All Chapters of Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO: Chapter 81 - Chapter 90

109 Chapters

Bab 81

Suara langkah Sonia menggema di lorong panjang yang penuh dengan ornamen mewah. Gaun birunya bergoyang lembut setiap kali dia melangkah, tetapi bukan keanggunannya yang menarik perhatian para pelayan yang lewat, melainkan tatapan tajam di wajahnya. Sonia telah memutuskan bahwa sekarang adalah waktunya. Waktu untuk menghadapi Jessica dan waktu untuk membongkar kebenaran yang telah lama disembunyikan di balik senyuman palsu dan manipulasi liciknya.Di depan pintu ruangan bernuansa putih itu, Sonia berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Di balik pintu itu, Jessica duduk dengan nyaman di sofa besar yang empuk, secangkir teh di tangannya. Dia mengenakan gaun merah marun dengan rambut disanggul rapi, tampak seperti seorang ratu yang sedang menikmati harinya. Akan tetapi, di mata Sonia, Jessica tidak lebih dari seorang pelaku yang sebentar lagi akan diadili.Sonia mendorong pintu dengan mantap, menyebabkan engsel berderit pelan. Jessica mendongak dan senyum
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 82

Langit malam menampakkan kesenduan, awan-awan gelap menggantung tanpa arah seakan-akan mencerminkan kekacauan di dalam hati Jessica. Di balkon kamarnya, wanita licik itu berdiri dengan napas yang berat, memandang ke arah taman luas yang dulu selalu membuatnya merasa menjadi pemilik dunia. Namun kini, pemandangan itu tak lebih dari pengingat bahwa semua yang dia miliki perlahan-lahan terlepas dari genggamannya.Jessica mengepalkan tangannya. dia tahu waktunya hampir habis. Albian sudah memiliki bukti yang cukup untuk menceraikannya. Bahkan Sonia, wanita yang dulu dianggapnya lemah, telah berdiri tegak melawannya. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah melarikan diri sebelum semuanya runtuh.Dan untuk itu, dia membutuhkan Rey. Rey yang sudah mengundurkan diri agar hidup lebih tenang.Keesokan harinya, Jessica berdiri di sudut kafe kecil di pusat kota. Tempat itu jauh dari kemewahan yang biasa dia datangi, tetapi cukup sepi untuk rencananya. Wanita yang selalu memakai lipstick merah me
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 83

“Aku harus ...,” kata Jessica lagi setelah menerima ultimatum, “bertahan.”Malam yang gelap tanpa bintang, seperti layar hitam yang menggantung di atas rumah besar milik Albian. Di ruang kerja yang luas dengan dinding berlapis kayu mahoni, suasana terasa tegang. Lampu gantung yang biasanya memancarkan kilauan hangat kini tampak suram, membentuk bayangan di wajah Albian yang berdiri dengan postur tegap di belakang meja kerjanya.Di seberang meja, Jessica duduk dengan dagu terangkat tinggi, mencoba mempertahankan harga dirinya. Namun, jemarinya yang mencengkeram ujung kursi menunjukkan kegelisahan yang tak mampu dia sembunyikan. Di sebelahnya, Julian duduk lebih santai, tetapi pandangan matanya menyapu ruangan, mencari tanda-tanda apa pun yang bisa memberinya kendali atas situasi ini.Benar, mereka berdua semakin tersudut, bahkan Julian diseret paksa oleh orang-orang Albian.Albian menatap mereka berdua dengan dingin, diam seolah sedang menakar berat dosa-dosa mereka. Suara detik jam di
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 84

