Share

Bab 88

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 06:50:24

Hari itu, awan berarak di langit melukiskan gradasi kelabu yang mendalam. Sonia duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya, menanti kedatangan Megan. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam percakapan terakhir mereka di telepon. Suara Megan terdengar berat, seperti menyimpan beban yang selama ini dia pendam.

Selain itu, Sonia merasa lelah dan tidak ingin melamun sendirian. Dalam keadaan perut yang membesar, dia betul-betul sulit bergerak. Kali pertama, itu alasannya. Para ART yang dia percayai pun selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

“Bu Sonia, ada tamu,” kata salah seorang pelayan—Kamila—membuyarkan pikiran wanita berbadan dua itu. Sonia segera memperbaiki posisi duduk dan meminta Kamila membuka pintu. Benar saja, Megan berdiri di sana dengan senyuman kecil yang terasa dipaksakan sebelum melangkah masuk dan mengempas bokong di sofa ruang tamu tepat di hadapan Sonia.

Sudah dua hari berlalu sejak Sonia berkunjung ke rumah ibunya. Di saat itu pula dia merasa Megan m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 89

    Seperti biasa ketika pagi telah tiba, Albian akan disibukkan dengan pekerjaan. Pertama setelah bersiap adalah sarapan. Lelaki itu tidak bisa melakukannya dengan santai—sambil berbincang hangat. Di telinga ada earphone karena seseorang menghubunginya.Sonia hanya bisa menggelengkan kepala ketika lelaki itu pergi setelah mengecup puncak kepalanya. Benar-benar sibuk dan hampir tidak ada waktu mengobrol berdua. Indah yang melihat mereka hanya bisa tersenyum."Beruntung bukan Bu Sonia yang pergi dari sini. Sejak awal Bibi khawatir," celetuk Bi Sumi mengusik perhatian wanita yang sedang mengelus perut buncitnya itu."Iya, aku masih ingat pas pertama datang ke sini, Bi. aku kira Bi Sumi itu ngerasa iri. Duh, maaf karena aku suudzon sama Bibi, tapi aku ngira Kak Jes itu baik," balas Sonia tersenyum tulus."Iya, Bu. Bibi juga udah menduga karena Bu Jessi emang pandai memanipulasi orang.""Ngomong-ngomong, kenapa aku jadi dipanggil Ibu, nih?"Indah dan Kamila mendekat lantas salah satu dari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 90

    Udara di ruang bersalin dipenuhi ketegangan bercampur harapan. Albian berdiri di samping ranjang Sonia, memegang tangannya yang dingin tetapi bergetar karena usaha keras melahirkan. Wajah Sonia yang biasanya tenang kini berkerut, keringat bercucuran dari dahinya. Napasnya terengah-engah, seolah setiap tarikan adalah perjuangan yang tidak berujung.Sebenarnya Albian meminta wanita itu untuk melahirkan secara caesar saja, tetapi Sonia menolak dengan alasan masih mampu untuk melahirkan secara normal. Lagi pula dia pernah mendengar bahwa semua tidak semudah yang dibayangkan, harus melalui tahap pemulihan dan rasa sakit yang berkali lipat setelah efek bius hilang.Entahlah, tetapi Sonia merasa bahwa melahirkan caesar pun merupakan pengorbanan yang besar dan tidak mudah dilalui. Dia memilih normal saja selama masih bisa.“Sedikit lagi, Sayang. Kamu hebat,” bisik Albian dengan suara pelan, tetapi penuh tekad.Sonia mencoba tersenyum meskipun nyeri yang menderanya begitu kuat. “Aku … aku cuma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 91

    Langit mendung menggantung rendah di atas kediaman keluarga Adikusumo yang megah. Ruang makan utama dengan lampu gantung kristal yang berkilauan, terasa mencekam. Albian duduk di ujung meja panjang, menatap ibunya, Bu Laura, yang tampak anggun, tetapi dingin di sisi lain. Sonia duduk di sampingnya, berusaha tenang meskipun tatapan tajam dari ibu mertuanya terasa menusuk, seperti belati.“Albian, Ibu sudah mencoba bersabar.” Bu Laura membuka pembicaraan dengan nada tegas. “Tapi Ibu tidak bisa lagi berpura-pura. Kamu tahu, hidup bersama Sonia adalah keputusan yang keliru. Kamu masih bisa memperbaiki ini.”Albian menarik napas panjang, mencoba menahan emosi yang mulai membara di dadanya. “Ibu, kita sudah membicarakan ini. Sonia adalah istriku dan ibu dari anakku. Aku nggak akan ninggalin dia, apa pun yang terjadi.”Sonia menunduk, tangannya gemetar di bawah meja. Sungguh, dia sangat ingin membela diri, tetapi dia tahu ini adalah pertarungan yang hanya bisa dimenangkan oleh Albian. Salahn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 92

