"Eyang Guru. Kirana mohon pamit dulu, terimakasih atas kemurahan hati Eyang Guru selama ini telah membimbing Kirana," ucap serak penuh haru sang dara jelita itu. "Hihihii! Kirana cah ayu, harusnya kamu itu senang tak lagi Eyang marahi dan caci maki selama berada di istana kecil ini bersama Eyang," ucap sosok wanita sepuh itu seraya tertawa geli.Namun hal yang aneh adalah matanya yang beriak basah, saat dia tertawa dan berkata-kata. "Tidak Eyang Guru. Kirana tahu, Eyang marah-marah karena ingin Kirana bisa menguasai ilmu ajaran Eyang Guru dengan sempurna.Kirana berhutang budi sama Eyang Guru. Tsk, tskk!" kini Kirana malah terisak, karena dia sudah menganggap Nyi Wedari adalah neneknya sendiri. Wajahnya tetap tertunduk di hadapan sang Gurunya itu. "Hihihii! Kau memang murid dan cucu yang bandel Kirana! Bangkitlah!" Nyi Wedari berseru memaki Kirana, namun sebenarnya dia sangat terharu mendengar jawaban murid tersayangnya itu. Kirana pun bangkit dengan mata basah berlinang, dan beta
Read more