All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 71 - Chapter 80

150 Chapters

Bab 71: Mendekati Peperangan

Langit di atas perbatasan barat tampak gelap meskipun matahari masih belum sepenuhnya tenggelam. Kedua pasukan sudah mulai merapatkan barisan mereka. Dari kejauhan, terlihat pasukan Kerajaan Langit Timur dengan jumlah yang besar.Mereka berdiri kokoh, mempersiapkan diri untuk menghadapi kekuatan besar dari Benua Barat yang telah membuat getaran di seluruh negeri. Di seberang mereka, pasukan Benua Barat telah siap dengan barisan sihir dan prajurit tangguh yang dikenal memiliki kekuatan sihir hebat.Gema berdiri di atas bukit kecil, mengamati dari kejauhan. Di belakangnya, Jaka Tandingan dan Roro Kenanga berdiri bersiaga, menatap lapangan luas yang akan segera menjadi medan pertempuran. Di sisi lain, Ki Joko Tingkir berjalan perlahan menuju Gema, matanya penuh perhatian melihat formasi musuh.“Perang ini tidak akan mudah,” kata Ki Joko Tingkir. “Bukan hanya soal kekuatan prajurit, tapi juga kekuatan sihir dari Benua Barat yang sulit diukur.&rdquo
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 72: Provokasi Persiapan Perang

Pasukan Benua Barat yang dipimpin oleh Komandan Arya Wisesa dikenal dengan nama Bala Petir Dirgantara, sebuah divisi elite yang terdiri dari ribuan penyihir dan prajurit dengan kemampuan mengendalikan kekuatan alam, khususnya angin dan petir. Bala Petir Dirgantara dibagi menjadi beberapa bagian penting, masing-masing memiliki tugas khusus di medan pertempuran.Legiun Petir Langit: Pasukan inti yang dikuasai oleh penyihir tingkat tinggi seperti Pendekar Langit. Mereka bertugas menciptakan badai dan petir untuk mengacaukan formasi musuh dan menghancurkan pertahanan mereka dari kejauhan.Pengendara Bayu: Bagian dari pasukan yang menggunakan angin untuk mempercepat gerakan pasukan dan mengirim serangan jarak jauh. Mereka bergerak cepat, sulit untuk dihadang, dan bertugas sebagai pasukan serangan kejutan.Penjaga Jagat B
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 73: Rapat Perang Penentuan

Di dalam tenda besar yang berfungsi sebagai ruang komando utama Pasukan Kerajaan Langit Timur, suasana penuh dengan ketegangan. Para jenderal dan kapten pasukan duduk melingkar di sekitar meja besar yang penuh dengan peta medan pertempuran. Cahaya obor menerangi ruangan itu dengan temaram, memantulkan bayangan bayangan gelap di wajah-wajah para pemimpin perang yang ada di sana. Suara gumaman dan diskusi terdengar, tapi begitu Gema memasuki tenda, semua mata langsung tertuju padanya.Di sebelah Gema, berdiri tegap Ki Joko Tingkir, yang dengan tangan di belakang punggungnya memberi tatapan tajam pada setiap orang di ruangan itu. Tak jauh dari situ, Jaka Tandingan juga berdiri, tangannya bersedekap, pandangannya tegas namun waspada."Semua sudah hadir?" tanya Gema dengan nada serius, matanya menyapu seluruh ruangan.
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 74: Rencana Licik Bala Petir Dirgantara

Di markas besar Bala Petir Dirgantara, suasana tampak tenang namun penuh ketegangan yang mengintai. Komandan Arya Wisesa berdiri di tengah tenda komando, di hadapannya ada Panglima Senopati Bima dan Penyihir Srikandi, bersama beberapa komandan lainnya yang setia. Awan-awan gelap menggulung di atas tenda, seolah mencerminkan aura mencekam yang melingkupi pertemuan para pemimpin perang Benua Barat ini."Semua sudah siap, Komandan?" tanya Panglima Bima, tangannya menggenggam erat Kapak Bumi Raksasa miliknya. Matanya menatap tajam ke peta besar yang terbentang di meja.Arya Wisesa mengangguk perlahan. "Semua siap. Kita akan memulai serangan tepat di waktu yang telah ditentukan."Di sisi lain meja, Penyihir Srikandi menyeringai tipis, wajahnya tersembunyi di balik tudung hit
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 75: Persiapan Serangan Dini Hari

Di dalam tenda komando Kerajaan Langit Timur, suasana begitu tegang dan penuh persiapan. Ki Joko Tingkir berdiri di hadapan para jenderal, kapten, dan pemimpin utama yang berkumpul untuk menerima instruksi. Wajahnya penuh ketegasan, setiap gerakan tangannya menunjukkan penguasaan yang luar biasa atas medan perang. Di sampingnya, Gema, Jaka Tandingan, dan beberapa jenderal lain menatap dengan fokus, menanti perintah-perintah penting yang akan menentukan hidup dan mati mereka di medan pertempuran.“Serangan ini tidak bisa ditunda lagi. Kita harus bertindak di saat yang paling tidak mereka duga,” Ki Joko Tingkir membuka pertemuan, suaranya mantap dan tenang. “Pasukan Benua Barat mungkin merasa kuat dengan sihir dan kekuatan mereka, tapi kita memiliki keunggulan tersendiri—kita tahu medan ini. Dan kita akan memanfaatkan itu.”
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 76: Hari Pertama Peperangan