Jessica menatap amplop di atas meja dengan mata lebar, tetapi tangannya gemetar, tak sanggup membukanya. Julian, di sisi lain, memutar otak dengan cepat, mencoba mencari celah untuk menyelamatkan diri dari situasi ini. Dalam keheningan yang mencekam, detik jam di dinding terdengar semakin keras, seolah menghitung mundur waktu mereka. “Kamu pikir dia benar-benar punya semua bukti itu?” bisik Jessica, memecah keheningan. Suaranya hampir tidak terdengar, seperti desis ular yang berusaha menahan amarah. Julian mendengkus, tetapi ada nada gugup dalam tawa kecilnya. “Dia mencoba menggertak kita. Albian memang pintar, tapi tidak mungkin dia tahu semuanya.” Jessica memutar matanya, melirik lelaki itu dengan sinis. “Kamu bilang dia tidak akan tahu apa pun tentang dokumen-dokumen itu. Tapi lihat di mana kita sekarang!" Julian mengangkat bahu, mencoba menjaga ketenangannya. “Kita hanya perlu tetap tenang. Jika dia punya bukti sebanyak yang dia klaim, dia tidak akan memberi kita waktu untuk b
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 85

Langit sore memerah, seolah-olah matahari ikut merasakan tekanan yang menghimpit Jessica. Di dalam rumah mewah yang biasanya terasa seperti benteng tak tergoyahkan, kini suasananya mencekam. Jessica duduk di ruang tamu, jemarinya sibuk meremas-remas kain sofa. Pikirannya berputar-putar, mencari celah di antara semua kekacauan yang ia ciptakan sendiri.Di depannya, Julian berdiri diam, tatapannya kosong menatap ke luar jendela. Dia tahu bahwa pertahanan mereka telah runtuh. Mereka telah kehabisan waktu.“Apa kamu yakin ini keputusan terbaik?” Suara Jessica terdengar serak, penuh keraguan.Julian menoleh, wajahnya tak menunjukkan belas kasihan. “Apa pilihan lain yang kamu punya, Jessica? Melarikan diri? Kamu tahu Albian nggak akan ngebiarin kita pergi gitu aja.”Jessica menghela napas panjang, tubuhnya bersandar ke sofa. “Aku nggak pernah berpikir semuanya akan berakhir seperti ini.”“Nggak ada yang pernah berpikir begitu,” Julian menjawab dingin. “Tapi itulah kenyataannya.”Ketika mala
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 86

Langit tampak cerah seolah-olah menyambut awal baru dalam hidup Albian. Di ruang kerjanya yang luas, dia berdiri di depan jendela besar, memandang taman yang hijau dan rapi. Namun, pikirannya tidak sedang menikmati keindahan itu. dia memikirkan langkah terakhir yang harus dia ambil untuk menutup babak kelam yang telah mengoyak hidupnya.Di meja di belakangnya, dokumen perceraian tergeletak rapi, menunggu tanda tangannya. Hanya ada satu nama yang tertinggal di kolom kosong itu: miliknya. Jessica sudah menandatangani dokumen tersebut kemarin, dengan tangan yang gemetar dan ekspresi wajah yang penuh kekalahan.Albian menghela napas panjang. Tangannya menggenggam pena yang terasa berat, seakan keputusan ini tidak hanya memutuskan hubungan pernikahan mereka, tetapi juga menutup semua harapan yang pernah dia miliki terhadap wanita yang dulu dia cintai.Seminggu sebelumnya, Albian telah bertemu dengan tim pengacaranya. Mereka membahas semua rincian perceraian—pembagian aset dan semua hal yan
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 87

Embusan angin sore menyapu lembut wajah Sonia saat dia duduk di samping rumah, memandangi taman yang tampak jauh lebih hidup dari sebelumnya. Burung-burung berkicau ceria di atas dahan pohon, bunga-bunga bermekaran, dan udara terasa segar. Namun, yang paling berarti bagi Sonia adalah ketenangan di hatinya yang perlahan mulai tumbuh sejak kepergian Jessica.Jessica, dengan segala intrik dan kepalsuannya, akhirnya menjadi bagian dari masa lalu. Tidak ada lagi ancaman, ejekan, atau permainan licik yang membuat Sonia merasa terpojok di rumah ini. Untuk pertama kalinya, rumah ini benar-benar terasa seperti tempat berlindung yang nyaman.Albian yang sedang sibuk di kantornya memastikan bahwa Sonia memiliki waktu untuk menikmati hari-harinya tanpa gangguan. Lelaki itu bahkan dengan sengaja mengurangi jadwal pekerjaannya agar bisa lebih sering berada di sisi Sonia. Perhatian kecil itu membuat Sonia merasa dihargai, sesuatu yang dulu jarang dia rasakan.Ketika Sonia sedang memetik bunga mawar
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 88

