All Chapters of Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir: Chapter 91 - Chapter 100

140 Chapters

91. Rindu yang Tak Terbendung

"Papi serius?" Gyan menatap Daniel tak percaya. Pasalnya saat ini papinya itu sedang menunjukan potret perempuan yang katanya akan menjadi istri Bumi. "Kali ini papi serius. Bahkan papi sudah bertemu dengan keluarga mereka. Papi akan pastikan perjodohan kali ini tidak akan gagal seperti sebelumnya." Daniel mengembangkan senyum. Dia sangat yakin pilihannya kali ini tepat. "Tapi, Pi. Gimana dengan Ola?" Pertanyaan Gyan berhasil menyurutkan senyum Daniel. "Ola? Papi lebih setuju kalau dia sama Galen. Mereka sahabat dekat, akan lebih mudah papi rasa." Di tempatnya Gyan menganga tak menyangka. Ini mengingatkan dirinya dulu. Papi juga gencar mencarikannya jodoh, meski akhirnya pilihan papi salah. "Papi yakin kali ini nggak akan salah? Papi ingat kan kasus Amanda dulu?" "Kali ini papi yakin. Felisia tidak seperti Amanda. Orang tuanya mendidiknya begitu ketat. Mereka sangat menjunjung adat dan tradisi. Bumi akan cocok bersanding dengannya. Papi sudah merelakan kamu menikahi wanita dar
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

92. Bertemu Priyo Gunadi

Bumi menghela napas saat baru menyelesaikan panggilannya dengan Daniel. Ayah asuhnya itu meminta dirinya untuk pulang ke Jakarta. Entah apa lagi yang diinginkan Daniel padanya. Enam bulan terjebak di kota yang tidak terlalu padat penduduk membuatnya bisa menenangkan diri. Setidaknya di tengah masalah yang Daniel berikan, di sini dia masih bisa menghirupp udara segar. Bukan apartemen atau rumah mewah yang Bumi tinggali selama enam bulan terakhir, melainkan rumah petak yang posisinya sedikit melipir ke pinggir kota. Tempatnya tidak mewah, tapi lumayan bersih. Dan yang terpenting masih ada sinyal internet untuk mengakses semua pekerjaannya. Hari ini dia berencana bertemu dengan seseorang. Seseorang yang Bumi abaikan lantaran dia merasa tidak perlu lagi tahu lebih jauh tentang keluarganya. Beberapa hari lalu pria bernama Priyo Gunadi menghubunginya. Bumi tebak, orang itu mendapatkan nomor barunya dari Bu Tina. Dan siapa sangka dia akan sampai di momen ini. Bertemu orang yang mungkin aka
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

93. Kejutan

"Saya tidak memiliki anak laki-laki. Sementara kakekmu sangat menginginkan cucu laki-laki sebagai penerusnya. Saya harap, kamu mau berkunjung ke Surabaya untuk bertemu dengan kakekmu. Beliau sangat terpukul dengan kepergian ibumu, Bumi. Selama ibumu sakit, beliaulah yang selalu menjaganya siang malam. Sampai detik ini beliau masih saja hidup dalam penyesalan."Kata-kata Priyo Gunadi di restoran satu jam lalu masih terngiang di benak Bumi. Dalam perjalanannya kembali pulang ke rumah, dia terus memikirkan permintaan pria itu yang menginginkan dirinya datang ke Surabaya. Namun Bumi belum memberi jawaban pasti. Sejujurnya, dia juga ingin mengenal keluarga ibunya itu. Tapi sekarang-sekarang ini sepertinya bukan waktu yang tepat. Bumi memarkirkan mobil di sebidang tanah yang dekat dengan rumah petak sewaannya. Rumah yang dia sewa tidak memiliki carport, sehingga pemilik rumah menyediakan sebidang tanah sebagai fasilitas tambahan parkir mobil sederhana yang atapnya menggunakan asbes. Setel
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

