Share

44. Merasa Terancam

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-11-29 20:18:45

“TIDAK!”

Suaranya menggema, menarik perhatian beberapa pengunjung di kafe yang menoleh padanya dengan tatapan heran. Salah seorang pelayan bahkan hampir mendekat untuk menanyakan apakah dia baik-baik saja, tapi Nindy sudah berdiri sambil menggenggam tas tangannya dengan gemetar.

Dia tidak peduli pada tatapan orang-orang di sekitarnya. Lalu tanpa berkata apa-apa, Nindy melangkah keluar dari kafe dengan langkah tergesa-gesa. Sepatu hak tingginya beradu keras dengan lantai keramik, menciptakan suara berirama yang seolah mempertegas kegelisahan hatinya.

Nindy menyeberangi jalan tanpa memedulikan klakson mobil yang hampir mengenainya, wajahnya hanya menatap lurus ke depan, tujuannya sudah jelas.

Kembali ke rumah sakit.

Saat tiba di lobi rumah sakit, napas Nindy tersengal. Sejenak ia menghentikan langkahnya, untuk mengatur kembali ritme napasnya agar kembali normal.

"Tenang, Nindy," gumamnya pada diri sendiri.

Namun, pikirannya tetap berputar liar. Obat yang dia temukan itu tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   45. Niat Licik Dua Betina

    “Tidak mungkin!” Gayatri menggenggam lengan kursi dengan erat, seolah mencoba mencari pegangan di tengah badai yang tiba-tiba datang. Tatapannya terpaku pada wajah Nindy, mencoba mencari celah apakah ini hanya sekedar gurauan anak muda jaman sekarang atau tidak. Namun, melihat ekspresi serius dan tegang Nindy, harapannya pupus seketika. “Tidak mungkin,” ulang Gayatri, kali ini dengan nada yang lebih pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. “Radha tidak mungkin hamil. Bagaimana bisa itu terjadi? Dia ... dan Krisna—” Gayatri menggelengkan kepala dengan cepat, enggan membayangkan apa yang sudah terjadi pada Radha dan Krisna. “Ini pasti tidak benar. Aku sangat mengenal anakku. Krisna—dia ... tidak akan pernah sudi menyentuh perempuan sialan itu ....” “Aku juga sepemikiran dengan Mama,” sela Nindy, tubuhnya merosot lemas ke sandaran sofa. “Tapi bagaimana dengan obat yang aku temukan itu? Kata temanku yang juga seorang dokter, obat itu adalah vitamin untuk ibu hamil. Ditambah lagi

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   46. Sifat Manipulasi Nindy

    “Dokter, Anda pasti tahu siapa Harlingga, bukan?”Dr. Sasmitha kembali terdiam. Tampaknya ia mulai menyadari ke arah mana pembicaraan ini akan berjalan.“Radha Harlingga adalah salah satu anggota penting di keluarga kami. Khususnya bagi Kakek Felix, dia merupakan cucu menantu kesayangannya. Namun karena seorang laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya, Radha lari dengannya,” kata Nindy, berbohong. “Saya takut, jika seandainya dia hamil dengan laki-laki itu dan bukan dari suaminya, maka jelas itu akan sangat mencoreng nama baik keluarga Harlingga. Saat ini mungkin keluarga besar kami belum tahu tentang kondisi Radha. Tapi jika mereka mengetahuinya, entah apa yang akan mereka lakukan pada Radha nantinya.”Dr. Sasmitha mencoba membaca ekspresi wajah Nindy, sekaligus mencerna makna dari tiap kata yang keluar dari bibirnya. Meski nada bicaranya terdengar tenang, tapi Dr. Sasmitha tahu ada maksud tertentu yang tersirat—yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ia menghela napas, mencoba menenan

    Last Updated : 2024-12-01
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   47. Berhenti Membuatku Khawatir

    Sejak pertemuannya dengan Krisna di kafe, Radha lebih memilih untuk mengurung diri dalam kamar. Tanpa ada keinginan melakukan apa pun, ia hanya berdiri di dekat jendela, menatap kosong ke arah taman. Pikirannya seakan tenggelam, dan terus berputar-putar tanpa arah.Sesekali suara isak tangisnya terdengar dari balik pintu kamar, membuat para pelayan yang mendengarnya saling bertukar pandang dengan cemas.Sore harinya, Saga pulang lebih awal dari kantor. Ia hanya memimpin rapat sebentar lalu memutuskan untuk kembali ke vila. Pikirannya tidak bisa tenang memikirkan sikap Radha yang berubah jadi lebih pendiam, usai pembicaraannya dengan Krisna di kafe pagi tadi. Meski tak berkata apa-apa, tapi Saga yakin, penyebab Radha seperti itu karena Krisna.Begitu kaki panjangnya melangkah masuk ke dalam vila, Saga langsung bisa mencium ada yang tidak beres dari gelagat para pelayannya.“Apa Radha belum juga keluar dari kamarnya?” Tanya Saga, jelas sekali ada guratan kecemasan di wajah tampannya.Sa