    Hujan turun perlahan, menciptakan simfoni lembut di luar jendela kamar Sonia. Di dalam, suasana begitu tenang. Sonia duduk di kursi dekat boks bayi, menatap putranya yang tertidur pulas. Wajah mungil anaknya terlihat damai, mengingatkan Sonia akan betapa rapuhnya kehidupan, tetapi sekaligus penuh harapan.Pikirannya melayang, mengarungi semua yang telah terjadi. Dari awal pernikahan yang terasa seperti jebakan hingga saat ini—kehidupan baru yang dia jalani bersama Albian. Ada kehangatan yang menyelinap ke dalam hatinya setiap kali mengingat lelaki itu. Akan tetapi, di sudut lain masih ada rasa bersalah yang mengikat dirinya pada masa lalu, terutama pada Jessica.“Kenapa aku masih memikirkannya?” gumam Sonia pelan, seperti bertanya pada dirinya sendiri.Jessica dengan segala tipu dayanya sudah tidak lagi menjadi ancaman. Namun bayangannya, bersama rasa kasihan dan simpati, masih menyelimuti hati Sonia. Wanita itu tahu Jessica salah, tetapi ada bagian kecil dalam dirinya yang tetap mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 93

    Langit pagi itu cerah, mencerminkan suasana hati Albian yang mulai tenang setelah sekian lama diliputi kekacauan. Di meja kerjanya, sebuah map merah tergeletak, berisi dokumen rahasia yang selama ini menjadi sumber perselisihan dan intrik di perusahaannya. Dokumen itu kini aman di tangannya, berkat kegigihannya melacak dan membersihkan jaringan pengkhianatan yang merusak integritas perusahaan. Albian membaca dokumen tersebut sekali lagi, memastikan semua isinya benar dan lengkap. Dokumen itu berisi rancangan strategis untuk ekspansi perusahaan ke pasar global, sebuah rencana yang telah dia persiapkan sejak lama sebelum dihancurkan oleh pengkhianatan Jessica dan Julian. Pintu ruangannya diketuk, dan sekretarisnya, Linda, masuk dengan senyuman lebar. "Pak Albian, dewan direksi telah memutuskan untuk mengangkat Anda sebagai CEO tetap. Keputusan ini bulat." Albian menghela napas lega. Setelah melalui begitu banyak tekanan, akhirnya dia berhasil membuktikan dirinya. "Terima kasih, Li

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 94

    Sonia duduk di ruang keluarga besar rumah Albian yang megah, memegang secangkir teh hangat yang hampir dingin. Di hadapannya, Bu Laura duduk dengan sikap anggun, tetapi kaku, tatapannya tajam seolah meneliti setiap gerak-gerik menantunya. Keheningan terasa begitu tegang hingga suara jarum jam di dinding terdengar nyaring. Sonia menenangkan dirinya, mengingat bahwa langkah ini adalah bagian dari usahanya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan ibu mertuanya.“Bu, aku dengar keluarga memiliki program amal yang sudah berjalan cukup lama.” Sonia membuka percakapan dengan hati-hati. “Aku ingin menawarkan diri untuk membantu, jika Ibu mengizinkan.”Bu Laura mengangkat alis, tampak sedikit terkejut. “Kamu ingin membantu?” Suaranya terdengar skeptis, seolah tak yakin niat itu tulus.“Iya, Bu.” Sonia menjawab dengan senyum lembut. “Aku pikir, mungkin ini cara aku untuk lebih mengenal keluarga Mas Al, sekaligus berkontribusi pada sesuatu yang penting.”Wanita paruh baya itu memandangnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 95

