Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 136. KEMBALINYA SANG PENDEKAR

Share

Bab 136. KEMBALINYA SANG PENDEKAR

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 11:21:02

"Kwiinngg..!!"

Lengkingan Wali terdengar mengagetkan Kirana, yang tengah termenung menatap bulan purnama di malam itu. Hal yang mengingatkannya pada saat perpisahannya dulu dengan Jalu.

Slaph! Kirana melesat secepat kilat masuk ke dalam lorong gunung batu itu.

"Ada a..! Hahhh..!!" Kirana tak jadi meneruskan pertanyaannya pada Wali, saat dia mendengar suara gemuruh yang terasa semakin mendekat dari kejauhan.

Grrghk..! Grrghk..!!

Klagh.! ... Klaghk!!

Dan suara batu berdetak nyaring sebanyak tiga kali, dalam tempo dan suara yang sama itulah. Hal yang seketika membuat jantung Kirana bagai berhenti berdetak.

Karena dia sangat hapal dengan suara itu! Namun tiga suara itu kini berupa gema, yang berasal dari dalam Ruang Langit!

"Kwiinnggg..!" Wali pun lengkingkan pelan suaranya, dia merasakan sebuah aura yang sangat dikenalnya tengah mendekat ke arahnya.

Gregghh.! ... Gregghk..! Blaammphks..!!

Dan pintu batu Ruang Langit pun bergeser terbuka lebar. Dua pasang mata Kirana dan Wali tak berkedip
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 137. KEPUTUSAN WALI

    'Demi Hyang Widhi Yang Agung! Ternyata benar kaulah orangnya Jalu', bathin Eyang Karmajaya. Ya, telah sampai pada Eyang Karmajaya berita dari langit, akan munculnya seorang Ksatria Semesta Pamungkas yang kelak akan melegenda di jamannya. Dan kini baru disadari dengan jelas oleh Eyang Karmajaya, bahwa Ksatria Semesta Pamungkas itu adalah Jalu adanya. Karena pancaran auranya yang paling cemerlang dan berbeda dari Ksatria Semesta lainnya. Sama persis dengan kilasan bayangan aura Ksatria Semesta Pamungkas, yang pernah diperlihatkan para Dewa dalam heningnya. *** Sementara kita ikuti kembali petualangan Ayu dan Baruna, yang hendak mengungkap identitas si Siluman Ranjang. Hampir semalaman mereka berdua menunggu dan berjaga, di jalur yang biasa menjadi jalur keluar masuk ke arah Lembah Citangkar. Namun tak ada satu sosok pun, yang masuk ataupun keluar di jalur perbatasan lembah Citangkar itu. "Sepertinya malam ini Siluman Ranjang itu tidak beraksi Ayu," ujar Baruna, saat fajar mulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 138. RAIBNYA CUPU MANIK

    Spraatzh..!! Weesshk..!!Dua bola energi hitam dan putih melesat sekaligus susul menyusul ke arah Jalu, Kirana, dan Wali berada.Jalu terkejut saat mengenali pukulan itu adalah ajian 'Bentrok Dewa dan Iblis' seperti milik Eyang Pandunatha. Cepat Jalu kibaskan tangannya, kerahkan aji 'Perisai Semesta'nya.Splaasshk.! Seketika Jalu, Kirana, dan Wali telah berada dalam sebuah lingkup parabola tertutup bercahaya keemasan yang memagari mereka.Blaarghks..! Dua bola bercahaya putih dan hitam itu ambyar pecah seketika, saat menyentuh permukaan lapisan Perisai Semesta yang memagari Jalu, Kirana, dan Wali.Blaph..! Ssok Jalu lenyap seketika dan tiba-tiba saja Jalu sudah muncul di hadapan penyerangnya.Ya, ternyata sosok yang melepaskan pukulan 'Bentrok Dewa dan Iblis' adalah seorang pemuda dewasa. Pemuda itu masih berdiri di atas sebuah batu besar, tak jauh dari tempat Wali mendarat tadi."Hahh! Siapa kalian yang datang tanpa permisi di lembah Samarantu ini?!" seru sang pemuda, seraya bersiap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 139. PANDANGAN YANG MENEMBUS

