Home / Horor / Desa Pulo Majeti / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Desa Pulo Majeti: Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

Wajah Tak Asing

“Maksud Ibu, Mawar suka sama Faiz?” Glen hampir tidak bisa mempercayai pendengarannya. Pasalnya Mawar itu terlihat seperti tipe perempuan yang tidak berperasaan. Atau mungkin, Glen dan Azriel terlalu cepat mengambil kesimpulan mengenai sikapnya.Bu Lastri mengangguk dengan lesu. “Iya, dari dulu Mawar sudah suka sama Faiz. Suka banget malah. Tapi Faiz sendiri sudah punya pacar, namanya Hanin.”“Kami juga cuma tahu tentang Hanin, Bu,” kata Azriel, dan yang lainnya mengangguk membenarkan.Ekspresi Bu Lastri terlihat semakin nestapa saat melanjutkan ceritanya, “Dulu keluarga Mawar terus ngedesak Faiz buat nikahin Mawar, tapi Faiz tetap nggak mau karena dia lebih milih Hanin. Terus nggak lama berselang, Hanin tiba-tiba mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Faiz benar-benar patah hati saat itu, dan akhirnya memilih untuk merantau dan menetap di Jakarta.”Bu Lastri menatap teman-teman putranya dan tersenyum sendu. “Padahal dulu Faiz katanya ingin menikah dengan Hanin, tapi apa dikata
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Orang Kepercayaan Pak Kades

“Tamu? Siapa?”Pria muda itu menggeleng. “Tidak tau, Pak Suro cuma nyuruh aku buat jemput kamu,” jelasnya.Mawar menghela napas kesal dan tidak punya pilihan jika perintah itu sudah datang dari ayahnya. Ia lantas menoleh pada Dinda. “Aku pulang duluan ya, thank’s udah bantuin aku bikin videonya. Kamu lanjut aja bikin video kalau mau, nanti aku liat hasilnya.”Dinda mengangguk dan melambaikan tangannya. “Iya, kamu pulang aja sana. Jangan sampai ayah kamu nunggu lama.”“Hm, iya.” Sekilas, Mawar menatap Azriel dan Glen yang terpaku di tempat sebelum bergegas mendekati pria muda tadi. Tetapi sebelum melangkah pergi, ia kembali menoleh pada Dinda. “Besok kamu datang ke rumahku, ya!”“Iya!” balas Dinda setengah berteriak.Mawar pun pergi bersama pria muda tadi, sementara Dinda mulai mengecek hasil videonya di kameranya.Karena penasaran, Glen tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya, “Dinda, tadi itu siapa? Pria yang ngajak Mawar pulang tadi?”“Oh, itu, dia itu orang kepercayaannya Pak Sur
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Rumah Pak Kades

Rania, Salsa, dan anak-anak lainnya dengan cepat mengenali kakek tua itu—Kakek Apung—meskipun dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya.“Kek,” sapa mereka bergantian.Kakek Apung tersenyum dan duduk di tepi batu besar yang menjorok ke sungai. “Kalian semua lagi nangkap ikan, ya?”"Iya, Kek, ini udah lumayan dapat banyak,” kata Rania, menunjuk ember di sampingnya.Kakek Apung mengangguk ringan, lantas berdiri di tempatnya. “Ya sudah, tapi kalau sudah sore baiknya segera pulang. Jangan tinggal sampai Magrib, ya.”“Baik, Kek,” sahut Rania, diikuti yang lainnya.Mereka lantas bergegas mengambil peralatan dan segala macam barang yang mereka bawa. Rania dan Adel membawa ember ikan, sementara Salsa yang tidak kuat membawa sesuatu yang berat memilih untuk membawa jaring dan sandal mereka yang basah.Kakek Apung terlihat sudah berjalan menjauh menyisiri sisi sungai dan Rania pun mengisyaratkan yang lainnya untuk pergi.Mereka berjalan sambil bergidik karena kedinginan, terlebih angin sore t
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Pocong Palsu

