Share

Bab 81

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 20:04:28

Suara langkah Sonia menggema di lorong panjang yang penuh dengan ornamen mewah. Gaun birunya bergoyang lembut setiap kali dia melangkah, tetapi bukan keanggunannya yang menarik perhatian para pelayan yang lewat, melainkan tatapan tajam di wajahnya. Sonia telah memutuskan bahwa sekarang adalah waktunya. Waktu untuk menghadapi Jessica dan waktu untuk membongkar kebenaran yang telah lama disembunyikan di balik senyuman palsu dan manipulasi liciknya.

Di depan pintu ruangan bernuansa putih itu, Sonia berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Di balik pintu itu, Jessica duduk dengan nyaman di sofa besar yang empuk, secangkir teh di tangannya. Dia mengenakan gaun merah marun dengan rambut disanggul rapi, tampak seperti seorang ratu yang sedang menikmati harinya. Akan tetapi, di mata Sonia, Jessica tidak lebih dari seorang pelaku yang sebentar lagi akan diadili.

Sonia mendorong pintu dengan mantap, menyebabkan engsel berderit pelan. Jessica mendongak dan senyum
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 82

    Langit malam menampakkan kesenduan, awan-awan gelap menggantung tanpa arah seakan-akan mencerminkan kekacauan di dalam hati Jessica. Di balkon kamarnya, wanita licik itu berdiri dengan napas yang berat, memandang ke arah taman luas yang dulu selalu membuatnya merasa menjadi pemilik dunia. Namun kini, pemandangan itu tak lebih dari pengingat bahwa semua yang dia miliki perlahan-lahan terlepas dari genggamannya.Jessica mengepalkan tangannya. dia tahu waktunya hampir habis. Albian sudah memiliki bukti yang cukup untuk menceraikannya. Bahkan Sonia, wanita yang dulu dianggapnya lemah, telah berdiri tegak melawannya. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah melarikan diri sebelum semuanya runtuh.Dan untuk itu, dia membutuhkan Rey. Rey yang sudah mengundurkan diri agar hidup lebih tenang.Keesokan harinya, Jessica berdiri di sudut kafe kecil di pusat kota. Tempat itu jauh dari kemewahan yang biasa dia datangi, tetapi cukup sepi untuk rencananya. Wanita yang selalu memakai lipstick merah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 83

    “Aku harus ...,” kata Jessica lagi setelah menerima ultimatum, “bertahan.”Malam yang gelap tanpa bintang, seperti layar hitam yang menggantung di atas rumah besar milik Albian. Di ruang kerja yang luas dengan dinding berlapis kayu mahoni, suasana terasa tegang. Lampu gantung yang biasanya memancarkan kilauan hangat kini tampak suram, membentuk bayangan di wajah Albian yang berdiri dengan postur tegap di belakang meja kerjanya.Di seberang meja, Jessica duduk dengan dagu terangkat tinggi, mencoba mempertahankan harga dirinya. Namun, jemarinya yang mencengkeram ujung kursi menunjukkan kegelisahan yang tak mampu dia sembunyikan. Di sebelahnya, Julian duduk lebih santai, tetapi pandangan matanya menyapu ruangan, mencari tanda-tanda apa pun yang bisa memberinya kendali atas situasi ini.Benar, mereka berdua semakin tersudut, bahkan Julian diseret paksa oleh orang-orang Albian.Albian menatap mereka berdua dengan dingin, diam seolah sedang menakar berat dosa-dosa mereka. Suara detik jam di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 84

    Jessica menatap amplop di atas meja dengan mata lebar, tetapi tangannya gemetar, tak sanggup membukanya. Julian, di sisi lain, memutar otak dengan cepat, mencoba mencari celah untuk menyelamatkan diri dari situasi ini. Dalam keheningan yang mencekam, detik jam di dinding terdengar semakin keras, seolah menghitung mundur waktu mereka. “Kamu pikir dia benar-benar punya semua bukti itu?” bisik Jessica, memecah keheningan. Suaranya hampir tidak terdengar, seperti desis ular yang berusaha menahan amarah. Julian mendengkus, tetapi ada nada gugup dalam tawa kecilnya. “Dia mencoba menggertak kita. Albian memang pintar, tapi tidak mungkin dia tahu semuanya.” Jessica memutar matanya, melirik lelaki itu dengan sinis. “Kamu bilang dia tidak akan tahu apa pun tentang dokumen-dokumen itu. Tapi lihat di mana kita sekarang!" Julian mengangkat bahu, mencoba menjaga ketenangannya. “Kita hanya perlu tetap tenang. Jika dia punya bukti sebanyak yang dia klaim, dia tidak akan memberi kita waktu untuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 85

