All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 81 - Chapter 90

150 Chapters

Bab 81: Chaos di Tengah Medan

Di bawah langit yang suram, bunyi dentingan pedang dan sorak-seruan perang memecah suasana. Peperangan telah mencapai puncaknya, dan di tengah medan, ribuan prajurit dari kedua belah pihak saling menyerbu dengan penuh semangat dan keputusasaan. Setiap sudut medan perang diwarnai darah dan jeritan—pemandangan yang mengerikan, namun penuh dengan ketegangan.Di sisi pasukan Kerajaan Langit Timur, seorang prajurit bernama Suta berjuang keras melawan gelombang serangan musuh. Napasnya tersengal, tapi dia terus maju, pedang di tangannya terangkat tinggi, siap memotong siapa saja yang menghalangi jalannya."Untuk Nusantara!" teriaknya dengan lantang, sembari menebas salah satu prajurit Benua Barat yang menyerangnya. Tebasannya mengenai bahu musuh, memotong baju besinya dan meninggalkan luka menganga yang dalam. Darah mengucur deras dari luka itu, membuat prajurit Benua Barat terhuyung ke tanah.Namun sebelum Suta bisa merayakan kemenangannya, seorang musuh lain s
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 82: Pertarungan Dua Dunia

Langit di atas medan perang menjadi gelap, bukan hanya karena awan mendung, tetapi juga karena kekuatan sihir gelap yang dipancarkan oleh Penyihir Srikandi. Aura hitam pekat menyelimuti sekitarnya, membuat prajurit-prajurit dari Kerajaan Langit Timur merasakan ketakutan yang mendalam. Di tengah kekacauan itu, Gema, Jenderal Adiwirya, dan Jenderal Haryo Sudiro berdiri tegak, bersiap menghadapi ancaman yang ada di depan mereka."Kita harus menghentikannya sekarang, sebelum dia menghancurkan lebih banyak pasukan kita," kata Jenderal Adiwirya dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah Srikandi yang berada di kejauhan.Jenderal Haryo Sudiro mengangguk, wajah tuanya menunjukkan kebijaksanaan dan ketenangan. "Aku akan menyiapkan formasi perlindungan. Gema, kau dan Adiwirya serang dia dengan segala yang kalian punya. Jangan beri dia kesempatan untuk mengumpulkan lebih banyak energi gelap."Gema mengepalkan Tombak Bumi Nusantara dengan erat. "Baik, Jenderal. Kita h
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 83: Pengakuan di Balik Kekalahan

Asap dan debu perang menyelimuti medan yang penuh dengan luka dan darah. Di sisi timur, Pasukan Kerajaan Langit Timur berdiri tegap, meski dengan kelelahan jelas terlihat di wajah mereka. Namun, kemenangan pertama mereka tidak bisa disangkal—Penyihir Srikandi, ancaman terbesar yang menghantui hari ini, telah berhasil mereka tundukkan.Di sisi lain medan pertempuran, Komandan Arya Wisesa berdiri mematung di atas bukit kecil yang menghadap pertempuran. Matanya berkilat, amarah berusaha dia redam saat dia merasakan hilangnya kehadiran dari Penyihir Srikandi. Sosok penyihir itu sangat kuat, dan dia adalah salah satu kunci keberhasilan strategi mereka hari ini."Penyihir Srikandi... telah jatuh," gumamnya dengan suara rendah. Di tangannya, Pedang Petir Langit masih mengeluarkan kilatan listrik yang lemah, namun dia tak lagi punya niat untuk melanjutkan serangan.Di sampingnya, Panglima Senopati Bima, dengan tubuh tegap dan berotot, memukul tanah dengan Kapak Bu
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 84: Jaring Pengkhianatan