Hari itu, awan berarak di langit melukiskan gradasi kelabu yang mendalam. Sonia duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya, menanti kedatangan Megan. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam percakapan terakhir mereka di telepon. Suara Megan terdengar berat, seperti menyimpan beban yang selama ini dia pendam.Selain itu, Sonia merasa lelah dan tidak ingin melamun sendirian. Dalam keadaan perut yang membesar, dia betul-betul sulit bergerak. Kali pertama, itu alasannya. Para ART yang dia percayai pun selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.“Bu Sonia, ada tamu,” kata salah seorang pelayan—Kamila—membuyarkan pikiran wanita berbadan dua itu. Sonia segera memperbaiki posisi duduk dan meminta Kamila membuka pintu. Benar saja, Megan berdiri di sana dengan senyuman kecil yang terasa dipaksakan sebelum melangkah masuk dan mengempas bokong di sofa ruang tamu tepat di hadapan Sonia.Sudah dua hari berlalu sejak Sonia berkunjung ke rumah ibunya. Di saat itu pula dia merasa Megan m
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 89

Seperti biasa ketika pagi telah tiba, Albian akan disibukkan dengan pekerjaan. Pertama setelah bersiap adalah sarapan. Lelaki itu tidak bisa melakukannya dengan santai—sambil berbincang hangat. Di telinga ada earphone karena seseorang menghubunginya.Sonia hanya bisa menggelengkan kepala ketika lelaki itu pergi setelah mengecup puncak kepalanya. Benar-benar sibuk dan hampir tidak ada waktu mengobrol berdua. Indah yang melihat mereka hanya bisa tersenyum."Beruntung bukan Bu Sonia yang pergi dari sini. Sejak awal Bibi khawatir," celetuk Bi Sumi mengusik perhatian wanita yang sedang mengelus perut buncitnya itu."Iya, aku masih ingat pas pertama datang ke sini, Bi. aku kira Bi Sumi itu ngerasa iri. Duh, maaf karena aku suudzon sama Bibi, tapi aku ngira Kak Jes itu baik," balas Sonia tersenyum tulus."Iya, Bu. Bibi juga udah menduga karena Bu Jessi emang pandai memanipulasi orang.""Ngomong-ngomong, kenapa aku jadi dipanggil Ibu, nih?"Indah dan Kamila mendekat lantas salah satu dari mer
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 90

Udara di ruang bersalin dipenuhi ketegangan bercampur harapan. Albian berdiri di samping ranjang Sonia, memegang tangannya yang dingin tetapi bergetar karena usaha keras melahirkan. Wajah Sonia yang biasanya tenang kini berkerut, keringat bercucuran dari dahinya. Napasnya terengah-engah, seolah setiap tarikan adalah perjuangan yang tidak berujung.Sebenarnya Albian meminta wanita itu untuk melahirkan secara caesar saja, tetapi Sonia menolak dengan alasan masih mampu untuk melahirkan secara normal. Lagi pula dia pernah mendengar bahwa semua tidak semudah yang dibayangkan, harus melalui tahap pemulihan dan rasa sakit yang berkali lipat setelah efek bius hilang.Entahlah, tetapi Sonia merasa bahwa melahirkan caesar pun merupakan pengorbanan yang besar dan tidak mudah dilalui. Dia memilih normal saja selama masih bisa.“Sedikit lagi, Sayang. Kamu hebat,” bisik Albian dengan suara pelan, tetapi penuh tekad.Sonia mencoba tersenyum meskipun nyeri yang menderanya begitu kuat. “Aku … aku cuma
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status