Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab PENDEKAR Sabda JAGAD: Bab 111 - Bab 120

219 Bab

Bab 111. BIJAK DAN MULAI TERUNGKAP

"Ahh..! I-ini sangat lebih Tuan!" seru gugup dan kaget sang pemilik warung itu. Dia benar-benar tak menduga Jalu akan mengganti semua kerugiannya, bahkan memberikan uang lebih dari yang seharusnya."Terimalah Paman. Anggap saja sisanya sebagai ganti rugi atas waktu rumah makan ini yang terbuang, selama memperbaiki rumah makan ini," ucap Jalu tersenyum."Te-tetap lebih Tuan. Perbaikan paling cuma 4-5 hari, sedang sehari keuntungan kami sekitar 2 keping emas tuan," jawab gugup namun jujur, dari sang pemilik rumah makan itu."Sudahlah paman. Kami pergi dulu ya, terimakasih paman," ucap Jalu, seraya melangkah meninggalkan rumah makan itu.Kirana merasa kagum dengan kebijakkan Jalu menyelesaikan masalah dengan pemilik rumah makan itu.'Mas Jalu memang bijak', bisik hati Kirana memuji kekasihnya. *** Blashp!Sosok Baruna tiba-tiba saja muncul di tengah padang ilalang yang terletak tak jauh dari danau Dua Naga yang ditujunya.'Ahh! Di danau itu kiranya pertarungan Naga Hitam dan Naga putih
Baca selengkapnya

Bab 112. KEMUNCULAN SEPUH LAMPAU

"Arya, sebaiknya kita beristirahat sekarang. Karena besok kita akan melanjutkan perjalanan kembali," ujar Eyang Gentaloka, untuk mengakhiri dan mengalihkan pembicaraan tentang Jalu dan Kirana."Baik Eyang Guru, mari Paman Lukita," sahut Arya lega, karena setengah mati dia juga tak ingin nama Jalu ataupun Kirana terucap di hadapan Ayu.Karena hal itu bisa merusak rencana dan kebohongannya di depan Ayu dan Eyang sepuh Dharmala, bahwa dia sebenarnya bukanlah sahabat Jalu!***Sementara Jalu dan Kirana telah hampir tiba di danau Dua Naga. Namun mereka berniat bermalam di pinggiran hutan, yang tak jauh dari desa pemukiman penduduk.Jalu segera berangkat untuk berburu ayam atau kelinci di dalam hutan itu. Sementara Kirana menyiapkan ranting dan kayu untuk membuat api unggun. Untuk di gunakannya memasak sekaligus menghangatkan badan.Dengan mudah saja Kirana mengumpulkan ranting dan batang kayu kering untuk bahan bakar api unggun. Dia baru saja menyalakan api unggun, saat terdengar suara de
Baca selengkapnya

Bab 113. JALU MENGALAH

Blaappsh..!!Seketika kedua telapak tangan Eyang Balatapa diselimuti api hitam berkobar, dengan warna keemasan melapisi kobaran api hitam tersebut. "Hyahh..!!" Weerrsshk..! Spraatzhs..!! seruan keras Eyang Balatapa mengawali melesatnya 10 larik cahaya hitam keemasan dari kesepuluh jarinya, yang membersit berkobar ke arah bagian atas dan bawah sosok Baruna."Hiaahh..!" Byaarrshk..!! Baruna berseru keras, seketika tubuhnya diselimuti bola cahaya putih bagaikan matahari yang menyilaukan. Aji 'Tameng Langit' seketika diterapkan Baruna.Jalu yang melihat betapa dahsyatnya 10 larik cahaya hitam berkobar keemasan itu pun tak bisa tinggal diam, melihat bahaya yang mengancam teman barunya Baruna itu.Byaarrshk..!!Jalu ledakkan 3/4 powernya, seketika bumi disekitar mereka berguncang keras terayun. Badai angin pun tercipta. Lalu ..."Hiaahh..!" Splaatzh..!! seraya berseru keras Jalu kiblatkan pukulan Murka Jagadnya, memapasi aji 'Pancageni Neroko' yang dilesatkan Eyang Balatapa.Sebuah bola en
Baca selengkapnya