Di dalam benteng terakhir Bala Petir Dirgantara yang terletak di perbatasan Benua Barat, Komandan Arya Wisesa dan Panglima Senopati Bima berkumpul di ruang strategi mereka yang besar dan gelap. Malam itu udara terasa semakin berat, penuh dengan perencanaan kelam dan licik.Arya duduk dengan wajah serius di depan peta besar yang menggambarkan seluruh wilayah Nusantara. Di tangannya tergenggam sebuah pena emas, menandakan dia sedang menulis sesuatu yang rahasia. Senyap, dia menyelesaikan kata-katanya, lalu melipat surat itu dengan hati-hati."Kita tidak akan membiarkan mereka terus menang, Bima," gumam Arya, suaranya dalam dan tegas.Bima, dengan tubuh kekar dan wajah penuh kemarahan yang terselubung, berdiri di sampingnya, kapak raksasanya tertancap di tanah. "Apa rencanamu kali ini, Arya? Kita sudah mundur, dan aku tidak suka merasa seperti pengecut."Arya menatap Bima dengan tenang. "Ini bukan soal mundur, melainkan soal bermain lebih cerdik. Kau tahu se
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 85: Euforia Kemenangan

Di dalam markas utama Pasukan Kerajaan Langit Timur, malam semakin larut, namun suasana di sana jauh dari sunyi. Ruangan besar itu dipenuhi dengan sorak-sorai kemenangan. Para jenderal, kapten, dan prajurit bersuka cita setelah kemenangan besar di hari pertama pertempuran melawan Bala Petir Dirgantara dari Benua Barat.Di tengah-tengah ruangan, Ki Joko Tingkir duduk dengan tenang, menyesap teh sambil memperhatikan suasana. Meski ia terlihat tenang, ada senyum tipis di wajahnya. Dia tahu betul bahwa kemenangan hari ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Namun, di dalam pikirannya, ia tetap waspada. "Perang belum selesai," pikirnya dalam diam.Di sudut lain, Jaka Tandingan menepuk bahu prajurit yang melintas. Wajahnya penuh kegembiraan dan kebanggaan, terutama ketika melihat adiknya, Gema, yang berdiri di antara mereka semua.“Kak Jaka! Kita berhasil!” seru Gema dengan mata berbinar, wajahnya memancarkan kegembiraan setelah berhasil melewati u
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 86: Pengkhianatan di Tengah Kesiapan

Langit malam semakin pekat di atas perkemahan Pasukan Kerajaan Langit Timur. Bintang-bintang bersinar redup, seolah menyaksikan keheningan yang bersemayam di tengah euforia kemenangan. Di tengah kegembiraan itu, sebuah pengkhianatan mulai menggerogoti dari dalam.Di sudut perkemahan, Patih Kartanegara, salah satu pemimpin tertinggi di pasukan kerajaan, berdiri tegak, memandangi persiapan perang untuk hari kedua. Wajahnya tampak serius, namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik ketegasan itu—sesuatu yang gelap dan licik. Dia adalah orang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam memanipulasi tanah dan logam, dan dikenal sebagai sosok tangguh dan tak tertembus. Namun malam ini, tangannya yang kuat justru digunakan untuk menghancurkan apa yang seharusnya dia lindungi."Perisai logam ini... terbuat dari bahan berkualitas, tapi sayang sekali, esok hari kekuatannya tidak akan sekuat biasanya," gumamnya pelan sambil menatap beberapa peralatan perang yang disiapkan oleh
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 87: Awal Pertarungan Hari Kedua

Suasana tegang sudah terasa bahkan sebelum cahaya fajar sepenuhnya menyinari perkemahan Pasukan Kerajaan Langit Timur. Prajurit-prajurit bersiap dengan peralatan perang mereka, sementara para jenderal berdiri di barisan depan, menatap tajam ke arah medan pertempuran yang terbentang di hadapan mereka. Hari kedua perang akan segera dimulai.Gema, yang kini sudah berusia sebelas tahun dan membawa beban berat sebagai jenderal muda, berdiri di sisi Ki Joko Tingkir dan Jaka Tandingan. Mereka semua tahu bahwa hari ini akan lebih sulit dari kemarin. Semangat kemenangan hari pertama masih terasa, namun ada sesuatu yang aneh, seolah-olah udara penuh dengan ketidakpastian.“Kak Jaka, ada yang aneh dengan peralatan kita...” Gema berbisik pelan, sambil menyentuh pedangnya.Jaka mengangguk, namun sebelum sempat berbicara lebih lanjut, terdengar derap langkah dari arah utara. Pasukan dari Benua Barat mulai bergerak, diiringi suara-suara gemuruh yang memekakkan teli
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 88: Kepemimpinan Gema Memukau

