Share

34. Sebuah pernyataan.

Hari-hari tenang dalam hidupku telah sirna. Di gantikan dengan kesepian bertemankan kerinduan. Duduk di teras atau ruang tamu menjadi kebiasaaanku akhir-akhir ini.

"Mbak, El. Ayo makan! Bibi lihat akhir-akhir ini Mbak jarang makan. Lihat badan Mbak makin lama makin kurus saja," ujar Bi Ninis membuyarkan lamunanku. Aku yang tengah bersandar di sofa hanya menoleh malas padanya.

"Nanti kalau lapar aku akan makan, Bi. Bibi makan saja duluan dan tak perlu khawatir," sahutku. Aku bukan anak kecil yang harus di ingatkan setiap saat.

"Tapi Mbak—"

Aku langsung melebarkan mataku pada Bi Ninis agar dia berhenti berbicara. Bi Ninis pamit ke dapur dengan perasaan sedih.

Kasihan melihat wanita paruh baya itu pergi dengan raut wajah seperti itu. Tapi jika tidak dibegitu kan, dia akan terus mengaturku. Sepertinya aku harus punyaa kesibukan baru agar tak tampak menyedihkan melamun seorang diri.

Suara mobil memasuki halaman rumah. Aku beranjak dan melihat dari pintu masuk. Kak Bian keluar dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status