All Chapters of Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir: Chapter 81 - Chapter 90

136 Chapters

81. Aku Nggak Main-main

Mata Bumi memicing ketika melihat Ola dari dalam meeting room sebuah restoran. Jika bukan karena ruangan itu memiliki dinding kaca transparan, dia tidak akan menemukan gadis itu yang tampak ketawa-ketawi dengan seorang lelaki. Ya, Ola baru saja keluar dari salah satu kafe yang berada tepat di seberang restauran tempat Bumi melakukan lunch meeting dengan klien. Gadis itu tidak sendiri. Ada Galen di sebelahnya. Entah mereka bercerita apa, yang pasti wajah Ola tampak berbinar dan sesekali tertawa memperhatikan Galen yang tengah bicara. Refleks pemandangan itu membuat tangan Bumi mengepal. Fokusnya buyar seketika. Bahkan dia tidak merespons ketika Gyan memintanya untuk melanjutkan penjelasan produk kepada klien. Gyan sampai harus berdeham keras untuk mengembalikan kesadaran Bumi. Pria itu melotot saat Bumi terlihat kaget, dan sadar semua orang di sana sedang memperhatikannya. "Maaf, tadi sampai mana?" tanya Bumi mengembalikan ekspresi wajahnya yang sempat mengeras. Beruntung klien tid
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

82. Pria Berkualitas

"Kamu sangat tahu keseriusanku, Ola. Aku memang belum bilang ke papi, tapi itu nggak lantas membenarkan tindakan kamu jalan sama laki-laki lain!" "Kenapa nggak benar?" tantang Ola dengan nada sinis. "Toh nggak ada yang tau kalau kita pacaran." Ola mengangkat bahu, lalu beranjak duduk di satu-satunya sofa panjang yang ada di ruangan itu. Bumi menempati apartemen yang lumayan elite, tapi minim perabot di dalamnya. Terkesan kosong malah. Sama halnya ketika di Bandung dulu. Kalau bukan karena sentuhan tangan Ola, apartemen itu pasti tampak gersang. Persis seperti apartemen ini. Bumi memejamkan mata sembari menarik napas panjang. Mencoba meredam emosinya. Dia sangat tahu keinginan kekasihnya. Sebenarnya dia bukan tidak berusaha sama sekali. Beberapa kali dia mencoba bicara dengan Daniel. Hanya saja ketika kata-katanya sudah di ujung lidah, ada saja hal yang membuatnya harus menelan kembali kata-katanya. Seperti Minggu lalu ketika dia tidak menemukan Ola di rumah. Pria itu lantas terlib
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

83. Besar Nggak?

"Kalau bikin kamu sakit begini, kenapa dipaksain?" "Biar cantik.""Tanpa pake ini pun kamu udah cantik, Ola." Bumi kembali menekan ibu jarinya dari pergelangan kaki bagian belakang menyusur naik hingga ke pangkal betis mulus milik Ola. "Ya masa aku ngantor pake sneaker?" Ola memejamkan mata, menikmati rasa nyaman yang Bumi berikan dia area bagian kakinya yang pegal lantaran setiap harinya gadis itu menggunakan heels. "Why not? Sneaker bagus kok. Marketing nggak perlu terlalu kaku." Sesi terakhir, Bumi mengangkat dua kaki Ola dan menyilangkannya. Dia menekuk kaki itu dengan sedikit menekan hingga mengeluarkan bunyi 'krttk' pada persendian, membuat Ola seketika terpekik. "Agh!" Dua kali Bumi melakukakan gerakan itu sebelum mengakhiri kegiatannya memijat kaki Ola. "Done. Better?" tanya pria itu. Ola berbalik dari posisi tengkurap menjadi terlentang. "Enakan." Dua tangannya terulur, meminta Bumi mendekat. "Nggak ada laki-laki lain yang kamu peluk kayak gini kan?" tanya Bumi begitu
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

