All Chapters of Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat : Chapter 91 - Chapter 100

149 Chapters

Bab 91. Curhat sama bocil.

"Tuan Sekretaris?""Tidak, aku tidak tahu. Tadi itu aku hanya berbohong padamu," jawab Ang cepat sambil menunduk melanjutkan makanannya."Tidak mungkin... Anda pasti berbohong?" selidik Yuri."Ya, memang aku sedang berbohong," jawab Ang kembali."Tuan Sekretaris...!""Sudah, cepat habiskan makananmu atau kutinggalkan kamu. Biar kamu yang membayarnya. Memang punya uang, hah!" ancam Ang untuk menyelamatkan dirinya."Jangan dong, Tuan. Saya kan memang tidak punya uang," rengek Yuri, segera menyantap sisa makanannya."Itu tahu."Akhirnya, Yuri menunduk, serius dengan makan siangnya sambil sesekali melirik wajah Sekretaris Ang yang berada di hadapannya.Wajah sinis yang nampak sudah dewasa itu. Jika dilihat-lihat, tampan juga, pikir Yuri.Dalam keadaan hening, entah dari mana pemikiran itu muncul, tiba-tiba Yuri bertanya pada Sekretaris Ang."Emm, Tuan Sekretaris. Ngomong-ngomong, Anda sudah punya anak berapa?"Bruppp...!!!Ang yang sedang meneguk minuman langsung menyemburkannya tanpa sen
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 92. Selamat menderita

Tak lama, Yuri sudah kembali menghampiri Ang yang sudah berdiri di sisi mobil dengan menenteng plastik berisi kerang hijau di tangannya.Sekretaris Ang membuka pintu mobil."Cepatlah, ini sudah hampir sore."Yuri melangkah terburu-buru menaiki mobil. Sampai-sampai kakinya meleset dan hampir saja tubuhnya terbentur badan mobil. Untung saja Sekretaris Ang dengan gesit menangkap tubuhnya."Ceroboh sekali kau ini!""Maaf, Tuan. Saya buru-buru."Deg...!Dengan posisi tubuh Yuri masih di pelukan Sekretaris Ang dan mereka tak sengaja saling menatap, jantung keduanya tiba-tiba tidak bisa dikondisikan."Terima kasih, Tuan," ucap Yuri, menarik cepat tubuhnya. Sekretaris Ang pun sempat terkejut. Bukan terkejut dengan posisi mereka, tapi terkejut dengan dadanya yang bergemuruh hebat."Aduh, kerang hijaunya... Yah... Tumpah! Bagaimana ini?" Yuri meratap melihat kerang hijau yang lepas dari tangannya itu sudah berantakan di bawah ban mobil."Masuklah. Aku akan membelikan yang baru," ucap Sekretaris
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 93. Malam Pertama Saka.

Sementara di kamar Saka,Wulan terlihat sedang asyik dengan HP-nya. Saka hanya bisa menatapnya, duduk tepat di samping Wulan yang selonjoran di atas ranjang."Apa yang sedang kau lihat, sayang?" tanya Saka merasa dicueki oleh Wulan."Drakor, Bang Saka. Lihatlah, prianya tampan ya?""Wulan... kamu ini!" Saka langsung merebut HP itu dari tangan Wulan dan menyimpannya di balik bantal."Bang Saka! Kenapa?""Bang Saka cemburu. Masa Wulan memuji pria lain di depan suami sendiri," sahut Saka dengan bibir manyun."Ya ampun... Bang Saka cemburu? Masa cemburu sama artis sih?"Wulan langsung menarik tangan Saka."Sini, Wulan peluk."Saka langsung sumringah, menggeser tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di dada Wulan. Wulan mendekap kepala Saka, mengelus-ngelus rambut Saka."Yang paling tampan tetap Bang Saka, serius. Jangan cemburu lagi ya?" bujuk Wulan."Benar?" Saka mendongak, menatap istrinya."Benar.""Wulan cinta juga kan sama Bang Saka?""Ya iyalah, masa enggak," jawab Wulan enteng.Menden
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 94. Stempel kepemilikan