    Langit sore memerah, seolah-olah matahari ikut merasakan tekanan yang menghimpit Jessica. Di dalam rumah mewah yang biasanya terasa seperti benteng tak tergoyahkan, kini suasananya mencekam. Jessica duduk di ruang tamu, jemarinya sibuk meremas-remas kain sofa. Pikirannya berputar-putar, mencari celah di antara semua kekacauan yang ia ciptakan sendiri.Di depannya, Julian berdiri diam, tatapannya kosong menatap ke luar jendela. Dia tahu bahwa pertahanan mereka telah runtuh. Mereka telah kehabisan waktu.“Apa kamu yakin ini keputusan terbaik?” Suara Jessica terdengar serak, penuh keraguan.Julian menoleh, wajahnya tak menunjukkan belas kasihan. “Apa pilihan lain yang kamu punya, Jessica? Melarikan diri? Kamu tahu Albian nggak akan ngebiarin kita pergi gitu aja.”Jessica menghela napas panjang, tubuhnya bersandar ke sofa. “Aku nggak pernah berpikir semuanya akan berakhir seperti ini.”“Nggak ada yang pernah berpikir begitu,” Julian menjawab dingin. “Tapi itulah kenyataannya.”Ketika mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 86

    Langit tampak cerah seolah-olah menyambut awal baru dalam hidup Albian. Di ruang kerjanya yang luas, dia berdiri di depan jendela besar, memandang taman yang hijau dan rapi. Namun, pikirannya tidak sedang menikmati keindahan itu. dia memikirkan langkah terakhir yang harus dia ambil untuk menutup babak kelam yang telah mengoyak hidupnya.Di meja di belakangnya, dokumen perceraian tergeletak rapi, menunggu tanda tangannya. Hanya ada satu nama yang tertinggal di kolom kosong itu: miliknya. Jessica sudah menandatangani dokumen tersebut kemarin, dengan tangan yang gemetar dan ekspresi wajah yang penuh kekalahan.Albian menghela napas panjang. Tangannya menggenggam pena yang terasa berat, seakan keputusan ini tidak hanya memutuskan hubungan pernikahan mereka, tetapi juga menutup semua harapan yang pernah dia miliki terhadap wanita yang dulu dia cintai.Seminggu sebelumnya, Albian telah bertemu dengan tim pengacaranya. Mereka membahas semua rincian perceraian—pembagian aset dan semua hal yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 87

    Embusan angin sore menyapu lembut wajah Sonia saat dia duduk di samping rumah, memandangi taman yang tampak jauh lebih hidup dari sebelumnya. Burung-burung berkicau ceria di atas dahan pohon, bunga-bunga bermekaran, dan udara terasa segar. Namun, yang paling berarti bagi Sonia adalah ketenangan di hatinya yang perlahan mulai tumbuh sejak kepergian Jessica.Jessica, dengan segala intrik dan kepalsuannya, akhirnya menjadi bagian dari masa lalu. Tidak ada lagi ancaman, ejekan, atau permainan licik yang membuat Sonia merasa terpojok di rumah ini. Untuk pertama kalinya, rumah ini benar-benar terasa seperti tempat berlindung yang nyaman.Albian yang sedang sibuk di kantornya memastikan bahwa Sonia memiliki waktu untuk menikmati hari-harinya tanpa gangguan. Lelaki itu bahkan dengan sengaja mengurangi jadwal pekerjaannya agar bisa lebih sering berada di sisi Sonia. Perhatian kecil itu membuat Sonia merasa dihargai, sesuatu yang dulu jarang dia rasakan.Ketika Sonia sedang memetik bunga mawar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 88

