"Kembali..!" seru Eyang Karmajaya pelan saja. Dan alam sekitar pun kembali berputar dan bergerak kembali.Sungguh dahsyat memang aji 'Sabda Jagad' yang dimiliki sosok sepuh setengah dewa ini."Ahh! Eyang!" Seth! seru Bisma seraya melesat menghampiri Eyang Karmajaya."Eyang..!" Seth! Krendata yang sudah agak pulih itu pun ikut melesat, menghampiri Eyang Karmajaya."Moyang Guru..!" seru Jalu menunduk hormat, seraya mengatupkan dua telapak tangan di dadanya. Sementara Pedang Bumi masih melayang di sekitar sosok Jalu."Bisma, Krendata! Ketahuilah pemuda itu adalah Jalu. Dia adalah murid sekaligus cucu angkat dari generasi terakhir Istana Pasir Bumi di masa depan, Eyang Jayasona.Dan rupanya dialah orang terpilih, yang akan menjadi penutup generasi Istana Pasir Bumi dan penyempurna ilmu Bumi Langit dari leluhur kita," ucap tenang Eyang Karmajaya, namun suaranya merasuk dan menggetarkan dada ketiga pemuda yang mendengarnya."Ahh! Maafkan kami berdua Mas Jalu. Kami telah menyerang tanpa bert
"Ahhh!" seru Jalu.Ternyata cahaya bulan purnama masuk melalui sebuah celah dari atas gunung batu. Cahaya bulan itu memantulkan kilau bias sebuah benda yang berada tepat diatas pintu Ruang Langit.Slaph!Jalu melesat keatas pintu Ruang Langit itu, dan nampaklah 3 buah batu berkilau layaknya berlian yang berada dalam 3 buah lubang batu.Nampaknya lubang itu sedang bergerak hendak menutup kembali. Dengan keputusan cepat dan tanpa ragu, Jalu memukul ketiga batu berkilau yang menonjol itu dengan cepat. Blaghk! Blakh! Blaagh! Tiga buah batu berkilau itu amblas ke dalam lubangnya masing-masing. Lalu ...Grrghh..! Grrghhk..! Blaampphks.!!Dan.. Pintu batu besar Ruang Langit pun bergeser perlahan, dengan suara bergemuruh keras di seantero lorong gunung batu itu. Bagaikan sebuah pintu lift raksasa yang terbuat dari batu tebal dan kokoh. Sebuah suara berdentam keras terdengar bagai hendak meluluh lantakkan lorong batu, saat pintu batu itu sampai pada batas terbukanya. Menggetarkan..!'Ahh! Pa
Weerrsshk..!!Badai angin kerucut bak Tornado nampak berputar menderu cepat ke arah Ki Taksaka.Slapph! Seth!Ki Taksaka melesat lebih cepat menjauh dari badai pusaran angin yang menderu itu. Namun badai angin tersebut bagai memiliki mata, badai pusaran angin itu terus mengejar sosok Ki Taksaka dengan cepatnya.'Bedebah! Badai angin itu mengejarku! Aku harus mencari tempat yang terlindung di pulau ini!' bathin Ki Taksaka memaki panik.Seth! Slaph!Ki Taksaka langsung menambah lagi kecepatan lesatannya, dia kini semakin masuk ke bagian tengah-tengah pulau Hantu itu.Taph!Ki Taksaka mendarat di sebuah bekas bangunan batu yang nampak sudah rata dengan tanah. Namun Ki Taksaka masih melihat garis-garis tumpukkan batu di atas permukaan tanahnya, yang membentuk seperti sekat-sekat ruang sebuah bangunan pada dahulu kala.Menilik dari tumpukkan bebatuan yang sudah nampak sangat tua dan keras itu, Ki Taksaka menyimpulkan dulunya bangunan di tempat yang dipijaknya itu pastilah sebuah bangunan m
"Hahh! I-itu ... itu Ki Klabang Neroko dan kitab 'Pusaka Raja Neraka'!" kembali Ki Taksaka dibuat terkejut dengan kemunculan keris pusaka Ki Klabang Neroko, yang telah ratusan tahun tak terdengar kabarnya itu.Perlahan Ki Taksaka mengulurkan tangannya untuk menggenggam gagang Ki Klabang Neroko.Hawa sangat panas segera menyengat tangannya, padahal jarak tangannya dengan gagang Ki Klabang Neroko masihlah sekitar 2 jengkal.Dengan mengerahkan power perisai di tangannya, Ki Taksaka nekat ayunkan cepat tangannya menyambar gagang Ki Klabang Neroko.Wessh! Claph!"Huaargghk..!!" teriakkan terkejut dan kesakitan segera bergaung lantang, di sepanjang lorong bawah tanah bekas istana legenda itu.Sosok Ki Taksaka nampak mengejang hingga seluruh otot-otot tubuhnya terlihat bertonjolan. Sungguh masih nampak bugar sekali lelaki yang berumur sekitar 60 tahun itu.Ya, pada masa itu kesempatan umur hidup manusia memang cukup panjang.Perlahan tubuh Ki Taksaka bergetar menyerap suatu energi yang menga
