Baph..!Sosok Arya dan Eyang Balatapa pun lenyap seketika."Hei! Jangan lari kau Arya bedebah pembohong!" seru Ayu marah. Dia baru saja hendak lepaskan aji 'Gelang Gelang Langit'nya untuk menghajar Arya.Blaph! Sosok Eyang Balatapa dan Arya muncul begitu saja di dimensi Tlatah Kashimpa.Ya, tak salah lagi. Ternyata Eyang Balatapa juga telah kuasai aji Sabdo Lampah. Hingga tak heran dia mampu menembus dimensi mana pun yang di inginkannya.Sama seperti halnya Eyang Dharmala, namun Eyang Dharmala sepertinya enggan menggunakan aji Sabdo Lampahnya untuk bepergian ke dimensi lain."Nah, siapa namamu kulup?!" tanya Eyang Balatapa pada calon muridnya itu."Nama saya Arya, Eyang Guru," sahut Arya dengan wajah agak ngeri. Setelah dia melihat jelas kini penampakkan Eyang Balatapa.Ya, sepasang mata sepuh itu ternyata mirip sekali dengan mata burung hantu. Bola matanya hitam bulat, dengan warna kuning kehijauan di sekitar bola mata bulatnya itu. Ngeri!"Hahaa! Arya! Mulai saat ini kau adalah muri
"Jalu. Sebaiknya kau cobalah memasuki Ruang Langit di masa ini, kau pasti bisa mengira-ngira di mana lokasi Ruang Langit itu bukan?" ucap Eyang Karmajaya tersenyum. Dia mengetahui Jalu belum sampai memasuki tingkat Ruang Langit."Baik Moyang Guru. Jalu akan mencarinya nanti bersama Kirana," sahut Jalu patuh."Ketahuilah Jalu, setelah menyelesaikan latihan di Ruang Langit, maka secara otomatis kau akan masuk dalam tataran Ksatria Semesta Penuh," ucap Eyang Karmajaya tersenyum penuh arti pada Jalu.'Luar biasa memang 'garis' anak muda ini. Sangatlah tepat Jayasona mengambilnya menjadi murid', bathin Eyang Karmajaya memuji kejelian Jayasona.Akhirnya Eyang Waranaya, Eyang Karmajaya, dan Jalu terus terlibat dalam perbincangan hangat seputaran dunia persilatan, serta kabar mengenai pagebluk yang melanda tlatah Kashimpa."Moyang Guru, Eyang sepuh, adakah tempat khusus untuk melatih 'power' berhawa dingin yang moyang Guru ketahui?" akhirnya Jalu melontarkan pertanyaan itu di tengah-tengah pe
"Sebaiknya Kirana ikut dengan Mas Jalu saja Moyang sepuh. Karena selama ini Kirana sudah terbiasa hidup di alam bebas," sahut Kirana sopan."Hmm. Baiklah, kalau begitu kalian berdua akan moyang kirim ke lokasi Ruang Langit pada dimensi ini. Bersiaplah," ucap Eyang Karmajaya tersenyum, memaklumi sepasang kekasih yang tak mau saling terpisah itu.Hanya sejenak Eyang Karmajaya terdiam, memfokuskan bayangan Gunung Lingga Dewa, lalu..Splaassh..!Eyang Karmajaya kibaskan pelan tangan kanannya ke arah Jalu dan Kirana, seketika Jalu dan Kirana pun lenyap tanpa bekas dari hadapannya. GILA!Sebuah pertunjukkan aji 'Pindah Rogo' tingkat tinggi di lakukan Eyang Karmajaya dengan sangat sempurna. Dan memang hanya dengan ajian ini saja, lawan-lawan Eyang Karmajaya sudah gemetar ketakutan sebelum bertarung.Ya, tentu saja sangatlah mengerikkan bagi lawan Eyang Karmajaya, jika tiba-tiba saja mereka di pindahkan ke tengah samudera, dalam jurang, bahkan mungkin langsung ke neraka. Hehe! Blaph!Jalu da
"Hahahaa! Dasar yang bagus, Arya!" Eyang Balatapa tergelak puas melihat dasar kemampuan maksimal Arya.'Hmm! Kau akan kujadikan penerusku di dimensi sana Arya! Kau akan merajai dunia persilatan di masa 1000 tahun yang akan datang itu!' seru bathin Eyang Balatapa penuh ambisi.'Sayang sekali Eyang Guru Gentaloka belum sempat menurunkan ajian 'Samudera Neraka Bergolak' padaku', sesal bathin Arya.Namun rasa kecewa Arya segera terhapus, demi mengingat bahkan Eyang Gurunya itu kalah dari Eyang Balatapa, gurunya yang sekarang."Maaf Eyang Guru, baru sebatas itu saja yang Arya pelajari hingga saat ini. Arya yakin kemampuan Eyang Guru pasti jauh lebih dahsyat dari ini," ucap Arya menunduk hormat.Ya, akal culas Arya segera bekerja cepat, untuk mendapatkan simpati dan kemurahan hati Eyang Balatapa menurunkan ilmu terhebatnya. Dia memang sangat paham dan lihai dalam hal yang satu itu. Merendah dan menjilat, untuk mendapatkan hal yang lebih besar dan menguntungkan!"Hahahaa! Murid pandai! Tenang