    "Dengan memiliki Cupu Manik itu, seorang pendekar bisa mengetahui tempat pusaka-pusaka terlarang yang disembunyikan para Dewa, Jalu," ucap cemas Eyang Dewanatha."Bukankah setiap pengambilan pusaka terlarang, pasti akan dikenai kutukkan oleh para Dewa, Eyang?" ucap Jalu, yang sedikit mengerti atas konsekuensi pengambilan pusaka terlarang. "Jalu, apakah kamu pikir orang seperti Eyang Balatapa itu takut dengan kutukan? Orang seperti dia bahkan berani menantang murka para Dewa!" seru geram Eyang Dewanatha."Lantas apa yang harus kita lakukan Eyang?" tanya Jalu, walaupun sebenarnya dia tahu arah pembicaraan sepuh itu. "Jalu, Eyang merasa yakin saat ini selain Eyang sepuh Waranaya, hanya kamu yang bisa menandingi tokoh sesat itu," ucap Eyang Dewanatha."Baiklah Eyang. Setelah mengunjungi istana Kashimpa nanti, Jalu akan coba menengok ke lembah Citangkar. Mudah-mudahan Jalu bisa merebut kembali Cupu Manik itu, dan menyerahkannya kembali pada Eyang," ucap Jalu tenang."Ahh! Terimakasih Jal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 140. KSATRIA IBLIS NERAKA

    Blaph..! Sosok Jalu langsung lenyap dan muncul di taman istana."Kwiinngg..!" Wali melengking seraya terbang melesat, mengejar sosok yang berkelebatan menghindari sambaran-sambaran Wali di udara."Wali! Turunlah!" seru Jalu, dia merasa mengenali sosok yang berkelebatan menggoda Wali itu."Kwiinng..!!" Wali segera turun menuruti perintah Jalu, walau sepasang mata tajamnya masih menatap ke arah sosok yang seolah meledeknya itu.Taph!"Hehehee.! Rupanya Rajawali Emas menggemaskan itu peliharaanmu Jalu," ucap sosok sepuh yang baru mendarat itu, ternyata dia adalah Eyang Waranaya."Wah. Ternyata Eyang sepuh. Wali, kenapa kau menyerangnya? Dia teman kita," ujar Jalu heran, tak biasanya Wali galak pada orang."Hehee! Jalu, jangan salahkan dia. Eyanglah yang memang sengaja menggodanya tadi. Eyang gemas melihatnya duduk anteng sendirian di taman ini," ucap Eyang Waranaya seraya terkekeh. Jalu langsung menghampiri Eyang Waranaya dan mencium tangannya."Oh begitu. Pantas saja Eyang. Hehe," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 141. GEGER DI LEMBAH CITANGKAR

    "A-apakah kau juga merasakannya Jalu..?" tanya gugup Eyang Waranaya. Dia merasakan suatu tekanan power mengerikkan, yang tengah memancarkan sinyal-sinyal ancamannya."Tentu saja Eyang sepuh. Karena power yang tengah memancar ini, adalah musuh bebuyutan dari power Mustika Naga Putih yang berada dalam diri Jalu," sahut Jalu tenang, namun matanya nampak memancarkan cahaya keemasan menembus ke arah langit."Ahh! Mak-maksudmu Eyang Balatapa telah mendapatkan Mustika Naga Hitam itu Jalu?!" seru cemas Eyang Waranaya. Baruna maupun Jalu memang belum mengetahui, siapa yang berhasil mendapatkan Mustika Naga Hitam saat duel di danau Dua Naga dahulu.Ya, keduanya memang tak tahu kejadian soal perebutan Mustika Naga Hitam yang berada pada sisi yang berlawanan saat terjadi. Keduanya hanya fokus pada Mustika Naga Putih.'Ahh! Ternyata Arya! Sungguh suatu hal yang aneh dan kebetulan', seru bathin Jalu terkejut."Sepertinya begitu Eyang. Tapi yang menguasai power itu ternyata adalah Arya, Eyang sepuh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 142. KABUR DAN AJI PECAH RAGA

