"Hahh! I-itu ... itu Ki Klabang Neroko dan kitab 'Pusaka Raja Neraka'!" kembali Ki Taksaka dibuat terkejut dengan kemunculan keris pusaka Ki Klabang Neroko, yang telah ratusan tahun tak terdengar kabarnya itu.Perlahan Ki Taksaka mengulurkan tangannya untuk menggenggam gagang Ki Klabang Neroko.Hawa sangat panas segera menyengat tangannya, padahal jarak tangannya dengan gagang Ki Klabang Neroko masihlah sekitar 2 jengkal.Dengan mengerahkan power perisai di tangannya, Ki Taksaka nekat ayunkan cepat tangannya menyambar gagang Ki Klabang Neroko.Wessh! Claph!"Huaargghk..!!" teriakkan terkejut dan kesakitan segera bergaung lantang, di sepanjang lorong bawah tanah bekas istana legenda itu.Sosok Ki Taksaka nampak mengejang hingga seluruh otot-otot tubuhnya terlihat bertonjolan. Sungguh masih nampak bugar sekali lelaki yang berumur sekitar 60 tahun itu.Ya, pada masa itu kesempatan umur hidup manusia memang cukup panjang.Perlahan tubuh Ki Taksaka bergetar menyerap suatu energi yang menga
."Namanya Jalu Sajiwo. O ya, namamu siapa ya?" tanya Ayu pada Baruna, setelah dia menyebutkan nama Jalu yang sedang dicarinya."Namaku Naruba. Wah, sepertinya aku baru mendengar nama itu Nona. O ya siapakah nama Nona?" sahut Baruna menyembunyikan nama aslinya, seraya balik bertanya pada Ayu.Tentu saja Baruna memilih untuk berbohong pada Ayu. Karena dia tahu pasti akan terjadi keributan, jika Ayu sampai bertemu dengan Kirana."Namaku Ayu Prastika. Sudah kuduga kau pasti tak mengenalnya, karena dia memang bukan penduduk wilayah ini," sahut Ayu, seraya memaklumi ketidak tahuan Baruna pada Jalu.Saat Ayu berdebat dengan Kirana di danau Dua Naga, dia memang tak memperhatikan kehadiran sosok Baruna di tempat itu. Karenanya dia merasa baru melihat Baruna saat itu."Ayu. Apakah kau memiliki tempat tinggal di wilayah ini?" tanya Baruna, hendak menguji kejujuran Ayu."Aku seorang pengembara Naruba. Aku sama sekali tak memiliki tempat tinggal atau pun sanak famili di wilayah ini," sahut Ayu apa
'Untuk tahapan pertama, kau akan kami tempatkan di Planet Inti Salju! Namun sebelumnya kau lepaslah dulu Pedang Rajawali Emas itu, dan biarkan dia lepas bebas di Ruang Langit ini!'"Ahh! Ba-baik," Jalu tersentak kaget, lalu mengiyakan perintah suara tanpa wujud itu. Karena dia terlupa menitipkan Pedang Rajawali Emas itu pada Kirana sebelum dia masuk ke Ruang Langit.Dilepasnya Pedang Rajawali Emas dipunggungnya, lalu dibiarkannya pedang pusaka itu melayang-layang di alam Ruang Langit itu.'Tak usah cemas. Pedang itu akan kembali padamu, jika kau sudah berhasil menyelesaikan semua latihanmu di Ruang Langit ini Jalu! Kini bersiaplah!'BLAASSPHH!Dan sosok Jalu pun lenyap begitu saja dari tempatnya melayang. *** Sementara pertemuan sekte gabungan Tlatah Pallawa, serta para sekutu pendukung gerakkan pemberontakkan terhadap kerajaan Pallawa tengah berlangsung di sekte Elang Harimau.Hadir di pertemuan akbar itu seluruh ketua sekte di Tlatah Pallawa, yang tergabung di bawah aliansi sekte
KHRA-BLAZZHHK.!!!Ruang hampa semesta bagaikan meledak pecah dalam ratusan pancaran cahaya yang teramat menyilaukan.Kini nampaklah sebuah gabungan pedang yang teramat dahsyat berkilau. Karena Pedang Bumi kini berada di dalam selimut Pedang Langit yang transparan berkilau cemerlang.Ya, inilah penggabungan dua pedang pusaka yang fantastis! Karena Pedang Bumi bagaikan berada di dalam sebuah sarung pedang dari kaca transparan. Cahaya merah membaranya tetap terlihat didalam Pedang Langit yang menyelimutinya. Ngeri..!BYAARRSHHKK!Tanpa persiapan power Jalu meledak seketika, cahaya keemasan yang berkilau cemerlang langsung menyelubungi sosok Jalu. Tingkat kecemerlangan cahaya keemasannya bahkan sepertinya sudah melampaui Eyang Karmajaya!Nampak sepasang mata Jalu turut pula menyiratkan cahaya keemasan, dengan kedua bola matanya nampak bagaikan dua buah bulan emas. Sungguh nampak gagah dan agung berwibawa..!"Hiaahh..!" Klaapshk..! Dengan seruan lantang Jalu menggenggam gagang pedang gabun