    Hari itu, Albian berada di ruang kerjanya, memeriksa laporan keuangan perusahaan. Sinar matahari masuk melalui jendela besar di belakangnya, menciptakan bayangan panjang di lantai marmer. Namun, pikirannya tak sepenuhnya fokus pada angka-angka di depannya. Ada perasaan ganjil yang terus mengusiknya sejak beberapa hari terakhir. Sonia, istrinya, tampak gelisah belakangan ini meskipun dia berusaha keras menyembunyikannya. Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. "Masuk," katanya dengan suara tegas. Seorang asisten masuk membawa sebuah amplop. "Pak Albian, ini ada laporan yang harus Anda lihat," katanya sebelum keluar dengan cepat. Albian membuka amplop itu dan menemukan beberapa dokumen serta catatan kecil dari seseorang yang tak dia kenal. Lelaki itu membaca dengan teliti dan menemukan sesuatu yang mengejutkan; laporan penyelidikan pribadi tentang Sonia. Semua detail tentang masa lalu istrinya tercantum di sana, termasuk dugaan skandal kecil yang konon melibatkan Sonia saat masih ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 96

    "Apa? Seseorang mencariku?" Sonia menatap Indah dengan alis berkerut. Tangannya yang menggenggam cangkir teh sedikit gemetar dan rasa hangat dari cairan teh yang biasa menenangkannya terasa tidak cukup kali ini. Indah, yang duduk di seberangnya di ruang tamu rumah besar itu, tampak ragu. "Ada seorang pria yang datang bertamu pagi tadi, Bu," katanya pelan, "dia menyebut namamu. Dia bilang dia teman lama dari tempat tinggal sebelumnya." Wajah Sonia memucat. Dia meletakkan cangkirnya dengan hati-hati di meja, berusaha tetap tenang. "Dia bilang apa?" "Dia nggak banyak bicara," jawab Indah, "tapi ... nada bicaranya aneh, Bu. Seperti dia menyembunyikan sesuatu. Aku bilang aku nggak tahu siapa Bu Sonia dan di mana dia tinggal sekarang, tapi dia bilang dia akan menemuiku lagi." Sonia menggigit bibir bawahnya, pikirannya mulai berpacu. Siapa pria itu? Dan apa yang dia inginkan? Malamnya, Sonia duduk sendirian di ruang tengah. Anak mereka telah tertidur di kamar bayi dan Albian masih di ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 102

    Malam itu, Bu Laura duduk di ruang kerjanya, tangannya menopang dagu sambil memikirkan rencana baru. Sejak Tania pergi, Sonia terlihat lebih tegar. Hubungannya dengan Albian semakin kuat dan keluarga besar mulai memberikan dukungan kepada Sonia. Bu Laura tidak bisa membiarkan hal itu terus terjadi."Jika aku tidak melakukan sesuatu, wanita itu akan benar-benar menguasai keluarga ini," gumamnya. Dia membuka map di depannya yang penuh dokumen proyek amal keluarga mereka—sebuah proyek besar yang diinisiasi oleh keluarga besar Adikusumo sejak dulu.Matanya menyipit saat ide mulai terbentuk. Dia memutuskan untuk memberikan Sonia tanggung jawab besar—sebuah ujian yang, menurutnya, akan membuktikan apakah Sonia benar-benar layak menjadi bagian dari keluarga mereka.Setelah beberapa harinya, Bu Laura memanggil Sonia untuk bertemu di ruang tamu. Sonia datang dengan sedikit canggung, tidak terbiasa diajak berbicara langsung oleh mertuanya.“Ibu mau ketemu aku?” tanya Sonia dengan sopan begitu d

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 101

    Pagi itu, Sonia sedang menyiapkan sarapan ketika Tania masuk ke dapur dengan raut wajah yang tak biasa. Matanya bersinar dan senyumnya tidak dapat disembunyikan.“Kak Sonia, aku punya kabar baik!” seru Tania, suaranya penuh semangat.Sonia menoleh, meletakkan panci di atas meja. “Apa itu? Cepat ceritain!”Tania mengeluarkan amplop dari tasnya dan menyerahkannya kepada Sonia. “Ini ... aku diterima di program beasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri!”Sonia membuka amplop itu dengan tangan sedikit gemetar. Mata bulatnya membelalak ketika membaca isi surat tersebut. “Tania! Ini luar biasa!” serunya sambil memeluk adiknya erat.Beasiswa itu adalah impian Tania selama bertahun-tahun, tetapi selama ini tampak mustahil karena keterbatasan finansial. Namun, berkat dukungan Albian yang membantu memfasilitasi aplikasi dan memperkenalkan Tania ke orang-orang yang tepat, kesempatan ini akhirnya menjadi nyata.“Aku nggak percaya ini benar-benar terjadi,” kata Tania, duduk di meja makan deng