Pagi menyapa dengan lembut. Matahari mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu setelah seharian kemarin bersembunyi di balik awan tanpa hujan.Senyum sumringah penuh kebahagiaan menghiasi bibir seorang Saka yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk.Kini, dia menghampiri sang istri yang sudah duduk di tepi ranjang, masih berbalut selimut di tubuhnya."Wulan!"Wulan menepis tangan Saka yang menyentuh dagunya."Bang Saka, kenapa tubuh Wulan banyak merah-merah begini? Kemarin tidak sebanyak ini. Kok makin nambah banyak… Lihat!" protes Wulan, menunjukkan leher, dada, dan pahanya.Saka terkekeh. "Itu namanya Stempel Kepemilikan," jawab Saka."Maksudnya?""Maksudnya, tanda bahwa Wulan milik Bang Saka.""Oh," Wulan tampaknya paham, lalu bergerak cepat menarik Saka hingga jatuh terpelanting ke kasur di sampingnya."Bang Saka juga kan milik Wulan. Jadi harus Wulan tandai juga," Wulan segera menyerbu Saka."Wulan... Wulan. Jangan!" teriak Saka, namun dia tidak bisa lagi menahan
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 95. Seharian bersama sekretaris Ang.

"Hahaha!" Saka tertawa."Kamu mau lihat?""Tidak, Tuan Muda. Cukup tahu saja," jawab Ang cepat. Dalam hati menggerutu, "Pamer… sengaja kayaknya, biar saya iri begitu?""Segeralah menyusul, Ang. Kamu itu sudah pantas berkeluarga. Tahu tidak, Ang? Jika kita sudah menikah, pikiran kita itu tenang. Kerja capek banting tulang pun tidak sia-sia. Meskipun uang kita habis, untuk istri kita, untuk keluarga. Kalau masih sendiri, habis ke mana coba? Paling banter lari ke perut kita sendiri. Buat kesenangan sendiri. Kalau sudah beristri, apalagi sudah punya anak, kita bisa menyenangkan mereka. Pahala akan mengalir deras pada kita, di dunia sampai akhirat. Semakin kita menyenangkan istri, rezeki kita akan semakin lancar. Percaya deh," ucap Saka, membuat Ang terdiam."Sejak kapan Tuan Muda Saka pintar berceramah? Jangan-jangan, sejak menikah dengan Nyonya Muda," pikir Ang."Anda benar, Tuan."Saka menepuk bahu Ang."Apa Tuan Muda benar-benar sudah bahagia?" tanya Ang.Saka menghela napas, kemudian
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 96. Akan mengajak mencari keluarganya.

Yuri tak menjawab, malah tersipu malu.Melihat Yuri tersipu, Wulan kembali bertanya."Kamu pacaran dengan Sekretaris Ang?""Tidak. Siapa yang pacaran?""Itu senyum-senyum, tersipu malu begitu, kenapa?""Tidak apa-apa," jawab Yuri, semakin membuat Wulan curiga."Ah, aku tahu. Kau suka pada Sekretaris Ang ya?""Wulan... berhenti. Aku kan malu.""Hahaha..." Wulan terbahak."Yuri jatuh cinta pada Sekretaris Ang...!" Wulan masih terbahak, sambil mendongak dan memegangi perutnya.Yuri menatap kesal pada Wulan, tetapi matanya segera melotot menangkap tanda merah begitu banyak di leher Wulan."Hahaha... Wulan, kau! Kau juga rupanya sudah jatuh cinta pada suamimu."Mendadak Wulan menghentikan tawanya."Apa sih?""Apa-apa? Itu apa di lehermu? Ya Tuhan, Wulan... Banyak sekali! Ini kerokan atau bekas kissmark dari Tuan Muda Saka?"Wulan segera sadar, langsung menutup lehernya dengan rambutnya."Ini namanya stempel tanda kepemilikan, kata suamiku," jawab Wulan tersipu."Banyak sekali, yang benar s
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 97. Prasangka.

Sore merayap, sudah hampir senja.Wulan melirik jam, tapi kali ini bukan lagi jam dinding yang tergantung di sana, melainkan jam di HP yang saat ini digenggamnya. Sudah tahu, sudah sedikit pintar. Saat siang tadi Wulan menanyakan jam pada Yuri, dan Yuri menjawab, “Lihat saja di HP.”Wulan baru sadar, ternyata HP-nya ada jamnya juga. Dia pikir tidak ada.Sambil menatap jam di layar itu, dia mengusap wallpaper-nya. Tampan, pemilik wajah yang menghiasi HP-nya. Sangat tampan.Lalu menyentuh bibirnya. Jantungnya kembali berdebar. Lalu mengingat kejadian kemarin dan semalam juga. Wulan senyum-senyum sendiri, jadi merasa kangen. Kangen pada sosok yang ada di wallpaper-nya."Bang Saka, kok aku jadi sayang banget ya padamu," bisik Wulan pada dirinya sendiri."Sudah tampan, banyak uang, sayang lagi sama Wulan.""Tahu tidak sih, selama ini cuma Bang Saka yang benar-benar peduli sama Wulan. Sampai-sampai mau nurutin apa saja yang Wulan inginkan. Makan seafood, HP baru. Kira-kira kalau Wulan minta
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 98. Khawatir Kesambet