Ketika pasukan Kerajaan Langit Timur menarik diri dengan susah payah, suasana di medan perang menjadi semakin mencekam. Awan hitam dari sihir Komandan Arya Wisesa menggantung di langit, dan pasukan Benua Barat menekan dengan kuat. Namun, di tengah kekacauan ini, Gema tetap tenang. Matanya yang masih muda tapi penuh determinasi berkilat, menandakan bahwa dia tidak akan menyerah dengan mudah.“Jangan panik! Kita mundur secara tertib! Bentuk formasi baru di bukit!” Gema memerintahkan dengan tegas, suaranya menggema di seluruh medan.Meskipun baru berusia sebelas tahun, Gema menunjukkan karisma yang membuat prajurit-prajurit di sekelilingnya menuruti tanpa ragu. Ki Joko Tingkir dan Jaka Tandingan yang biasanya lebih berpengalaman dalam strategi perang, mengamati Gema dengan kekaguman. Meskipun situasinya kritis, bocah ini mampu berpikir jernih di tengah tekanan."Kak Jaka, bantu pimpin barisan belakang. Jangan biarkan mereka terlalu dekat!" seru Gema den
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 89: Kecurigaan Jaka Tandingan

Saat pertarungan berlangsung dengan sengit di medan pertempuran, Jaka Tandingan, yang seharusnya fokus menghadapi musuh di depan, mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia memperhatikan pergerakan pasukan mereka yang aneh, terutama Patih Kartanegara, yang selalu berada di sisi belakang dan tidak terlalu aktif dalam pertempuran. Setiap kali pasukan musuh mendekat, Patih itu tampak hanya memberikan perintah, tanpa berkontribusi langsung dalam menghadapi musuh.Jaka melihat dengan seksama. “Ada yang tidak beres,” gumamnya dalam hati. Dia tahu Patih Kartanegara adalah salah satu pemimpin yang seharusnya berada di garis depan, mendukung pasukan. Tapi kenyataannya, Patih itu malah sering terlihat mundur sedikit demi sedikit, bahkan memberikan perintah yang tampaknya kontradiktif dengan strategi yang telah mereka sepakati sebelumnya.“Kak Jaka!” Suara Gema yang tengah sibuk bertarung memecah pikirannya. “Pasukan kita mulai goyah di sisi k
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 90: Jebakan Terhadap Patih Kartanegara

Ketegangan terus membayangi pikiran Jaka dan Gema. Mereka tahu, jika dugaan mereka benar, maka Patih Kartanegara adalah ancaman besar dari dalam. Pasukan musuh bisa saja memanfaatkan sabotase itu untuk melemahkan kekuatan Kerajaan Langit Timur dari dalam.“Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi, Kak Jaka,” ujar Gema sambil mengepalkan tangannya. “Jika dia terus berada di sini, dia akan menghancurkan kita dari dalam.”Jaka mengangguk. “Aku tahu, Gema. Kita harus membuatnya menunjukkan warna aslinya. Jika kita langsung menuduh tanpa bukti, kita bisa menimbulkan kegaduhan besar di dalam pasukan. Kita butuh rencana yang tepat.”Gema berpikir sejenak, wajahnya serius. “Apa yang harus kita lakukan, Kak? Bagaimana kita bisa memastikan kalau Patih Kartanegara adalah pengkhianat?”Jaka tersenyum tipis, penuh keyakinan. “Kita akan memancingnya, Gema. Kita buat dia menunjukkan alibi dan kelemahannya. Jika d
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status