94. Ssst....

Ola kembali berguling ke sisi kanan. Saat ini dirinya tengah berbaring di kasur milik Bumi yang menghampar di lantai. Tidak ada dipan atau sejenisnya yang mengalasi kasur itu. Yang Bumi pakai ini sejenis kasur busa lesehan yang bisa Ola perkirakan tingginya kurang dari sepuluh senti. Setelah diajak berkeliling wilayah sekitar plus lapor pada petugas setempat tentang Ola yang akan menginap di rumah sewaan itu, Ola langsung merebahkan diri di kasur busa ruang tengah. Sekedar informasi rumah petak ini disekat menjadi tiga bagian. Bagian pertama ruang tamu, bagian kedua ruang tidur yang saat ini Ola tempati, dan terakhir kamar mandi. Tapi dasar orang rajin. Tempat sesempit ini pun bisa disulap menjadi tempat yang nyaman oleh Bumi. Sehingga Ola merasa kerasan tiduran di sana. Ola menyahut rambut Bumi yang agak panjang. "Kak..." Bumi yang tengah memejamkan mata di sisinya hanya menggumam menanggapi. "Kamu kangen aku nggak sih?" tanya Ola sembari memainkan rambut legam Bumi, menyisirnya
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

95. Puncak Gairah

Bumi berbaring miring menghadap Ola yang tiduran dalam posisi tengkurap. Dia masih menikmati membelai lembut punggung halus Ola yang terpampang di hadapannya. Hampir semua bagian tubuh Ola, dia menyukainya dan entah sejak kapan menjadi candu setiap kali menyentuhnya. "Ola...," panggil Bumi dengan suara lirih. Panggilan itu membuat Ola membalik posisi kepala, menghadap ke sisi Bumi berbaring. Dan wajah kemerahan wanita itu bisa langsung Bumi tangkap. "Ya?" "Masih lemas?" tanya pria itu. "Udah enggak. Tapi di bawah sana rasanya masih geter-geter terus." Ucapan jujur Ola membuat tawa kecil Bumi seketika meluncur. Dengan gemas pria itu menunduk, dan menyasar bibir Ola, serta melumatnya. Masih dengan posisi tengkurap, tangan Ola terangkat, menekan tengkuk Bumi agar pria itu makin memperdalam ciuman. Saat ciuman keduanya makin panas, Ola memutar badan. Selimut yang menutupi tubuh bagian atasnya secara otomatis melorot. Dia mendorong Bumi, hingga dirinya sukses berada di atas pria itu.
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

96. Perkara Seksi

Waktu cuti yang terbatas membuat Ola harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin bersama Bumi. Ini definisi melepas rindu yang sesungguhnya. Nyaris tiap waktu wanita itu terus menempeli Bumi, seolah-olah takut berpisah lagi. "Aku disuruh papi pulang lagi," ucap Bumi saat dia dan Ola sedang bersantai di teras samping rumah. Ya, rumah kecil itu memiliki teras depan yang menyambung ke sisi samping. Di teras samping itu terdapat kolam ikan emas koi yang dirawat dengan baik oleh lelaki itu. Ola yang tengah scrolling reels media sosial sambil bersandar di bahu Bumi, kontan menjauhkan diri. Punggungnya menegak, dan keningnya berkerut dalam. "Sekarang papi mau apa lagi?" Bumi mengangkat bahu. "Aku nggak tau. Tugasku cuma mematuhi perintah papi.""Kak, ya ampun. Kapan sih kamu nggak patuh sama papi? Pas kuliah, di saat kamu ingin masuk jurusan mesin, papi nyuruh kamu masuk bisnis pun nurut.""Tapi setelah itu aku bisa kuliah mesin juga kan?" "Iya, tapi prosesnya kan ribet."Bumi tersenyum seol
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

97. Ikan Cakalang

"Aku jadi bingung mau ninggalin kamu di sini." Gyan menatap Ola dan Bumi berganti. Hari ini rencananya dia bakal balik ke Jakarta lagi karena ada urgensi yang menuntut kehadirannya. Namun saat melihat adegan panas di teras antara adiknya dan Bumi dia dilanda kebingungan. "Kenapa bingung? Mas Gyan kan emang udah ninggalin aku dari kemarin," sahut Ola dengan kening berkerut. Aneh, pake acara drama segala. Dia memutar bola mata.Kembali Gyan menatap mereka berdua. Lantas menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Kami nggak sampai sejauh itu," celetuk Bumi tiba-tiba. Seolah tahu apa yang ada di pikiran Gyan. Walaupun tahu persis gaya pacaran pria itu dulu, Bumi tidak menduga kalau Gyan akan sekhawatir itu. Mata biru Gyan berkedip beberapa kali saat menatap Bumi. "Serius kalian belum....terus kalian ngapain aja?" tanyanya malah terlihat penasaran. "Mas!" tegur Ola cepat, merasa tidak suka dengan kekepoan kakaknya. "Kita mau ngapain juga bukan urusan kamu, Mas." "Aku kan cuma mau ma
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