    Last Updated : 2024-12-02
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   48. Jangan Biarkan Kebahagiaanmu Direnggut

    “Tiap kali aku memikirkannya, itu membuatku sesak.”Saga terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. Ia tahu Krisna adalah pria yang keras kepala, sombong, dan jarang—sebenarnya hampir tidak pernah—untuk mau mengakui kesalahannya. Dan fakta bahwa Krisna meminta maaf pada orang yang dianggapnya sebagai sumber kesakitannya, jelas mengguncang Saga.Apa mungkin hal itu ada kaitannya usai Krisna melihat isi amplop yang Saga berikan padanya? Saga menghela napas panjang. Bisa saja itu terjadi. Dan itu artinya, Krisna telah mengetahui semuanya. Skandal terburuk yang dilakukan oleh keluarganya sendiri.“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, Radha?” Tanya Saga.Radha mengangkat bahunya perlahan, tatapannya jatuh ke lantai. “Aku tidak tahu, Kak. Aku benar-benar tidak tahu.” Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan gejolak emosi yang kembali menyeruak. “Aku bingung. Kenapa baru sekarang? Di saat semuanya sudah di ambang kehancuran, di saat aku sudah menyerah dan memutuskan untuk ber

    Last Updated : 2024-12-02
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   49. Pertemuan Rahasia

    Malam itu, di sebuah restoran eksklusif ternama di pusat kota, Gayatri dan Nindy berada di sebuah ruangan VVIP yang terletak di lantai paling atas. Restoran itu terkenal tak hanya menawarkan suasana yang mewah, tapi juga memiliki ruang privasi tingkat tinggi, dengan dinding tebal kedap suara dan pelayan yang tidak akan masuk kecuali dipanggil.Di dalam sana, Gayatri duduk dengan anggun di salah satu kursi berbahan beludru. Penampilannya sempurna, seperti biasanya. Rambutnya tersanggul rapi, dengan cincin berlian di jarinya yang berkilauan di bawah lampu. Berbanding terbalik dengan Gayatri, Nindy justru tampak gelisah. Gaun merah elegan yang membalut tubuh rampingnya, tetap tak bisa menutupi ekspresi gugup di wajahnya.Sesekali Nindy melirik jam di tangannya. Sudah hampir jam delapan malam dan orang yang ditunggunya belum juga datang."Ma," bisik Nindy, mencoba memecah keheningan. "Apa Mama yakin orang yang akan kita temui ini bisa dipercaya?"Gayatri menyesap anggur merah dari gelas

    Last Updated : 2024-12-03
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   50. Seseorang Yang Bisa Diandalkan

    Hari ini adalah hari yang telah Radha nantikan sekaligus yang paling ditakutinya. Di mana semua yang selama ini ia pertahankan akan benar-benar berakhir.Di depan cermin, Radha berdiri dengan tubuh yang tampak tegar, tetapi tangannya gemetar saat merapikan rambutnya. Sebuah gaun sederhana berwarna krem membalut tubuhnya, mencerminkan kesan anggun namun penuh kesedihan. Ia menatap bayangan dirinya dalam-dalam, mencoba mencari keberanian yang mungkin tersembunyi di balik matanya yang mulai basah.Ketukan di pintu memecah keheningan. “Radha,” suara Saga terdengar lembut namun tegas. “Boleh aku masuk?”Radha menghela napas pelan. “Masuklah, Kak.”Pintu terbuka, dan di baliknya berdiri Saga dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia mengenakan kemeja biru yang rapi, tetapi sorot matanya menunjukkan kegelisahan yang sama seperti yang dirasakan Radha.“Apa kau yakin, tidak akan membiarkanku ikut denganmu ke pengadilan?” Itu adalah pertanyaan yang ke sekian kalinya dari Saga.Radha menggeleng pelan

    Last Updated : 2024-12-04
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   51. Dua Pria Misterius

    Langit pagi itu yang semula cerah, mendadak berubah mendung begitu mobil yang dikendarai oleh Pak Arman berhenti di pelataran parkiran gedung pengadilan.Radha yang duduk di kursi penumpang, tak langsung turun dari mobil dan hanya menatap diam ke arah gedung tinggi itu dengan perasaan gelisah.Seolah menyadari perubahan ekspresi di wajah Radha, Pak Arman berceletuk ringan, “semuanya akan baik-baik saja, Bu Radha.”Radha tersentak dari aksi diamnya, dan memaksakan dirinya untuk tersenyum sebagai respon sederhana dari perkataan Pak Arman.“Anda tenang saja. Saya akan pastikan semuanya berjalan lancar, dan Anda akan mendapatkan hak yang sudah seharusnya Anda terima,” lanjut Pak Arman, begitu semangat.Radha tersenyum lemah, lalu menghela napas panjang. “Terima kasih, Pak Arman. Tapi sebenarnya, saya tidak menginginkan apa-apa. Saya hanya ingin semua ini cepat selesai.”Pak Arman mengangguk pelan, “baikl