"Akhss! Owhh!" jeritan menyentak pendek Asih terdengar, saat milik Arya menghunjam jebol sesuatu lapisan tipis yang menghalangi di dalam diri Asih.Dan hingga Arya selesai dengan Asih, tak ada teriakkan marah, meminta tolong, atau upaya apapun dari Asih. Tak ada penolakkan, tak ada gerakkan, dan tak juga ada sepatah pembicaraan di antara mereka.Yang ada hanya guliran air mata tanpa isak di pipi Asih, saat dia melihat Arya tersenyum puas dan tiba-tiba lenyap begitu saja dari pandangannya. Kelu!'Biarlah ini hanya akan jadi rahasia, antara aku dan dia', desah bathin Asih akhirnya. *** Sepasang muda mudi masuk ke sebuah rumah makan di Kotaraja Latungga, yang memang cukup ramai di pagi menjelang siang itu.Keduanya langsung duduk di meja yang kosong di tengah rumah makan itu."Sungguh kasihan Gusti Ratu Kashimpa. Dia sampai sakit karena merindukan Putra Mahkota yang tak kunjung kembali ke istana," terdengar pembicaraan di sebuah meja, yang terletak tak jauh dari meja sepasang muda mudi
"Kwiinngg..!!"Lengkingan Wali terdengar mengagetkan Kirana, yang tengah termenung menatap bulan purnama di malam itu. Hal yang mengingatkannya pada saat perpisahannya dulu dengan Jalu.Slaph! Kirana melesat secepat kilat masuk ke dalam lorong gunung batu itu."Ada a..! Hahhh..!!" Kirana tak jadi meneruskan pertanyaannya pada Wali, saat dia mendengar suara gemuruh yang terasa semakin mendekat dari kejauhan.Grrghk..! Grrghk..!!Klagh.! ... Klaghk!!Dan suara batu berdetak nyaring sebanyak tiga kali, dalam tempo dan suara yang sama itulah. Hal yang seketika membuat jantung Kirana bagai berhenti berdetak.Karena dia sangat hapal dengan suara itu! Namun tiga suara itu kini berupa gema, yang berasal dari dalam Ruang Langit!"Kwiinnggg..!" Wali pun lengkingkan pelan suaranya, dia merasakan sebuah aura yang sangat dikenalnya tengah mendekat ke arahnya.Gregghh.! ... Gregghk..! Blaammphks..!!Dan pintu batu Ruang Langit pun bergeser terbuka lebar. Dua pasang mata Kirana dan Wali tak berkedip
'Demi Hyang Widhi Yang Agung! Ternyata benar kaulah orangnya Jalu', bathin Eyang Karmajaya. Ya, telah sampai pada Eyang Karmajaya berita dari langit, akan munculnya seorang Ksatria Semesta Pamungkas yang kelak akan melegenda di jamannya. Dan kini baru disadari dengan jelas oleh Eyang Karmajaya, bahwa Ksatria Semesta Pamungkas itu adalah Jalu adanya. Karena pancaran auranya yang paling cemerlang dan berbeda dari Ksatria Semesta lainnya. Sama persis dengan kilasan bayangan aura Ksatria Semesta Pamungkas, yang pernah diperlihatkan para Dewa dalam heningnya. *** Sementara kita ikuti kembali petualangan Ayu dan Baruna, yang hendak mengungkap identitas si Siluman Ranjang. Hampir semalaman mereka berdua menunggu dan berjaga, di jalur yang biasa menjadi jalur keluar masuk ke arah Lembah Citangkar. Namun tak ada satu sosok pun, yang masuk ataupun keluar di jalur perbatasan lembah Citangkar itu. "Sepertinya malam ini Siluman Ranjang itu tidak beraksi Ayu," ujar Baruna, saat fajar mulai
Spraatzh..!! Weesshk..!!Dua bola energi hitam dan putih melesat sekaligus susul menyusul ke arah Jalu, Kirana, dan Wali berada.Jalu terkejut saat mengenali pukulan itu adalah ajian 'Bentrok Dewa dan Iblis' seperti milik Eyang Pandunatha. Cepat Jalu kibaskan tangannya, kerahkan aji 'Perisai Semesta'nya.Splaasshk.! Seketika Jalu, Kirana, dan Wali telah berada dalam sebuah lingkup parabola tertutup bercahaya keemasan yang memagari mereka.Blaarghks..! Dua bola bercahaya putih dan hitam itu ambyar pecah seketika, saat menyentuh permukaan lapisan Perisai Semesta yang memagari Jalu, Kirana, dan Wali.Blaph..! Ssok Jalu lenyap seketika dan tiba-tiba saja Jalu sudah muncul di hadapan penyerangnya.Ya, ternyata sosok yang melepaskan pukulan 'Bentrok Dewa dan Iblis' adalah seorang pemuda dewasa. Pemuda itu masih berdiri di atas sebuah batu besar, tak jauh dari tempat Wali mendarat tadi."Hahh! Siapa kalian yang datang tanpa permisi di lembah Samarantu ini?!" seru sang pemuda, seraya bersiap