    Craatzh..!Selarik cahaya keemasan dari jentikkan jari telunjuk Jalu tepat menggores lengan kanan Eyang Balatapa."Arrhggks..!!" Eyang Balatapa berseru perih kesakitan, namun dia terus melesat dan lenyap.Ya, dalam keadaan panik ketakutan, memang agak sulit bagi Eyang Balatapa fokus sejenak dan mengerahkan aji Sabda Lampahnya. Hingga dia langsung saja melesat gunakan ilmu ringankan tubuhnya. Dan kecepatan seperti itu dihadapan Jalu, adalah bagai anak balita yang sedang berlari.Beruntung Jalu sedang tidak mood untuk mengejarnya, karena rasa surprisenya bertemu dengan sahabatnya Baruna di situ."Mas Baruna, bagaimana kau bisa berada di tempat ini?" tanya Jalu tersenyum."Ahh! Jadi kalian saling mengenal rupanya!" seru Ayu ketus. Kini dia menatap tajam pada Baruna."Iya Mas Jalu. Aku sedang mencari permaisuriku Mas," sahut Baruna tersenyum, dengan wajah memerah. Lalu Baruna pun menoleh dengan wajah tertunduk merasa bersalah pada Ayu, yang sebenarnya sudah menjadi pilihan hatinya itu."A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 143. GAYUNG BERSAMBUT

    "K-kau ... HIihh! Mas nakal!" Bugh..! Ayu terkejut bukan kepalang, mendapati sosok Baruna ternyata masih ada satu yang tersisa.Rasa senang, bahagia, malu, keki, dan geram pun menyatu dalam dirinya. Di pukulnya dada Baruna dengan pukulan kosong, seraya memaki gemas.Srekh! Baruna segera memeluk erat Ayu. Di kecupnya lembut kening gadis galak dan keras kepala, namun cantik jelita itu."Mmmhhp. Ayu, mendapatkanmu susahnya setengah mati sayang. Masa Mas harus mati begitu saja meninggalkanmu di saat terakhir," ucap Baruna lembut di telinga Ayu."Mas Baruna. Apakah kita bisa bersatu dengan kondisi alam dimensi kita yang berbeda sangat jauh ini?" ucap lirih Ayu, seraya merebahkan kepalanya di dada Baruna."Kita akan mencari jalan tengah Ayu. Kita akan bicarakan hal ini dengan kedua orangtuaku, Eyang Guruku, dan juga sahabat-sahabat kita. Tenanglah Ayu sayang, pasti akan ada jalan keluar," sahut Baruna lembut, menenangkan Ayu."Ayu sayang. Apakah kau masih menyimpan rasa untuk Mas Jalu sampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 144. KEMBALINYA SANG PANGERAN

    "Kanjeng Adipati. Aku datang memenuhi perintah Eyang Gentaloka. Aku di tugaskan membimbing pasukkan Kadipaten Pralaya selama beberapa hari ini, sebelum waktu pergerakkan tiba," ucap Arya sopan, namun matanya diam-diam terus menelusuri kecantikkan istri dan selir sang Adipati itu.Nampak istri dan selir sang Adipati menjadi agak rikuh, saat melihat tatapan Arya yang mengarah pada mereka. Mereka berdua segera tundukkan wajah dengan tersipu, tak berani membalas tatapan diam-diam Arya ke arah mereka."Wah, suatu kehormatan bagi pasukkan kadipaten Pralaya dilatih langsung olehmu Arya! Tapi sebaiknya kau beristirahat dan bersenang-senanglah dulu barang semalam di sini. Mulai besok barulah kamu bisa melatih pasukkan Kadipaten Pralaya ini," ucap sang Adipati tersenyum cerah.Dan sang Adipati pun menjamu Arya dengan segala kemewahan yang ada di istananya. Hingga usai makan malam, sang Adipati masih menemani Arya minum tuak di taman istana kadipaten. Hingga akhirnya sang Adipati mabuk berat d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 244. KEMBALI BERHADAPAN

    "MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 243. M U L A I

    HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 242. ARMADA RAMAYANA MASUK

    "Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun

DMCA.com Protection Status