    Hari itu, awan berarak di langit melukiskan gradasi kelabu yang mendalam. Sonia duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya, menanti kedatangan Megan. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam percakapan terakhir mereka di telepon. Suara Megan terdengar berat, seperti menyimpan beban yang selama ini dia pendam.Selain itu, Sonia merasa lelah dan tidak ingin melamun sendirian. Dalam keadaan perut yang membesar, dia betul-betul sulit bergerak. Kali pertama, itu alasannya. Para ART yang dia percayai pun selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.“Bu Sonia, ada tamu,” kata salah seorang pelayan—Kamila—membuyarkan pikiran wanita berbadan dua itu. Sonia segera memperbaiki posisi duduk dan meminta Kamila membuka pintu. Benar saja, Megan berdiri di sana dengan senyuman kecil yang terasa dipaksakan sebelum melangkah masuk dan mengempas bokong di sofa ruang tamu tepat di hadapan Sonia.Sudah dua hari berlalu sejak Sonia berkunjung ke rumah ibunya. Di saat itu pula dia merasa Megan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 89

    Seperti biasa ketika pagi telah tiba, Albian akan disibukkan dengan pekerjaan. Pertama setelah bersiap adalah sarapan. Lelaki itu tidak bisa melakukannya dengan santai—sambil berbincang hangat. Di telinga ada earphone karena seseorang menghubunginya.Sonia hanya bisa menggelengkan kepala ketika lelaki itu pergi setelah mengecup puncak kepalanya. Benar-benar sibuk dan hampir tidak ada waktu mengobrol berdua. Indah yang melihat mereka hanya bisa tersenyum."Beruntung bukan Bu Sonia yang pergi dari sini. Sejak awal Bibi khawatir," celetuk Bi Sumi mengusik perhatian wanita yang sedang mengelus perut buncitnya itu."Iya, aku masih ingat pas pertama datang ke sini, Bi. aku kira Bi Sumi itu ngerasa iri. Duh, maaf karena aku suudzon sama Bibi, tapi aku ngira Kak Jes itu baik," balas Sonia tersenyum tulus."Iya, Bu. Bibi juga udah menduga karena Bu Jessi emang pandai memanipulasi orang.""Ngomong-ngomong, kenapa aku jadi dipanggil Ibu, nih?"Indah dan Kamila mendekat lantas salah satu dari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 118

    Setelah malam penuh ketegangan itu, rumah Albian tidak lagi menjadi tempat yang aman. Ethan memutuskan memindahkan keluarga Albian ke tempat persembunyian sementara. Sebuah vila di luar kota, tersembunyi di balik hutan, dipilih sebagai lokasi terbaik untuk memastikan keamanan mereka. Jessica duduk di kursi dekat jendela besar vila itu, pandangannya kosong menatap ke luar. Dia merasa seperti beban berat terus menghimpitnya. Sonia, yang tak pernah membiarkan orang lain tenggelam dalam rasa bersalah terlalu lama, mendekatinya. “Kita semua berada di sini karena kamu, Jessica,” kata Sonia, nada suaranya tegas, “tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu.” Jessica menoleh, matanya berkaca-kaca. “Sonia ... aku sudah menghancurkan hidup kalian. Jika sesuatu terjadi pada Farhan atau Alia ....” Sonia menggeleng. “Aku tidak mau mendengar penyesalan itu lagi. Apa yang kita perlukan sekarang adalah rencana. Kamu bilang kamu punya salinan data itu. Di mana?” Wanita itu m

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 117

    Malam itu, suasana rumah keluarga Albian penuh ketegangan. Jessica duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh kecemasan, tangannya gemetar saat memegang secangkir teh yang hampir dingin. Di seberangnya, Sonia dan Albian saling bertukar pandang, mencoba membaca pikiran satu sama lain.Farhan dan Alia sudah terlelap di kamar mereka, tidak menyadari badai yang tengah mendekat. Sonia menatap Albian dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan—campuran antara kekhawatiran dan kekuatan.“Jessica.” Sonia akhirnya memecah keheningan. “Kita harus tahu semuanya. Tidak ada yang bisa disembunyikan sekarang. Apa sebenarnya yang mereka inginkan darimu?”Jessica menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu untuk bicara. “Aku sudah memberitahu kalian. Itu semua tentang dokumen yang aku curi—”“Tidak mungkin hanya itu,” potong Sonia, nadanya tegas, “mereka tidak akan mengorbankan segalanya hanya untuk mengejar dokumen biasa.”Albian menatap Jessica tajam. “Jessica, kalau kamu ingin kami membantu, kamu harus berkata