Glen membalikkan badannya secara spontan karena terkejut dan ternyata pemilik suara itu adalah Pak Kades.Glen buru-buru mengubah ekspresinya, tidak ingin Pak Kades sampai mencurigainya. Tatapannya sekarang begitu tajam terarah pada Glen.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Pak Kades mengulang pertanyaannya dengan suara ditekan.“Eh, Pak Kades,” kata Glen sambil cengengesan demi menghilangkan rasa gugupnya. “Anu Pak, saya mau ke toilet, kata Mawar toiletnya ada di sekitar sini,” kata Glen beralasan.Pak Kades menghela napas keras. Dari rautnya saja, jelas bahwa dia tidak suka melihat kehadiran Glen di sana. “Itu bukan tempatnya. Toiletnya ada di sana, tepat di samping tangga.” Pak Kades menunjuk pintu toilet yang sebelumnya sengaja Glen lewati.Glen kembali cengengesan. “Oh, di sana ternyata. Aduh, maaf ya Pak, saya salah arah. Maklum, ini pertama kalinya saya ke sini. Kebetulan tadi saya dan teman saya abis bantuin Dinda dan Mawar bikin video, Pak,” cerocos Glen panjang lebar.Pak Kades
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Mayat Menggantung di Pohon

“Nak Syifa, mau nggak temenin Ibu belanja ke warung Bu Laila? Kebetulan hari ini udah buka,” kata Bu Lastri dengan suara lembutnya.Syifa dengan senang hati mengangguk mendengar kata ‘warung’. “Tentu aja mau, Bu,” sahutnya. Jalan-jalan di desa di pagi hari adalah favoritnya, apalagi jika Bu Lastri yang meminta untuk ditemani.Bu Lastri tersenyum sumringah dan keduanya lantas berjalan keluar rumah. Hari ini Bu Lastri memiliki sedikit rejeki lebih, jadi ia ingin membelikan anak-anak di rumahnya jajanan khas desa mereka.Bu Laila yang sebelumnya tutup warung kini mulai menjajakan kuenya lagi. Bu Lastri sangat suka kue buatannya dan ia yakin teman-teman Faiz juga akan suka.Begitu tiba di sana, Syifa merasa takjub melihat banyaknya orang mengantri untuk membeli di warung Bu Laila, bahkan ada Bu Kades juga.“Iya, lho, katanya lebih enak kalau dimasak.”“Iya, tapi saya biasanya ditumis aja, Bu. Lebih gurih.”“Eh, saya juga, kalau bisa tambahin kecap biar lebih enak.”Syifa hanya tersenyum m
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more

Peringatan

‘Itu bukan kasus bunuh diri biasa’.Glen dan Azriel terduduk di bangku depan rumah Bu Lastri dengan wajah kuyu. Kejadian itu cukup mengguncang keduanya hingga mereka perlu waktu beberapa saat untuk mencerna apa yang terjadi.Pria itu jelas adalah pria yang mereka kejar semalam. Azriel masih ingat betul wajahnya dan ia seratus persen yakin.Hanya saja, apa yang terjadi padanya benar-benar mengejutkan.Seseorang membunuhnya. Dia tidak gantung diri. Azriel menduga ini ada hubungannya dengan bagaimana pria itu ketahuan dan mungkin sengaja dibunuh untuk menghilangkan jejak.Benar-benar tragis.“Warga bilang pria itu bukan warga sini,” kata Glen dengan suara lelah. Wajahnya kusut butuh disetrika, ia masih merasa syok dengan kejadian tadi. “Warga bilang dia warga desa sebelah, umurnya 30-an tahun dan dia hidup sebatang kara selama ini. Dia juga kerja serabutan, pokoknya katanya nerima apa saja asal bisa menyambung hidup.”Azriel mengangguk mendengar penjelasan Glen dan menghela napas panjang
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Kedatangan Kyai Jafar

Syifa bergegas keluar mendengar jeritan ketakutan Salsa dan Rania yang membelah keheningan malam. Di belakangnya, menyusul Glen, Azriel, dan juga Bu Lastri yang terbangun karena terkejut.Terlihat Rania dan Salsa yang sudah terduduk di tanah, saling berpelukan dengan tubuh gemetar hebat. Kantong plastik yang hendak mereka buang tergeletak tak jauh dari posisi mereka berada.Syifa menghampiri keduanya dengan heran. “Sa, Salsa! Rania? Kalian kenapa?”Rania mengangkat kepalanya, air mata telah membanjiri pipinya, sementara Salsa terus menunduk dengan tubuh yang semakin gemetar.“Ada apa?” Bu Lastri yang baru datang bersama Glen dan Azriel pun ikut bertanya khawatir.“I-itu Bu ...,” kata Rania dengan suara bergetar hebat. Dia menunjuk ke arah pohon asam yang menjulang dan Bu Lastri bersama yang lainnya sontak mendongak.Dan benar saja, sosok putih dengan wajah yang terlihat hancur tampak melayang di atas sana. Mata merahnya yang terbuka lebar terus terarah pada mereka, terlihat seolah pen
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bantuan Kyai Jafar

