Pov. EllianaKak Bian masuk ke dalam kamar rawat inapku setelah polisi beberapa menanyaiku tentang laporanku. Dia menjagaku setelah kusuruh Bi Ninis untuk pulang ke rumah mengambil baju ganti untukku. "Bagaimana kondisi kamu, El?" Suaranya terdengar lembut. Tatapan mata itu begitu teduh tak berubah sejak dulu. "Hancur Kak," jawabku lirih. Apalagi yang bisa kukatakan, kehilangan anak seperti kehilangan separuh jiwa ini.Kak Bian terdiam. Suasana hening tercipta di antara kami, kualihkan pandangan mataku ke arah jendela. Aku tahu mungkin dia bingung harus mengatakan apa untuk menghiburku. "Apa kamu mau kubelikan sesuatu untuk menenangkan hatimu, El?""Kopi. Aku ingin minum kopi latte," jawabku tanpa menoleh ke arahnya. Secangkir kopi hangat bisa meregangkan otot-otot saraf di tubuhku walau dari segi kesehatan dokter mungkin akan melarangnya. "Baiklah, kamu tunggu di sini sebentar!""Hmm."Langkah kakinya terdengar menjauh. Hanya beberapa menit aku kembali mendengar langkah kaki sep
Baca selengkapnya