Bab 114. CEMBURU DAN SELARAS SEMPURNA

"Iya Kirana. Bahkan aku juga tak tahu, dengan cara bagaimana Eyang Balatapa bisa sampai ke dimensi ini," sahut Baruna, seraya terus menikmati ayam bakar racikkan Kirana. "Wah, bumbu ayam bakar dan kelincinya sangat nikmat. Kau pintar membumbui ya Kirana," puji Baruna pada Kirana."Itulah yang membuatku betah berjalan bersamanya Mas Baruna. Hahaaa!" Jalu menyahuti pujian Baruna, seraya tertawa menggoda Kirana."Ihhh! Mas Jalu lho!" seru Kirana, seraya mencubit gemas pinggang Jalu. Tawa pun berderai dari dua pemuda itu, melihat Kirana yang jadi salah tingkah.Akhirnya mereka bertiga selesai makan malam dengan perasaan puas.***Sementara di kerajaan Pallawa.Malam itu nampak putri Lestari mendatangi posko pasukkan sekte Pallawa yang di pimpin oleh Eyang Shindupalla. Tujuannya sebenarnya adalah hendak menemui Larasati, Panji, serta yang lainnya di posko itu."Selamat malam Gusti Putri Lestari, hendak bertemu siapakah Gusti Putri? Biar kami panggilkan menghadap Gusti Putri," sambut dua p
Baca selengkapnya

Bab 115. LAMPIASKAN DENDAM

"Bodoh! Tentu saja ini jalannya, kita kan sudah bertanya pada para penduduk sebelum melalui jalur ini! Atau kau ingin kepergok Eyang Gentaloka, Ki Mukti Roso?!" seru kesal Ki Taksaka.Ki Taksaka sebenarnya sudah kesal karena harus melalui jalan setapak seperti itu, demi menghindari bertemu dengan rombongan Eyang Gentaloka. Dan masih di tambah lagi dengan kebawelan rekannya itu, yang selalu bertanya-tanya tentang jalur mereka.'Degh!' Bergetar hati Jalu mendengar kini para musuh yang dicarinya malah melintas di dekat semak tempatnya berada.Slaph! Jalu langsung melesat dan berdiri melayang di atas kepala ketiga musuhnya itu."Hmm! Apakah perlu kutunjukkan jalan untuk kalian?!" seru Jalu lantang.Sontak ketiga sekawan itu mendongakkan kepala mereka, memandang ke arah suara seruan itu. Dan ..."Ahh! Kau-kau ... Jalu!!" betapa terkejutnya Ki Taksaka dan Ki Braja Denta, saat mengenali sosok Jalu yang melayang di atas mereka itu. Keringat dingin seketika membasahi tubuh mereka."B-benarkah
Baca selengkapnya

Bab 116. DUEL DUA NAGA

"KYAARRGHKKSS..!!!"Dua pekikkan menggetarkan nyali terdengar bergema, saat melesat dua sosok raksasa panjang di udara yang ternyata adalah dua ekor Naga berwarna hitam dan putih itu."Ahhss!!" Jalu berseru terkejut seraya melesat turun ke bumi. Tubuhnya menggigil seketika, saat merasakan hawa beku melintas di atas kepalanya ,sosok raksasa putih panjang itu ternyata adalah seekor Naga Putih.Ya, sambaran anginnya saja begitu terasa membekukan darah bagi orang awam. Beruntung tadi Jalu tengah kerahkan powernya, saat dia hendak menghabisi Ki Taksaka. Sehingga dia hanya merasa menggigil saja. Luar biasa!Namun waktu kelengahan Jalu yang hanya sekejap itu, ternyata bisa di manfaatkan dengan sangat baik oleh Ki Taksaka. Ki Taksaka langsung melesat cepat sekali, menyelinap ke dalam lebatnya hutan di sekitar area itu.'Ahh! Hhmmssh! Bedebah kau Taksaka pengecut! Baiklah, tempatmu sudah kuketahui, cepat atau lambat nyawamu pasti akan kutagih!' seru bathin Jalu geram, saat menyadari sosok Ki T
Baca selengkapnya

Bab 117. PEREBUTAN MUSTIKA NAGA

"A-apa katamu?! Dari siapa kau dengar fitnah seperti itu?!" sentak Kirana pada Ayu, matanya semakin berkilat tajam menatap Ayu."Arya sendiri yang menceritakannya padaku! Masihkah kau mau mengelak Kirana?!" seru Ayu dengan yakinnya."Panggil sekalian Aryanya kesini! Biar semuanya menjadi jelas!" sentak Kirana mulai dikuasai emosi."Hmm! Sudahlah Kirana, tenangkan dulu dirimu. Tak perlu kaudengarkan ucapannya, pasti Arya telah membohonginya habis-habisan," Jalu berkata menenangkan Kirana, seraya menatap tajam pada Ayu."Teganya Mas Jalu berkata begitu pada sahabat sendiri. Bukankah Arya adalah sahabat Mas Jalu?!" seru Ayu yang kini meradang, karena ucapannya dikatakan sebuah kebohongan belaka oleh Kirana dan Jalu."Sa-sahabat?! Sungguh seorang pengarang kelas wahid si Arya itu! Bagaimana aku bersahabat dengan orang yang telah menjerumuskanku ke jurang Sirna Wujud! Lekas kau panggil dia kemari!" kini Jalu yang menjadi emosi, mendengar kebohongan Arya yang dirasanya sudah sangat keterlal
Baca selengkapnya