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 116

    Sonia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dia mengamati kembali rekaman CCTV yang menunjukkan pria dengan jaket logo misterius itu. Dalam pikirannya, ada satu pertanyaan yang terus menghantuinya: kenapa mereka begitu gigih mengejar Jessica?Sementara itu, di ruang kerjanya, Albian menelepon salah satu kontak kepercayaannya. “Dapatkan semua informasi tentang logo ini. Siapa pun yang terlibat di balik organisasi ini, aku ingin tahu segalanya,” katanya dengan nada penuh determinasi.Tak lama, Albian keluar dari ruang kerja. “Kita harus berbicara serius,” katanya sambil memandang Sonia dan Jessica.“Apalagi sekarang, Mas?” tanya Sonia.“Aku sudah memanggil penyelidik pribadi untuk menyelidiki organisasi ini. Tapi Jessica, kamu harus bicara jujur. Apa yang sebenarnya mereka inginkan darimu? Ini bukan sekadar ancaman biasa. Pasti ada alasan besar kenapa mereka segigih ini.”Wanita itu tampak gugup. “Mereka menginginkan ... dokumen penting yang dulu aku ambil dari salah satu pemimpin mereka

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 115

    Suara retakan dari dapur membuat Sonia dan Jessica saling pandang dengan ketegangan di mata mereka. Sonia segera meraih ponsel di meja, bersiap menghubungi Albian yang sedang bekerja di ruang pribadinya. Namun sebelum dia sempat menekan tombol, Jessica menahan tangannya."Tunggu. Kalau kamu membuat suara, mereka bisa tahu kita menyadari kehadiran mereka," bisik Jessica."Siapa mereka?" tanya Sonia, suaranya tertahan, tetapi tegas.Jessica tidak menjawab. Dia hanya menatap ke arah dapur, memasang kewaspadaan.Dari bayangan di balik pintu dapur, terdengar langkah-langkah pelan. Jessica meraih sebuah benda berat—kayu kecil yang tergeletak di dekat meja—dan bergerak mendekati pintu.Sonia, meskipun gugup, mengikuti di belakangnya.Namun, sebelum mereka bisa mendekat, pintu terbuka, dan seseorang yang tidak dikenal muncul. Wajahnya tertutup oleh topi dan masker. Tatapannya tajam, tetapi dia tampak terkejut mendapati Jessica dan Sonia berdiri di sana."Siapa kamu?!" Sonia berseru dengan sua

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 114

    Keesokan harinya, Jessica benar-benar kembali seperti yang dijanjikan. Kali ini, dia membawa dokumen-dokumen yang katanya bisa membuktikan ancamannya nyata. Sonia duduk di ruang tamu bersama Albian, dengan sikap waspada, sementara Jessica mulai menjelaskan.“Orang ini, namanya Vincent,” kata Jessica, sambil menunjuk sebuah nama di salah satu dokumen, “dia mantan rekan bisnisku. Awalnya, aku pikir dia hanya marah karena aku mundur dari proyek kami. Tapi belakangan, dia mulai mengancam akan membocorkan rahasia pribadiku dan menyebarkan berita palsu untuk menghancurkan reputasiku.”“Dan apa hubungannya dengan kami?” potong Sonia dingin.Jessica menelan ludah, gugup. “Karena Vincent tidak hanya menyerangku. Dia juga menyebut nama kalian. Dia tahu aku pernah menjadi bagian dari kehidupan kalian dan dia akan menggunakan itu untuk mempermalukan kalian di publik.”Albian memijat pelipisnya, sementara Sonia menatap Jessica dengan tajam. “Jadi, karena ulahmu sendiri, sekarang kami juga terancam

