Krisna—” Gayatri menggelengkan kepala dengan cepat, enggan membayangkan apa yang sudah terjadi pada Radha dan Krisna. “Ini pasti tidak benar. Aku sangat mengenal anakku. Krisna—dia ... tidak akan pernah sudi menyentuh perempuan sialan itu ....” “Aku juga sepemikiran dengan Mama,” sela Nindy, tubuhnya merosot lemas ke sandaran sofa. “Tapi bagaimana dengan obat yang aku temukan itu? Kata temanku yang juga seorang dokter, obat itu adalah vitamin untuk ibu hamil. Ditambah lagi
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

46. Sifat Manipulasi Nindy

“Dokter, Anda pasti tahu siapa Harlingga, bukan?”Dr. Sasmitha kembali terdiam. Tampaknya ia mulai menyadari ke arah mana pembicaraan ini akan berjalan.“Radha Harlingga adalah salah satu anggota penting di keluarga kami. Khususnya bagi Kakek Felix, dia merupakan cucu menantu kesayangannya. Namun karena seorang laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya, Radha lari dengannya,” kata Nindy, berbohong. “Saya takut, jika seandainya dia hamil dengan laki-laki itu dan bukan dari suaminya, maka jelas itu akan sangat mencoreng nama baik keluarga Harlingga. Saat ini mungkin keluarga besar kami belum tahu tentang kondisi Radha. Tapi jika mereka mengetahuinya, entah apa yang akan mereka lakukan pada Radha nantinya.”Dr. Sasmitha mencoba membaca ekspresi wajah Nindy, sekaligus mencerna makna dari tiap kata yang keluar dari bibirnya. Meski nada bicaranya terdengar tenang, tapi Dr. Sasmitha tahu ada maksud tertentu yang tersirat—yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ia menghela napas, mencoba menenan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

47. Berhenti Membuatku Khawatir

Sejak pertemuannya dengan Krisna di kafe, Radha lebih memilih untuk mengurung diri dalam kamar. Tanpa ada keinginan melakukan apa pun, ia hanya berdiri di dekat jendela, menatap kosong ke arah taman. Pikirannya seakan tenggelam, dan terus berputar-putar tanpa arah.Sesekali suara isak tangisnya terdengar dari balik pintu kamar, membuat para pelayan yang mendengarnya saling bertukar pandang dengan cemas.Sore harinya, Saga pulang lebih awal dari kantor. Ia hanya memimpin rapat sebentar lalu memutuskan untuk kembali ke vila. Pikirannya tidak bisa tenang memikirkan sikap Radha yang berubah jadi lebih pendiam, usai pembicaraannya dengan Krisna di kafe pagi tadi. Meski tak berkata apa-apa, tapi Saga yakin, penyebab Radha seperti itu karena Krisna.Begitu kaki panjangnya melangkah masuk ke dalam vila, Saga langsung bisa mencium ada yang tidak beres dari gelagat para pelayannya.“Apa Radha belum juga keluar dari kamarnya?” Tanya Saga, jelas sekali ada guratan kecemasan di wajah tampannya.Sa
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

48. Jangan Biarkan Kebahagiaanmu Direnggut

“Tiap kali aku memikirkannya, itu membuatku sesak.”Saga terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. Ia tahu Krisna adalah pria yang keras kepala, sombong, dan jarang—sebenarnya hampir tidak pernah—untuk mau mengakui kesalahannya. Dan fakta bahwa Krisna meminta maaf pada orang yang dianggapnya sebagai sumber kesakitannya, jelas mengguncang Saga.Apa mungkin hal itu ada kaitannya usai Krisna melihat isi amplop yang Saga berikan padanya? Saga menghela napas panjang. Bisa saja itu terjadi. Dan itu artinya, Krisna telah mengetahui semuanya. Skandal terburuk yang dilakukan oleh keluarganya sendiri.“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, Radha?” Tanya Saga.Radha mengangkat bahunya perlahan, tatapannya jatuh ke lantai. “Aku tidak tahu, Kak. Aku benar-benar tidak tahu.” Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan gejolak emosi yang kembali menyeruak. “Aku bingung. Kenapa baru sekarang? Di saat semuanya sudah di ambang kehancuran, di saat aku sudah menyerah dan memutuskan untuk ber
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

49. Pertemuan Rahasia

Malam itu, di sebuah restoran eksklusif ternama di pusat kota, Gayatri dan Nindy berada di sebuah ruangan VVIP yang terletak di lantai paling atas. Restoran itu terkenal tak hanya menawarkan suasana yang mewah, tapi juga memiliki ruang privasi tingkat tinggi, dengan dinding tebal kedap suara dan pelayan yang tidak akan masuk kecuali dipanggil.Di dalam sana, Gayatri duduk dengan anggun di salah satu kursi berbahan beludru. Penampilannya sempurna, seperti biasanya. Rambutnya tersanggul rapi, dengan cincin berlian di jarinya yang berkilauan di bawah lampu. Berbanding terbalik dengan Gayatri, Nindy justru tampak gelisah. Gaun merah elegan yang membalut tubuh rampingnya, tetap tak bisa menutupi ekspresi gugup di wajahnya.Sesekali Nindy melirik jam di tangannya. Sudah hampir jam delapan malam dan orang yang ditunggunya belum juga datang."Ma," bisik Nindy, mencoba memecah keheningan. "Apa Mama yakin orang yang akan kita temui ini bisa dipercaya?"Gayatri menyesap anggur merah dari gelas
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

50. Seseorang Yang Bisa Diandalkan

Hari ini adalah hari yang telah Radha nantikan sekaligus yang paling ditakutinya. Di mana semua yang selama ini ia pertahankan akan benar-benar berakhir.Di depan cermin, Radha berdiri dengan tubuh yang tampak tegar, tetapi tangannya gemetar saat merapikan rambutnya. Sebuah gaun sederhana berwarna krem membalut tubuhnya, mencerminkan kesan anggun namun penuh kesedihan. Ia menatap bayangan dirinya dalam-dalam, mencoba mencari keberanian yang mungkin tersembunyi di balik matanya yang mulai basah.Ketukan di pintu memecah keheningan. “Radha,” suara Saga terdengar lembut namun tegas. “Boleh aku masuk?”Radha menghela napas pelan. “Masuklah, Kak.”Pintu terbuka, dan di baliknya berdiri Saga dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia mengenakan kemeja biru yang rapi, tetapi sorot matanya menunjukkan kegelisahan yang sama seperti yang dirasakan Radha.“Apa kau yakin, tidak akan membiarkanku ikut denganmu ke pengadilan?” Itu adalah pertanyaan yang ke sekian kalinya dari Saga.Radha menggeleng pelan
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status