Bu Lastri segera berdiri, begitu pula yang lainnya karena penasaran dengan ledakan tersebut. Bahkan Pak Kyai Jafar dan Agus mengekor di belakang dengan wajah penuh tanda tanya.Tetapi betapa herannya Bu Lastri ketika yang dia temukan hanya kondisi dapur yang sama seperti semula. Tidak ada apa pun yang terlihat mencurigakan atau setidaknya menjadi penyebab ledakan tadi.“Kok—” Bu Lastri mendekat dengan waspada. Ia menatap sekitar dapur dengan kening berkerut dalam. “Padahal tadi bunyinya keras banget 'kan ya? Tapi ini ... kenapa ...”“Bener, Bu,” jawab Sela cepat. “Tapi sekarang kayak nggak ada apa-apa.”Syifa dan yang lainnya saling menatap dengan bingung, padahal jelas-jelas mereka juga mendengar ledakan seperti ban motor yang meledak.Keheningan untuk sesaat menguasai dapur, sampai kemudian Pak Kyai berujar, “Bu Lastri, sepertinya di dapur ini ada yang menunggui. Kalau dari penglihatan saya, sepertinya sengaja di kirim untuk mengganggu orang rumah.”“Astaghfirullah.” Bu Lastri langs
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Mawar Kesurupan

Bu Lastri bergegas mengikuti Pak Sugi menuju rumah Pak Kades setelah mendengar berita Mawar yang kesurupan. Di belakangnya, Syifa, Rania, dan Salsa berjalan tergopoh-gopoh mengikuti.Semua warga tampaknya datang untuk melihat apa yang terjadi. Dari kejauhan, Syifa sudah bisa mendengar teriakan menggelegar seorang perempuan, yang mana terdengar penuh amarah dan sakit hati.“Itu suara Mawar?” tanya Syifa pada Salsa dan Rania. Ia belum pernah bertemu Mawar secara langsung, apalagi mendengar suaranya.“Kayaknya begitu,” kata Rania, mengedikkan bahunya. Mereka berjalan lebih cepat saat teriakan melengking itu semakin menjadi-jadi.Para satpam di rumah Pak Kades tidak terlihat berjaga di depan rumah, sementara para warga menerobos masuk begitu saja ke halaman rumah Pak Kades.“SIAPA DIA?! KATAKAN SIAPA DIA?! BERANI-BERANINYA MENGUSIK RUMAHKU!”Para warga tampak tercengang melihat Mawar yang mengamuk-ngamuk di tengah halaman. Bu Lastri, Syifa, Salsa, dan Rania pun ikut terkejut tatkala mengi
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Warga Mulai Curiga

“Pak Kyai salah! Pak Kades sudah bertindak dengan membantu para warga!”Di tengah keheningan, Rizky mendadak buka suara. Sekalipun dia jauh lebih muda dari Pak Kyai, Rizky sama sekali tidak menunjukkan rasa hormatnya. Ia tidak suka dengan Pak Kyai yang memojokkan Pak Kades.Rizky melanjutkan dengan suara sinis, “Pak Kades sudah membagikan bantuan sembako pada para warga yang kehilangan anggota keluarganya. Pak Kades juga sudah memberi peringatan agar warga tidak melanggar pantangan di desa ini. Kalau pun ada yang melanggar dan jadi korban, itu bukan lagi salahnya Pak Kades!”Para warga tampak tidak setuju dengan ucapan Rizky, sementara Pak Kades tersenyum senang.“Nah, Pak Kyai dengar sendiri 'kan apa kata asisten saya? Jadi Pak Kyai tidak perlu sok tahu untuk ikut campur dengan apa yang terjadi di sini,” kata Pak Kades dengan sombongnya.“Kenapa pula ada pantangan seperti itu Pak Kades?” tanya Pak Kyai, masih dengan suaranya yang tenang. Pak Kyai bahkan tidak terlihat tersinggung den
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status