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 100

    "Pastikan semuanya sempurna," perintah Laura kepada salah satu pelayan saat mereka menata meja-meja besar di taman belakang rumah keluarga Adikusumo. Malam itu, pesta keluarga besar akan diadakan untuk merayakan keberhasilan perusahaan yang baru saja pulih dari krisis.Para tamu mulai berdatangan, semuanya dari kalangan terpandang. Laki-laki dengan setelan jas mewah dan perempuan mengenakan gaun elegan memenuhi halaman, bercakap-cakap sambil memegang gelas anggur. Albian dan Sonia tiba sedikit terlambat, bergandengan tangan dengan senyuman di wajah mereka.Bu Laura memandang keduanya dari kejauhan. Meski dia tidak sepenuhnya puas, dia sadar bahwa malam ini harus menjaga citra keluarga di depan kerabat dan rekan bisnis.“Sonia,” suara lembut, tetapi dingin Bu Laura menyapa ketika Sonia sedang berbicara dengan seorang tamu.Sonia berbalik dan mendapati Laura berdiri di depannya, wajahnya tidak menampakkan emosi.“Ya, Bu?”“Aku mau kamu menemani beberapa tamu penting kita malam ini,” kat

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 99

    Hari itu dimulai dengan suasana yang mencekam di Kantor Pusat Adikusumo Corporation. Albian menerima laporan dari tim manajemen bahwa ada ancaman serius terhadap stabilitas perusahaan. Salah satu pesaing utama mereka, Silver Apex Group, melakukan serangan pasar yang sangat agresif, mengklaim telah menemukan cara baru untuk memproduksi produk dengan biaya lebih murah.“Ini tidak masuk akal.” Albian bergumam sambil membaca laporan keuangan di mejanya. “Bagaimana mereka bisa menurunkan biaya produksi sebanyak ini dalam waktu singkat?”Rekan kerjanya, Adrian, yang menjabat sebagai Kepala Keuangan, berdiri di depan meja Albian dengan ekspresi cemas. “Kami menduga mereka mendapatkan akses ke salah satu teknologi eksklusif kita. Entah bagaimana, dokumen rahasia kita bocor.”Kata-kata itu menghantam Albian seperti petir. “Apa kamu yakin?”“Kami belum punya bukti, tapi pola mereka terlalu mencurigakan. Jika ini terus berlanjut, kita akan kehilangan pasar dalam beberapa bulan ke depan.”Albian

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 98

    Malam itu, rumah besar keluarga Adikusumo diliputi keheningan yang mencekam. Sonia berdiri di kamar yang dia dan Albian gunakan selama kunjungan mereka. Kepalanya bersandar pada jendela besar yang menghadap taman belakang, pikirannya dipenuhi keraguan.Albian duduk di sofa di belakangnya, memandangi istrinya dengan cemas. "Sonia," panggilnya lembut.Sonia berbalik, matanya berkilat dengan emosi. "Aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Mas. Aku merasa ... nggak cukup baik untuk keluarga ini. Apa yang ibumu lakukan tadi membuatku sadar kalau aku mungkin nggak akan pernah diterima di sini."Albian berdiri dan berjalan mendekatinya. Dia menggenggam tangan Sonia, mencoba meyakinkannya. "Kamu cukup, Sonia. Kamu lebih dari cukup. Jangan biarkan kata-kata Ibu ngebuat kamu ragu pada dirimu sendiri."Namun, kata-kata Albian tidak mampu menghilangkan rasa sakit yang Sonia rasakan. Wanita itu tahu bahwa selama Bu Laura masih memiliki prasangka terhadapnya, hidup mereka tidak akan pernah tenang.Kee