84. Foto

Ola mengempaskan diri ke ranjang big size di kamar Bumi. Setelah mandi air hangat matanya terasa berat. Terlebih perutnya sudah dikenyangkan spageti karbonara buatan Bumi. Rasanya tidur adalah pilihan terbaik berikutnya. Suara gemiricik air di kamar mandi masih terdengar ketika perlahan kelopak mata Ola mulai menutup. Masih tersisa beberapa jam lagi sebelum dia pulang ke rumah. Mungkin karena badannya yang terasa enak atau tempatnya yang terlampau nyaman, Ola dengan cepat bisa terlelap, tidak peduli dengan handuk yang masih membelit tubuhnya. "Ola, kam—" Bumi yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari menggosok rambutnya dengan handuk mengerjap melihat Ola tertidur di atas ranjangnya. Yang membuat kepalanya lantas menggeleng, gadis itu tertidur sebelum mengganti pakaian. "Anak ini..." Bumi terpaksa menarik selimut, menutupi tubuh Ola. Dia akan membiarkan gadis itu tidur sebelum mengantar pulang ke rumah. Satu jam berlalu belum ada tanda-tanda Ola terjaga dari tidurnya. Menggel
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

85. My Fault

"Tidak kusangka ternyata selama ini aku memelihara seekor ular." Suara berat itu langsung membuat Bumi jatuh berlutut. Wajahnya yang memerah menunduk dalam. "Pi—" Tenggorokannya terasa kering. Bahkan untuk menelan saliva saja dia kesulitan. "Bagaimana bisa kamu melakukan ini?!" Suara Daniel kembali menggelegar di seantero ruangan. Rahang tegasnya mengetat. Wajah berserinya merah padam. Dadanya seperti ingin meledak. Semua amarah seolah-olah berkumpul menguasai dirinya. Lebih dari itu yang paling menyesakkan adalah rasa kecewanya pada anak laki-laki yang sudah dia jaga selama ini dengan sepenuh hati malah menikamnya seperti ini. "Aku menyuruhmu menjaganya bukan merusaknya!" Bunyi telapak tangan yang beradu dengan kulit wajah terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya hingga membuat Gyan yang masih lemas terperanjat seketika. "Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku begini?!" Gyan terkesiap ketika Daniel merangsek maju dan menarik kerah jas yang Bumi kenakan. Hantaman keras ke
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

86. Berbeda

Apa ada yang masih melek? Ramaikan yak malam-malam hihi.============"Kamu tau nggak, Kak. Hari ini aku berhasil menarik perusahaan papanya Galen buat kerjasama dengan perusahaan kita," ujar Ola penuh semangat ketika dia baru mendaratkan bokongnya ke jok mobil Bumi. "Surya Cipta Mandiri?" Ola mengangguk agresif. "Ya, mereka ada program pengadaan rumah bagi karyawan tetap. Aku melobi mereka agar mau mengambil cluster di kita dengan beberapa penawaran yang menarik. Memang sih ada campur tangan Galen. Dia membantuku mengajukan proposal ke papanya." "Good, kamu memang memiliki abilitas itu." Bumi tersenyum tipis, sebelah tangannya mengusap kepala Ola pelan sebelum kembali fokus menyetir. Malam ini dia akan langsung membawa Ola pulang ke rumah alih-alih ke apartemen. Dari sikapnya, Ola sepertinya belum tahu apa yang terjadi pada dirinya beberapa hari lalu. "Loh kita nggak ke apartemen kamu?" tanya Ola ketika menyadari kendaraan yang mereka tumpangi tidak mengarah ke jalan menuju apart
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

87. Kenapa?

"Aku nggak ngerti deh kenapa tiba-tiba papi mau mutasi Kak Bumi ke Sulawesi." Ola menatap Daniel. Tidak ada clue sama sekali pada wajah sang papi. Ketika melirik Gyan pun sama saja. Sementara Delotta masih terus diam dengan pandangan kosong. "Ada yang bisa jelasin?" tanya Ola. Dia kembali melirik Gyan. "Mas, Kak Bumi kan aspri kamu, kenapa kamu diam aja asprinya mau mutasi?" "Bumi harus mutasi," ujar Daniel lagi dengan suara lebih tegas, seakan tidak ingin dibantah atau dipertanyakan lagi keputusannya. "Iya tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba gini? Ada masalah urgent apa di sana? Dan kenapa mesti Kak Bumi? Orang papi lainnya kan banyak." Ola masih tampak tidak terima dengan keputusan semena-mena papi. Mentang-mentang Bumi penurut, papi jadi bertindak seenaknya. Ola cukup kesal ketika tiba-tiba papi meminta Bumi jadi asisten Gyan di saat pria itu sedang nyaman-nyaman menghandle perusahaan di Bandung. Sekarang pun sama saja. Papi selalu sesuka hati kepada Bumi. "Papi nggak bisa gitu don
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