Bab 118. BERKUNJUNG KE KASHIMPA

Grrghhkhh..! Braallghk..! Wuunnggzzt..! Bumi bergetar keras dan berderak di kedalaman, lalu amblas di bekas hantaman kaki Jalu. Dan sebuah pedang merah membara seketika melesat ke angkasa.Dan hal yang belum pernah dilatihnya segera di uji cobakan oleh Jalu, di saat kritisnya menghadapi sepuh sakti Eyang Dharmala. Sungguh ini semua adalah intuisi dari bakat dan pemahaman Jalu semata."MENYATU..!" Jalu berseru lantang ke arah Pedang Bumi. Wuunnggzt..! Slapsshk! Pedang Bumi Langsung menyatu dalam tubuh Jalu, yang langsung terapkan jurus 7 pamungkasnya 'Pedang Jagad Jiwa'.Sementara Pedang Rajawali Emas di tangannya hendak dijadikan Jalu, sebagai perpanjangan tebasan Pedang Bumi yang menyatu dalam raganya.Jalu sebenarnya sudah lama memiliki pemahaman itu, namun baru kali ini dia berniat mencobanya. Karena dia beranggapan Pedang Rajawali Emas termasuk dalam jenis Pedang Langit.Pedang Rajawali Emas secara ajaib berputaran melayang di sekitar sosok Jalu, pedang itu menyala dalam kilau
Baca selengkapnya

Bab 119. MASA LAMPAU DAN MUSTIKA NAGA HITAM

"Hehehe..! Sembah hormat Eyang, pada Gusti Prabu Alugoro," kekeh senang sosok renta berkain putih, yang muncul dengan tiba-tiba di samping Baruna. Bagaikan hantu yang menembus dinding tebal istana Kashimpa saja layaknya. "Salam hormat kembali Eyang Waranaya. Senang mendapatkan kunjungan Eyang di saat yang membahagiakan ini," sahut sang Maharaja Alugoro dengan wajah makin berseri, saat melihat kedatangan Eyang Guru dari putranya itu. Ya, selain sebagai Eyang Guru dari putranya, Eyang Waranaya juga telah di anggap sebagai sepuh Guru Besar dari kerajaan Kashimpa. Ini merupakan penghormatan besar, yang diberikan pihak kerajaan pada sepuh tersakti di Tlatah Kashimpa itu. Eyang sepuh Waranaya sendiri tinggal di lereng Gunung Sewu, yang terletak di wilayah Paragu. Ada 3 wilayah yang masuk dalam kekuasaan Kerajaan Kashimpa, yaitu: - Wilayah Paragu - Wilayah Banawa - Wilayah Latungga Masing-masing wilayah itu di pimpin oleh seorang Raja wilayah yang merupakan taklukkan dari kera
Baca selengkapnya

Bab 120. MASA SILAM ISTANA PASIR BUMI

Baph..!Sosok Arya dan Eyang Balatapa pun lenyap seketika."Hei! Jangan lari kau Arya bedebah pembohong!" seru Ayu marah. Dia baru saja hendak lepaskan aji 'Gelang Gelang Langit'nya untuk menghajar Arya.Blaph! Sosok Eyang Balatapa dan Arya muncul begitu saja di dimensi Tlatah Kashimpa.Ya, tak salah lagi. Ternyata Eyang Balatapa juga telah kuasai aji Sabdo Lampah. Hingga tak heran dia mampu menembus dimensi mana pun yang di inginkannya.Sama seperti halnya Eyang Dharmala, namun Eyang Dharmala sepertinya enggan menggunakan aji Sabdo Lampahnya untuk bepergian ke dimensi lain."Nah, siapa namamu kulup?!" tanya Eyang Balatapa pada calon muridnya itu."Nama saya Arya, Eyang Guru," sahut Arya dengan wajah agak ngeri. Setelah dia melihat jelas kini penampakkan Eyang Balatapa.Ya, sepasang mata sepuh itu ternyata mirip sekali dengan mata burung hantu. Bola matanya hitam bulat, dengan warna kuning kehijauan di sekitar bola mata bulatnya itu. Ngeri!"Hahaa! Arya! Mulai saat ini kau adalah muri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status