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 97

    "Sudah cukup, Bu!" Suara Albian menggema di ruang tengah rumah besar itu, tajam dan penuh amarah. Matanya menatap ibunya dengan tajam, sesuatu yang jarang sekali terjadi. Sonia berdiri di belakangnya, mencoba menyembunyikan rasa gugup di balik ketenangannya.Di seberangnya, Bu Laura berdiri dengan wajah dingin dan penuh harga diri. Di tangannya, ada dokumen yang baru saja dia tunjukkan kepada keluarga besar. Dokumen itu berisi informasi masa lalu Sonia, lengkap dengan beberapa tambahan manipulatif yang sengaja dibuat untuk memperburuk citra menantunya."Kenapa Ibu harus berhenti, Albian?" Suara Bu Laura rendah, tetapi penuh otoritas. "Aku hanya melindungi keluarga kita dari wanita yang tak layak. Apakah kamu benar-benar ingin menghabiskan hidupmu dengan seseorang yang punya masa lalu seperti ini?"Sonia menundukkan kepalanya. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Dia tahu hari ini akan datang, tetapi tidak menyangka akan secepat ini—dan

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 96

    "Apa? Seseorang mencariku?" Sonia menatap Indah dengan alis berkerut. Tangannya yang menggenggam cangkir teh sedikit gemetar dan rasa hangat dari cairan teh yang biasa menenangkannya terasa tidak cukup kali ini. Indah, yang duduk di seberangnya di ruang tamu rumah besar itu, tampak ragu. "Ada seorang pria yang datang bertamu pagi tadi, Bu," katanya pelan, "dia menyebut namamu. Dia bilang dia teman lama dari tempat tinggal sebelumnya." Wajah Sonia memucat. Dia meletakkan cangkirnya dengan hati-hati di meja, berusaha tetap tenang. "Dia bilang apa?" "Dia nggak banyak bicara," jawab Indah, "tapi ... nada bicaranya aneh, Bu. Seperti dia menyembunyikan sesuatu. Aku bilang aku nggak tahu siapa Bu Sonia dan di mana dia tinggal sekarang, tapi dia bilang dia akan menemuiku lagi." Sonia menggigit bibir bawahnya, pikirannya mulai berpacu. Siapa pria itu? Dan apa yang dia inginkan? Malamnya, Sonia duduk sendirian di ruang tengah. Anak mereka telah tertidur di kamar bayi dan Albian masih di ka

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 95

    Hari itu, Albian berada di ruang kerjanya, memeriksa laporan keuangan perusahaan. Sinar matahari masuk melalui jendela besar di belakangnya, menciptakan bayangan panjang di lantai marmer. Namun, pikirannya tak sepenuhnya fokus pada angka-angka di depannya. Ada perasaan ganjil yang terus mengusiknya sejak beberapa hari terakhir. Sonia, istrinya, tampak gelisah belakangan ini meskipun dia berusaha keras menyembunyikannya. Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya. "Masuk," katanya dengan suara tegas. Seorang asisten masuk membawa sebuah amplop. "Pak Albian, ini ada laporan yang harus Anda lihat," katanya sebelum keluar dengan cepat. Albian membuka amplop itu dan menemukan beberapa dokumen serta catatan kecil dari seseorang yang tak dia kenal. Lelaki itu membaca dengan teliti dan menemukan sesuatu yang mengejutkan; laporan penyelidikan pribadi tentang Sonia. Semua detail tentang masa lalu istrinya tercantum di sana, termasuk dugaan skandal kecil yang konon melibatkan Sonia saat masih ti

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 94

    Sonia duduk di ruang keluarga besar rumah Albian yang megah, memegang secangkir teh hangat yang hampir dingin. Di hadapannya, Bu Laura duduk dengan sikap anggun, tetapi kaku, tatapannya tajam seolah meneliti setiap gerak-gerik menantunya. Keheningan terasa begitu tegang hingga suara jarum jam di dinding terdengar nyaring. Sonia menenangkan dirinya, mengingat bahwa langkah ini adalah bagian dari usahanya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan ibu mertuanya.“Bu, aku dengar keluarga memiliki program amal yang sudah berjalan cukup lama.” Sonia membuka percakapan dengan hati-hati. “Aku ingin menawarkan diri untuk membantu, jika Ibu mengizinkan.”Bu Laura mengangkat alis, tampak sedikit terkejut. “Kamu ingin membantu?” Suaranya terdengar skeptis, seolah tak yakin niat itu tulus.“Iya, Bu.” Sonia menjawab dengan senyum lembut. “Aku pikir, mungkin ini cara aku untuk lebih mengenal keluarga Mas Al, sekaligus berkontribusi pada sesuatu yang penting.”Wanita paruh baya itu memandangnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status