88. Not Giving Up

Bumi sedang mengepak baju-bajunya ketika Ola datang. Gadis itu tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar dengan napas terengah. Bukan hanya itu, wajah ayunya juga terlihat sembab. "Ola?" Gadis itu segera menghampiri Bumi dan menubruk lelaki itu. Memeluknya erat-erat, membuat Bumi agak terkesiap. "Kenapa kamu nggak bilang kalau papi udah tau semuanya?" tanya Ola menenggelamkan diri di pelukan pria itu. Sudah Bumi duga kedatangan Ola selarut ini pasti karena gadis itu sudah tahu semuanya. Bukan tanpa sebab Bumi tidak memberitahu Ola. Jika kekasihnya tahu reaksi Daniel tentang hubungan mereka, gadis itu pasti akan mengonfrontasi papinya. Bumi tidak mau Ola bertengkar atau ribut dengan Daniel karena dirinya. "Mas Gyan udah kasih tau semuanya," ucap Ola lagi. "Kak, kamu nggak harus pergi memenuhi perintah papi. Kita bakal hadapi ini sama-sama." Dia mengurai pelukan tanpa melepaskan diri. Tatapnya bergulir ke atas untuk melihat wajah Bumi. Pria itu tampak tenang, tapi raut sedihnya bisa O
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

89. Jade Pendant

Bu Tina terkejut ketika melihat Bumi datang ke panti dengan membawa dua kantong plastik besar. Anak-anak yang lebih dulu menyambut kedatangan pria itu dengan antusias. Setelah pekerja panti menggiring mereka, bersama dua kantong plastik besar itu ke balai, Bumi baru bisa bergerak menghampiri Bu Tina yang sudah menunggunya. Bumi dengan sopan menyalami wanita tua itu. Sebelum terbang ke Manado, dia memutuskan untuk bertemu Bu Tina sekaligus pamit. "Neng Ola nggak ikut?" tanya Bu Tina sembari mencari seseorang di balik punggung lelaki itu. "Nggak, Bu. Ola nggak ikut. Dia lagi sibuk." Meski diucapkan sambil tersenyum, Bu Tina tahu ada sesuatu yang tidak beres saat melihat wajah Bumi. Lagi pula, belum ada sebulan sejak kedatangan lelaki itu ke panti. Kemunculan Bumi yang tiba-tiba membuatnya jelas bertanya-tanya. "Kamu ada masalah di Jakarta, Nak?" tanya Bu Tina hati-hati. Namun Bumi menggeleng pelan dan kembali menarik sudut bibirnya. Sudah Bu Tina duga. Bumi bukan anak yang suka ber
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

90. Sikap Ola

Satu bulan berlalu dengan sangat lambat. Selama itu pula tidak ada yang mendengar tangis Ola tiap malam karena rindunya pada Bumi makin menyiksa. Bumi benar-benar memenuhi apa yang Daniel minta. Setelah malam panas itu, dia pergi meninggalkan Ola yang masih terlelap tanpa pamit lagi. Saat itu menyadari Bumi tidak ada lagi di sisinya, Ola menangis sejadi-jadinya. Dadanya terasa sesak hingga tak tahan dan meledak. Yang membuatnya makin tidak karuan, nomor ponsel Bumi pun mendadak tidak aktif lagi. Jika bukan karena janjinya pada lelaki itu, mungkin waktu itu Ola sudah mengamuk di depan papinya. Ola mendesah malas saat menemukan kedua orang tuanya di meja makan. Alih-alih ikut bergabung atau sekedar membalas sapaan selamat pagi mereka, gadis itu memilih beranjak ke dapur untuk mengambil tumbler yang dia simpan semalam di kulkas. "Ola, kamu nggak sarapan dulu?" tanya Delotta ketika Ola melewati meja mereka lagi. "Nggak," sahut Ola singkat tanpa melirik sedikit pun, lalu melenggang per
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status