"Aku tidak percaya. Aku tidak percaya. Dia itu suka pada Bang Saka. Datang pasti ada maunya. Tidak mungkin tidak. Dasar pelakor! Dasar Bang Saka juga suka digoda! Aku tidak mau!""Wulan... Wulan, kamu kenapa?" Saka semakin bingung, lalu berdiri menghampiri Wulan yang semakin menangis."Kenapa Bang Saka masih peduli padanya? Bang Saka tidak sayang lagi pada Wulan? Lebih menjaga perasaan perempuan itu daripada istrinya? Hiks... hiks...!""Perempuan? Siapa?" Saka semakin tak mengerti."Siapa lagi kalau bukan Citra? Apa ada yang lain? Siapa lagi?" Wulan menatapnya tajam.Glubrak...!Saka baru sadar, rupanya istrinya salah paham. Mengira yang datang adalah Citra.Lalu cepat mendekap Wulan."Wulan, yang datang itu bukan Citra. Kamu salah paham. Seorang pria dari perusahaan sebelah."Wulan langsung menoleh, berhenti menangis. Wajahnya memerah. Malu!"Benar?"Saka mengangguk."Rupanya istriku salah paham. Rupanya istriku sedang cemburu," ucap Saka semakin suka melihat wajah cemberut istrinya.
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 99. Malam panjang yang kedua

Wulan sampai heran melihat suaminya. Dia menarik tubuhnya untuk memperhatikan suaminya. Tangan Saka masih terlihat membelai, padahal yang dibelai sudah tidak di tempatnya. Entah apa yang dibelai Saka. Tatapannya pun kosong, menerawang ke depan.Wulan menyapukan tangannya di depan wajah Saka. Saka tak bergeming, masih saja begitu, senyum-senyum sendiri.Sampai Wulan mengguncang tubuh Saka dengan kuat karena khawatir Saka kesambet."Bang Saka? Bang Saka?" teriak Wulan.Saka terkejut sekali."Hah, ada apa Wulan, ada apa?""Bang Saka melamun?""Astaga!" Saka mengusap wajahnya dengan tangan."Maaf, maaf!" Dia menarik lagi tubuh Wulan."Maafkan Bang Saka!""Melamun apa sampai segitunya?" tanya Wulan, mulai curiga lagi.Saka tersenyum malu."Mau tahu?"Wulan mengangguk ragu."Membayangkan kita punya bayi. Kembar dua. Laki-laki dan perempuan," jawab Saka berterus terang.Mendengar ucapan suaminya, Wulan sebenarnya senang. Tapi karena masih belum mengerti, Wulan diam tak menjawab. Melihat itu,
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 100. Bermimpi saja.

"Tidak tahu, badan Bang Saka sakit semua. Mungkin masuk angin.""Biar Wulan gosok pakai minyak angin ya?"Saka mengangguk. Wulan lalu menuntun Saka kembali ke ranjang. Ia menggosok pundak dan punggung Saka dengan minyak angin serta memijatnya dengan lembut."Bang Saka pasti kecapean ini. Sudah dibilang sama Wulan, berhenti. Tapi semalam terus saja mengulangi. Begini kan jadinya?" gumam Wulan. Mendengar itu, Saka tersenyum."Namanya juga usaha, Wulan... butuh usaha yang keras! Kalau tidak, cicit Kakek kapan jadinya? Pusing kan, ditanyain terus," jawab Saka."Alah, alasan." Wulan memukul bahu Saka pelan."Hah! Kok alasan sih?" Saka menoleh."Aku tahu, itu cuma alasan Bang Saka saja kan? Wulan sudah tahu. Dasarnya Bang Saka saja yang ketagihan. Mau lagi mau lagi. Alasannya biar cicit kakek cepat jadi. Iya kan? Ngaku."Saka tergelak mendengar ucapan Wulan. Tidak menyangka istrinya sudah sedikit lebih pintar dan tahu kalau itu hanya akal-akalan Saka supaya Wulan mau melakukannya."Memangny
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status