"Ahh! Ternyata kau Mas Baruna!" seru Jalu, seketika wajahnya tersenyum gembira."Hahaa! Maaf jika kedatanganku mengagetkan kalian. Ehh! Seth!" Baruna tergelak senang, namun sesaat kemudian dirinya tersentak kaget dan melesat mundur.Baruna terkejut melihat seekor Rajawali Emas raksasa berada bersama dua sahabatnya itu, ketegangan nampak di wajahnya."Hahahaa! Tak apa mas Baruna dia teman baru kami namanya Wali," Jalu tergelak geli melihat ketegangan di wajah Baruna. Dia pun langsung memperkenalkan Wali pada Baruna."Kwiinng! Kwiinng!" lengking Wali, seraya angguk-anggukkan kepalanya ke arah Baruna."Wah, si Wali langsung menganggap Mas Baruna temannya tuh. Hehe," ujar Kirana mengartikan anggukkan kepala Wali pada Baruna."Benarkah begitu?!" seru Baruna tak yakin. Agak ragu-ragu dia mendekati Wali dan mengulurkan tangannya, untuk mengusap Rajawali raksasa itu. Wali hanya diam saja saat Baruna mengusap-usap kepalanya sebagai tanda perkenalan."Ahh! Ini hebat! Jarang ada orang yang bisa
'Brengsek! Sepertinya ini adalah hari sial bagiku! Tekadnya begitu kuat, terpaksa aku harus mengantarnya sesuai kesepakatan! Bedebah!' seru bathin pendayung gila, memaki kesialan hari itu.Namun hatinya agak terhibur, dengan sekantung uang emas yang di terimanya dari Ki Taksaka di awal perjalanan mautnya hari itu.Dan perahu sang pendayung gila pun mulai melaju, dengan Ki Taksaka duduk di belakang. Sesungguhnya letak pulau Hantu tak seberapa jauh dari pelabuhan Semanding.Setelah beberapa saat perahu itu berlayar, pulau Hantu itu telah nampak di kejauhan. Dan memang benar ucapan si pelaut terakhir tadi. Pulau Hantu memang nampak dinaungi oleh awan lebih gelap dan pekat, bila dibandingkan area lautan di sekitarnya. Aneh!***Sebuah legenda memang telah merebak turun temurun, soal pulau yang di namakan pulau Hantu itu. Baik oleh para nelayan maupun para pendekar, dan bahkan penduduk tlatah Pallawa, tlatah Ramayana, hingga tlatah Klikamuka.Walau pun legenda itu terdengar juga sampai ke
"Sama-sama Mas Jalu sayang," ucap Kirana lembut, seraya tersenyum penuh kepuasan.*Sementara itu di kerajaan Tlatah Bantala.Nampak sang Maharaja Kiskenda Jaya tengah memimpin suatu pertemuan dengan para pejabat kerajaan Bantala.Hadir dalam pertemuan itu Mahapatih Balasutama, para senopati, penasehat kerajaan, Guru Besar kerajaan Eyang sepuh Dharmala, serta permaisuri sang Maharaja yang ikut duduk di sisi suaminya itu.Hal yang di bahas dalam pertemuan itu adalah mengenai tawaran kerjasama dari Eyang Gentaloka terhadap Maharaja tlatah Bantala. Hal itu di sampaikan oleh Eyang sepuh Dharmala pada Maharaja Kiskenda Jaya, setibanya dia kembali di tlatah Bantala bersama Ayu. Ya, Eyang Gentaloka memang meminta Eyang Dharmala, untuk menyampaikan tawaran kerjasamanya pada sang Maharaja Bantala itu. Kerjasama yang dimaksudkan tentu saja berupa permohonan kesediaan kerajaan Bantala, untuk membantu pergerakkan Eyang Gentaloka dan sekutunya, dalam upaya merebut kekuasaan sang Maharaja Pallawa
Weesshk..! Wuusshk..! Dua gelombang pukulan berselimutkan cahaya kemerahan menderu keras, melesat cepat hendak menghantam sosok Jalu.Slaph! Wessh!Jalu langsung melesat menghindar, seraya membawa semua hasil buruannya dan melontarkannya ke arah Wali."Wali..! Bawa semuanya kepada Kirana!" seru Jalu.Craph..! "Kwiinngg..!" Wali menyambar hasil buruan yang masih terikat tali tersebut. Lalu melengking nyaring seraya melesat terbang ke arah gunung batu.Blaarrghk..!! Blaammph..!!Tepian telaga tempat Jalu tadi membersihkan hasil buruannya seketika ambyar berlubang, dengan suara keras bergemuruh. Sementara air tepian telaga muncrat tinggi ke udara, akibat dua buah pukulan dahsyat yang menghantamnya.Jalu berdiri melayang di udara seraya menatap tajam pada sosok dua penyerangnya, yang rupanya juga masih muda seperti dirinya."Tiada angin tiada hujan dua pembokong menyerang dengan ganas! Inikah ajaran guru kalian?!" sindir Jalu, dengan senyum mengejek pada dua pembokongnya itu."Brengsek!