Dini hari belum sepenuhnya berakhir ketika tanda pertama dari peperangan terdengar. Langit masih gelap, dan embun pagi masih menggantung di daun-daun, ketika Pasukan Kerajaan Langit Timur memulai gerakannya. Mereka bergerak seperti bayangan di antara pepohonan, memanfaatkan kegelapan untuk mendekati posisi musuh tanpa terdeteksi. Tidak ada suara yang terdengar, kecuali langkah-langkah pelan pasukan yang berbaris.Gema berdiri di depan pasukannya, memimpin 1.000 prajurit yang siap menyerang. Di sampingnya, Jaka Tandingan dengan tegas memegang senjata di tangan, pandangan tajamnya mengawasi setiap gerakan. Mereka tahu, ini adalah momen yang menentukan—hari pertama dari peperangan besar yang akan menentukan nasib Nusantara.Di kejauhan, terdengar suara siulan halus yang menandakan posisi musuh. Ki Joko Tingkir memberikan sinyal kepada Gema dan pasukannya unt
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 77: Pertarungan Mengguncang Langit

Medan perang menjadi tempat di mana kilatan cahaya dan teriakan perang bercampur aduk. Serangan demi serangan dilepaskan oleh kedua belah pihak, menggetarkan tanah dan langit di sekitar mereka. Di tengah hiruk-pikuk pertempuran itu, Gema, Jaka, dan pasukan Kerajaan Langit Timur terus bertahan melawan kekuatan sihir mematikan dari Benua Barat.“Seni Petir Bumi!” Gema berteriak dengan lantang, sambil mengayunkan Tombak Bumi Nusantara ke depan.Tanah di bawah kakinya bergetar, retakan besar terbentuk seketika saat energi tanah bercampur petir mengalir dari tombaknya. Getaran tersebut merambat dengan cepat, seperti gelombang yang bergerak liar, menghantam pasukan musuh yang ada di depannya. Tanah di bawah mereka hancur dan terbelah, menciptakan ledakan yang melontarkan prajurit Benua Barat ke udara.“U
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 78: Pertarungan Seimbang Dua Pemimpin

Langit yang semula cerah kini ditutupi oleh awan gelap yang bergemuruh, seperti menggambarkan amarah yang bergelora dari dua pendekar tangguh yang bertarung di tengah medan pertempuran. Ki Joko Tingkir dan Komandan Arya Wisesa berdiri saling berhadapan, mata mereka tajam saling menilai kekuatan lawan. Di antara mereka, tanah bergetar oleh energi kuat yang terpancar dari tubuh masing-masing, siap untuk menghancurkan siapa pun yang berani mendekat.Arya Wisesa, dengan Pedang Petir Langit di tangannya, mengangkat senjatanya ke langit. "Kau pikir bisa menantang langit, Joko Tingkir? Aku adalah penguasa badai dan petir!"Dengan satu tebasan cepat, Arya mengeluarkan teknik khasnya. "Pilar Petir Wisesa!" teriaknya dengan lantang.Dari langit yang gelap, petir besar turun seper
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 79: Serbuan Sang Penguasa Jagat

Medan perang terasa sunyi sesaat sebelum badai kehancuran datang. Di garis depan pasukan Benua Barat, Panglima Senopati Bima berdiri tegak, tubuhnya besar dan penuh otot mengintimidasi semua orang di sekitarnya. Dengan Kapak Bumi Raksasa yang terukir dalam tangan kuatnya, dia menatap ribuan prajurit dari Kerajaan Langit Timur yang telah bersiap melawannya. Bima, sang Penguasa Jagat, terkenal dengan kekuatan luar biasa dan kemampuannya memanipulasi tanah dan batu.“Hari ini, bumi Nusantara akan menjadi saksi kejatuhan kalian!” teriak Bima dengan suara menggema, memecah keheningan. Dengan satu gerakan cepat, dia mengangkat kapaknya tinggi-tinggi."Gempa Bumi Bima!" teriaknya.Bumi di bawah kaki Bima mulai bergetar. Getaran kecil itu perlahan membesar menjadi g
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 80: Duel Tanpa Henti

Jaka Tandingan berdiri tegap di tengah kekacauan itu, menatap tajam ke arah Panglima Senopati Bima yang terus menerus menciptakan gempa dan kerusakan besar dengan Kapak Bumi Raksasa-nya. Setiap ayunan kapak Bima menciptakan retakan besar di tanah, menghancurkan formasi pasukan Kerajaan Langit Timur dan membuatnya terlihat seperti raksasa yang tak terhentikan.Gema berdiri di dekat Jaka, siap membantu, namun Jaka menahan lengannya. "Tidak, Gema. Medan utama membutuhkanmu. Kau adalah jenderal di sini. Aku yang akan menghadapi Senopati Bima. Ini tugasku."Gema tertegun sejenak, matanya menunjukkan kekhawatiran yang dalam. "Tapi dia sangat kuat, Kak Jaka. Kita harus bersama-sama untuk bisa melawannya!"Jaka tersenyum tipis, "Aku pernah menghadapi musuh sekuat dia sebelumnya. Lagipula, aku memiliki teknik yang akan membu
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status