    Last Updated : 2024-12-05
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   52. Sebuah Peringatan

    Pak Arman kembali ke kafetaria dengan langkah santai setelah menyelesaikan panggilan teleponnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat kursi tempat Radha duduk sebelumnya kini kosong. Matanya menyapu sekeliling ruangan, mencoba mencari keberadaan Radha. Hanya secangkir kopi yang masih utuh di meja menjadi satu-satunya petunjuk bahwa sesuatu telah terjadi.“Bu Radha?” panggil Pak Arman sambil berjalan lebih cepat menuju tempat duduk itu. Namun tidak ada jawaban, yang membuat hatinya mulai diliputi kegelisahan. Ia segera mencari nomor kontak Radha di ponselnya dan berusaha meneleponnya.Nada sambung terdengar beberapa kali, tetapi tidak ada yang mengangkat. Pak Arman mencoba lagi, dan hasilnya sama. "Astaga, ke mana dia?" gumamnya dengan wajah semakin tegang.Bersamaan dengan itu, suara langkah tergesa-gesa terdengar dari belakangnya. Ia berbalik dan melihat Martha mendekat dengan napas tersengal, wajahnya tampak panik.“P

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   97. Sulit Ditebak

    “Seberapa berpengaruhnya dia?” Andre tersenyum tipis, tetapi kali ini senyumnya lebih dingin. “Cukup untuk bisa masuk ke dalam lingkaran bisnis kelas atas tanpa harus membawa nama Harlingga. Dan cukup untuk membuat banyak orang bertanya-tanya… siapa sebenarnya yang berdiri di belakangnya.” Aresha membatu seketika. Jadi, Joshua bukan hanya sekadar putra Baskara yang tersembunyi. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang memiliki kekuatan, pengaruh, dan—kemungkinan besar—rencana tersendiri. Ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jika kau ingin tahu lebih banyak, aku bisa menyelidikinya lebih dalam,” tawar Andre. Aresha menghembuskan napas panjang. “Kalau begitu lakukanlah.” Andre mengangguk, lalu bangkit. Sebelum pergi, ia menatap Aresha dengan pandangan tajam. “Tapi Aresha, aku sarankan satu hal.” “Apa?” “Berhati-hatilah.” Suaranya rendah, nyaris seperti peringatan. “Joshua bukanlah orang yang bisa disentuh dengan mudah.” Aresha hanya tersenyum kecil. Namun di dalam hatin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   96. Mencari Informasi Tentang Joshua

    Aresha merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Joshua adalah putra lain dari Baskara. Jika itu benar, berarti… dia dan Joshua memiliki darah yang sama. Perutnya terasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara di sekitar masih dikuasai angin sepoi-sepoi yang seharusnya menenangkan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa tenang dengan kondisi pikirannya yang kacau balau saat ini. “Saga,” bisiknya, mencoba memastikan kembali. “Apa kau benar-benar yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan? Barangkali saja yang kau maksud adalah Joshua yang lain?” Di seberang telepon, suara Saga terdengar lebih berat, seolah ia sendiri belum siap menerima kenyataan ini. “Ya, aku juga tidak menutup kemungkinan akan hal itu,” katanya pelan. “Tapi tetap saja, Aresha. Tidak ada salahnya untuk bersikap waspada terhadap segala hal yang bisa menghancur

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   95. Saling Menantang, Ternyata Dia Adalah....

    Aresha mengedarkan napas perlahan, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum tipis yang tak terbaca. Namun, tatapannya menajam, menyelidik pria yang berdiri di hadapannya. Joshua. Nama yang terdengar asing, tetapi caranya berbicara seolah ia tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Sorot matanya yang tajam, tak menunjukkan sedikit pun celah yang bisa dimanfaatkan Aresha. Dia jelas bukanlah orang biasa. Aresha menggeser sedikit berat badannya ke satu sisi, menyilangkan tangan di depan dada, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Aku tak tahu siapa yang memberimu informasi, tapi aku rasa kau sedang salah paham, Tuan Joshua,” ujarnya, suaranya tetap ringan namun berhati-hati. Joshua tersenyum kecil, seolah mengapresiasi usaha Aresha untuk tetap tenang. "Salah paham?" ulangnya, seakan mengecap kata itu di lidahnya. "Apakah itu benar? Aku rasa aku tidak mungkin salah." Aresha tertawa pelan, seolah menertawakan ketidakmasukakalan kata-kata pria itu. Namun, hatinya be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status