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 113

    Jessica tersenyum tipis, tapi jelas terlihat tegang. “Aku butuh bicara denganmu, Mas.” Albian diam, tubuhnya membeku. Dia ingin langsung menutup pintu, tapi Jessica memandangnya dengan sorot mata yang penuh tekanan. “Ini penting.” Sonia, yang mendengar suara di depan pintu, berjalan mendekat. “Mas? Siapa—” Langkahnya terhenti begitu melihat Jessica berdiri di ambang pintu. “Sonia.” Jessica mengangguk singkat, seolah kehadirannya adalah hal yang wajar. “Lama tidak bertemu.” “Kamu ... mau apa lagi kamu ke sini?” tanya Sonia, suaranya bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang berusaha dia kendalikan jika teringat pada perbuatan wanita licik itu. Jessica melirik Sonia sebelum kembali menatap Albian. “Aku perlu bicara dengan kalian. Ini soal sesuatu yang sangat penting.” “Jessica, kamu seharusnya tidak di sini,” ujar Albian, nadanya datar, tapi penuh ketegasan. Wanita licik itu mendesah. “Aku tidak punya pilihan lain, Mas. Percayalah, aku tidak ingin datang jika tidak te

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 112

    Suara tawa Farhan dan Alia menggema di halaman belakang rumah besar itu. Farhan, yang kini berusia tujuh tahun, tengah mengejar adiknya yang baru belajar berjalan dengan langkah kecil-kecil yang lucu. Sonia memandangi mereka dari teras sambil menyeduh teh hangat, senyum lembut menghiasi wajahnya."Mereka tumbuh begitu cepat," gumamnya.Albian muncul dari dalam rumah dengan membawa nampan kecil berisi kue-kue kering. "Dan mereka semakin mirip dengan ibunya," katanya sambil duduk di samping Sonia.Sonia tersenyum sambil mengambil satu kue. "Kalau Farhan, mungkin. Tapi Alia jelas memiliki sikap keras kepala ayahnya.""Hati-hati, itu terdengar seperti kritik," goda Albian sambil tersenyum lebar."Tidak, itu pujian terselubung, Mas," balas Sonia sambil menahan tawa.Malam harinya setelah anak-anak tidur, Sonia dan Albian duduk bersama di ruang keluarga. Albian mengambil map kecil dari meja."Aku punya ide," katanya sambil membuka map itu dan menunjukkan brosur liburan, "bagaimana kalau kit

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 111

    Cahaya mentari pagi menyusup ke dalam ruang kerja Sonia, yang dipenuhi dengan peta, dokumen, dan laporan. Sebagai inisiator utama proyek amal keluarga, Sonia telah membawa perubahan besar yang awalnya hanya bertujuan lokal, kini berkembang hingga ke tingkat internasional."Ibu, ini laporan dari cabang baru di Kamboja," kata seorang staf muda, menyerahkan sebuah dokumen kepada Sonia.Sonia menerima laporan itu dengan senyuman. "Terima kasih, Lisa. Pastikan mereka mendapatkan semua dukungan yang mereka butuhkan. Kita ingin hasil ini berkelanjutan, bukan hanya pencapaian sementara."Lisa mengangguk sebelum bergegas pergi. Proyek amal yang dimulai Sonia kini mencakup pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan perempuan di berbagai negara berkembang. Tantangannya semakin besar, tetapi semangat Sonia tetap menyala.Sungguh dia tidak menduga akan menjadi seorang wanita karir, padahal dulu hanya dipandang sebelah mata. Besar kemungkinan memang itu adalah buah dari kesabarannya. Sonia harus lebih

  • Terjebak Jadi Istri Kedua sang CEO   Bab 110

    Angin musim gugur berembus lembut di taman belakang rumah besar keluarga Albian. Hari itu, keluarga besar mengadakan pertemuan santai untuk merayakan keberhasilan proyek amal yang baru saja selesai. Proyek tersebut tidak hanya membantu banyak orang, tetapi juga memperkuat citra keluarga di mata publik. Sonia, yang menjadi ujung tombak proyek itu, kini menjadi pusat perhatian.“Sonia, kamu benar-benar luar biasa,” kata salah satu bibi dari pihak Albian, Bu Gertrude. Dia dikenal sebagai salah satu anggota keluarga yang paling sulit memuji orang lain, “proyek ini berjalan sangat baik, dan aku yakin kontribusimu yang membuatnya berhasil.”Sonia tersenyum hangat, sedikit tersipu. “Terima kasih, Tante Gertrude. Tapi ini semua hasil kerja tim. Aku hanya melakukan bagian kecil.”Mertua, yang duduk tidak jauh dari mereka, hanya mengangguk kecil sambil menyesap tehnya. Meskipun dia tidak langsung memuji, tatapan matanya tidak lagi penuh keraguan seperti sebelumnya.“Sonia memang pekerja keras,”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status