."Namanya Jalu Sajiwo. O ya, namamu siapa ya?" tanya Ayu pada Baruna, setelah dia menyebutkan nama Jalu yang sedang dicarinya."Namaku Naruba. Wah, sepertinya aku baru mendengar nama itu Nona. O ya siapakah nama Nona?" sahut Baruna menyembunyikan nama aslinya, seraya balik bertanya pada Ayu.Tentu saja Baruna memilih untuk berbohong pada Ayu. Karena dia tahu pasti akan terjadi keributan, jika Ayu sampai bertemu dengan Kirana."Namaku Ayu Prastika. Sudah kuduga kau pasti tak mengenalnya, karena dia memang bukan penduduk wilayah ini," sahut Ayu, seraya memaklumi ketidak tahuan Baruna pada Jalu.Saat Ayu berdebat dengan Kirana di danau Dua Naga, dia memang tak memperhatikan kehadiran sosok Baruna di tempat itu. Karenanya dia merasa baru melihat Baruna saat itu."Ayu. Apakah kau memiliki tempat tinggal di wilayah ini?" tanya Baruna, hendak menguji kejujuran Ayu."Aku seorang pengembara Naruba. Aku sama sekali tak memiliki tempat tinggal atau pun sanak famili di wilayah ini," sahut Ayu apa
'Untuk tahapan pertama, kau akan kami tempatkan di Planet Inti Salju! Namun sebelumnya kau lepaslah dulu Pedang Rajawali Emas itu, dan biarkan dia lepas bebas di Ruang Langit ini!'"Ahh! Ba-baik," Jalu tersentak kaget, lalu mengiyakan perintah suara tanpa wujud itu. Karena dia terlupa menitipkan Pedang Rajawali Emas itu pada Kirana sebelum dia masuk ke Ruang Langit.Dilepasnya Pedang Rajawali Emas dipunggungnya, lalu dibiarkannya pedang pusaka itu melayang-layang di alam Ruang Langit itu.'Tak usah cemas. Pedang itu akan kembali padamu, jika kau sudah berhasil menyelesaikan semua latihanmu di Ruang Langit ini Jalu! Kini bersiaplah!'BLAASSPHH!Dan sosok Jalu pun lenyap begitu saja dari tempatnya melayang. *** Sementara pertemuan sekte gabungan Tlatah Pallawa, serta para sekutu pendukung gerakkan pemberontakkan terhadap kerajaan Pallawa tengah berlangsung di sekte Elang Harimau.Hadir di pertemuan akbar itu seluruh ketua sekte di Tlatah Pallawa, yang tergabung di bawah aliansi sekte
KHRA-BLAZZHHK.!!!Ruang hampa semesta bagaikan meledak pecah dalam ratusan pancaran cahaya yang teramat menyilaukan.Kini nampaklah sebuah gabungan pedang yang teramat dahsyat berkilau. Karena Pedang Bumi kini berada di dalam selimut Pedang Langit yang transparan berkilau cemerlang.Ya, inilah penggabungan dua pedang pusaka yang fantastis! Karena Pedang Bumi bagaikan berada di dalam sebuah sarung pedang dari kaca transparan. Cahaya merah membaranya tetap terlihat didalam Pedang Langit yang menyelimutinya. Ngeri..!BYAARRSHHKK!Tanpa persiapan power Jalu meledak seketika, cahaya keemasan yang berkilau cemerlang langsung menyelubungi sosok Jalu. Tingkat kecemerlangan cahaya keemasannya bahkan sepertinya sudah melampaui Eyang Karmajaya!Nampak sepasang mata Jalu turut pula menyiratkan cahaya keemasan, dengan kedua bola matanya nampak bagaikan dua buah bulan emas. Sungguh nampak gagah dan agung berwibawa..!"Hiaahh..!" Klaapshk..! Dengan seruan lantang Jalu menggenggam gagang pedang gabun
"Akhss! Owhh!" jeritan menyentak pendek Asih terdengar, saat milik Arya menghunjam jebol sesuatu lapisan tipis yang menghalangi di dalam diri Asih.Dan hingga Arya selesai dengan Asih, tak ada teriakkan marah, meminta tolong, atau upaya apapun dari Asih. Tak ada penolakkan, tak ada gerakkan, dan tak juga ada sepatah pembicaraan di antara mereka.Yang ada hanya guliran air mata tanpa isak di pipi Asih, saat dia melihat Arya tersenyum puas dan tiba-tiba lenyap begitu saja dari pandangannya. Kelu!'Biarlah ini hanya akan jadi rahasia, antara aku dan dia', desah bathin Asih akhirnya. *** Sepasang muda mudi masuk ke sebuah rumah makan di Kotaraja Latungga, yang memang cukup ramai di pagi menjelang siang itu.Keduanya langsung duduk di meja yang kosong di tengah rumah makan itu."Sungguh kasihan Gusti Ratu Kashimpa. Dia sampai sakit karena merindukan Putra Mahkota yang tak kunjung kembali ke istana," terdengar pembicaraan di sebuah meja, yang terletak tak jauh dari meja sepasang muda mudi