98. Jomblo Lagi

Sepanjang perjalanan menuju bandara, sejengkal pun Ora enggan berjauhan dari Bumi. Bahkan wanita itu meminta Bumi untuk tidak mengendarai mobil sendiri, agar dirinya bisa lebih leluasa bergelayut di lengan pria itu. "Kapan kamu ke Jakarta?" tanya Ola mendongak dengan pipi yang masih erat menempel di lengan atas Bumi. "Sebulan atau dua bulan lagi mungkin. Sampai urusan pekerjaan di sini selesai." Bibir Ola mencebik kecewa. "Lama banget. Apa aku di sini aja ya, sampe kamu balik ke Jakarta. Bisa WFA kan?" Mendengar itu Bumi terkekeh sambil menyentil dahi Ola. "Kamu mau dipecat dari divisi kamu? Kerjaan kamu nggak bisa dikerjain di mana aja. Divisi kamu menuntut fisik kamu ada di sana." Wanita yang saat ini menggerai rambut ombrean cokelat dan hitamnya itu mendesah. "Nggak seru," kesahnya makin mengeratkan pelukan pada lengan Bumi. Rasanya enggan berpisah lagi. Lima hari seperti terlewat begitu saja layaknya kedipan mata. "Aku masih nggak ngerti kenapa papi nggak setuju sama hubungan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

99. He's not my brother

Sejak memutuskan silent treatment, Ola menjadi jarang berinteraksi dengan Daniel. Setiap kali papinya ingin membangun obrolan, Ola langsung menghindar. Jujur dia rindu. Rindu bermanja dengan pria tua itu. Rindu dijajanin pakai kartu kredit papi. Namun demi restu yang harus dia dapat, Ola rela menjauh dari kebiasaan itu. Dan sekarang, manajernya baru saja mengatakan kalau dirinya dipanggil presdir di kantornya. Sebagai bawahan, bukan sebagai anak, Ola harus patuh. Bagaimana pun juga Daniel adalah atasannya, yang memegang kekuasaan tertinggi di perusahaan ini. Sebisa mungkin Ola akan bersikap formal menghadapi pria bermata biru itu nanti. Galen : Pulang jam berapa? Pesan dari Galen masuk saat Ola berada di lift. Sejak perusahaan keluarga Galen bekerjasama dengan perusahaan keluarganya, mereka menjadi makin dekat. Tidak jarang Galen menjemput Ola lalu berkumpul bersama Yara di coffee shop. Jari tangan Ola bergerak menekan layar ponsel dengan cepat. Memberi balasan singkat. Dan tidak
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

100. Praja Gunadi

Bumi tercenung di depan sebuah makam. Makam dengan batu nisan yang terukir tinta keperakan. Nama Riana Gunadi tertulis di sana lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal wafatnya. Cukup lama Bumi terdiam. Tangannya masih memeluk erat buket bunga dafodil putih yang bagian tengahnya berwarna kuning. Kata Praja Gunadi, kakeknya, semasa hidupnya Riana sangat menyukai bunga tersebut. Bunga yang mirip dengan sinar matahari. Ya, Bumi akhirnya memutuskan menemui kakeknya di Surabaya setelah Priyo Gunadi terus menghubunginya. Dan dia tidak mengira jika sambutan sang kakek ternyata akan sehangat itu. Praja Gunadi masih terlihat sehat meskipun selalu ada tongkat di tangannya. Rambutnya yang sudah memutih dipangkas rapi. Wajahnya bersih walaupun kulit tuanya sudah mengendur di sana-sini. Sampai detik ini pelukan pria tua itu masih saja terasa hangat di sanubari Bumi. Permintaan maaf sang kakek juga terus terngiang. Bumi bisa melihat wajah penyesalan Praja Gunadi. Bahkan air mata kakek itu sampai
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status