Semua Bab Hanya Wanita Pengganti : Bab 161 - Bab 170

195 Bab

Bab 161. Kenyataan Pilu 

*Temui aku di atap gedung. Ada hal yang ingin aku beritahu tentangku dan Ka Mateo. Jika kau bukan pengecut datanglah sendiri tanpa ada pengawalmu. Aku dengar kakimu terluka tapi tidak parah, bukan? Kau bisa sendiri menghampiriku. Well, tunjukan jika memang darah Geovan mengalir di tubuhmu. Jika kau tidak berani menghampiriku sendiri maka itu saja kau seorang pengecut. -Leyna.*Tampak kerutan di kening Miracle kala membaca pesan masuk dari Leyna. Pancaran mata biru Miracle mulai manajam. Terlebih ketika kata “Pengecut” dilontarkan oleh Leyna. Sindiran sarkas membuat Miracle menjadi geram. Hingga didetik selanjutnya, ingatan Miracle berputar tentang pesan masuk dari Arsen. Sebuah pesan yang membuat Miracle memendung rasa ingin tahu. Sejak saat Mateo berpamitan, Miracle tetap berusaha untuk tenang. Miracle yakin Mateo tidak akan melakukan hal yang melukai hatinya. “Sebenarnya ada apa Mateo dan Leyna?” Miracle menatap dingin layar ponselnya. Mencoba menelisik apa yang sebenarnya terjadi
Baca selengkapnya

Bab 162. Panik 

“Aku sudah tidur dengan Mateo. Apa Mateo pernah mengatakannya padamu?”Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Miracle membeku mendengar apa yang dikatakan oleh Leyna. Tenggorokannya tercekat. Lidahnya begitu kelu. Berkali-kali Miracle meyakinkan bahwa apa yang didengarnya ini salah. Tapi tidak, yang didengarnya ini adalah nyata. Pengakuan Leyna begitu jelas di indra pendengaran Miracle. Bayangan pesan Arsen yang ditujukan oleh Mateo terus muncul dalam benak Miracle. Pancaran di mata biru Miracle terbendung amarah, benci, dan kepedihan yang melebur menjadi satu. Sesak. Rasanya Miracle tidak mampu lagi untuk berdiri. Perkataan Leyna membuat Miracle lemah. Air mata yang sudah ada di balik matanya, mati-matian Miracle tahan. Hanya ada satu yang Miracle yakinkan bahwa dirinya harus percaya pada Mateo meski kepercayaannya menimbulkan luka yang mendalam sekalipun. “Kau pasti berbohong! Itu tidak mungkin! Kau adalah sepupu suamiku! Jika Mateo mendengar apa yang kau ucapkan dia akan mar
Baca selengkapnya

Bab 163. Tandatangani Surat Cerai Itu!

Leyna tersenyum sinis. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Miracle dan berbisik tajam, “Tidak ada gunanya kau hidup, Miracle. Lebih baik kau mati bersama dengan anakmu itu. Biarkan Mateo menjadi milikku seutuhnya. Karena memang kau tidak pernah pantas bersanding dengan Mateo. Jika kau dan anak sialan yang kau kandung lenyap, maka Mateo akan menikah denganku. Tenang saja, nanti aku akan memberikan pemakaman yang terbaik untukmu, Miracle.” “Kau—” Miracle mengalihkan pandangannya ke bawah, melihat dirinya benar-benar berada di tepi gedung. Hanya dengan gerakan kecil saja Miracle sudah yakin, dirinya akan terjatuh ke bawah. Sesaat Miracle berusaha untuk tenang. Dengan tangan yang terikat seperti ini, Miracle tidak bisa meraih sesuatu untuk menjadi pegangannya. Tampak Miracle berusaha mencari-cari akal agar mengulur waktu. Meski sebenarnya, banyak pikiran buruk yang muncul dalam benaknya. Namun, Miracle harus siap dengan apa yang terjadi. “Apa kau takut, Miracle?” Leyna tersenyum menyin
Baca selengkapnya

Bab 164. Semua Telah Berakhir

“Berikan aku surat cerai itu. Aku akan menandatanganinya.” Miracle menatap nanar Mateo kala suaminya itu akan menandatangani surat cerai. Tubuh Miracle membeku. Kakinya begitu lemah tak sanggup untuk berdiri. Jika saja bukan karena Leyna yang masih menyandra dirinya, mungkin Miracle sudah terjatuh dari atap gedung. Mata Miracle sudah memanas. Mati-matian Miracle menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sesak. Pedih. Terluka. Melebur menjadi satu ke dalam relung hati Miracle. Sejak tadi, Mateo memilih untuk tidak melihat mata Miracle yang menatapnya penuh luka dan kekecewaan mendalam. Mateo tidak akan sanggup jika melihat mata Miracle. Mata yang selalu meneduhkan dan memancarkan kebahaian telah tergantikan dengan luka akibat dirinya. Hati Mateo bagaikan teriris dan tak sanggup. Tidak ada lagi jalan baginya, hanya ini satu-satunya jalan agar Leyna bisa melepaskan Miracle. Seringai di wajah Leyna terukir kala mendengar akhirnya Mateo menyetujui surat perceraian itu. Raut wajahnya tamp
Baca selengkapnya

Bab 165. Kau Hanya Akan Selalu Menjadi Milikku!

Mateo mondar mandir gelisah di depan ruang rawat Miracle. Saat ini Miracle tengah dalam pemeriksaan. Dokter melarangnya untuk masuk ke dalam selama proses pemeriksaaan berlangsung. Hal yang membuat Mateo kian panik adalah saat menuju ke rumah sakit, Miracle mengalami pendarahaan. Mateo mengumpat dalam hati. Apa yang dia lakukan tadi tentu saja membuat Miracle terkejut dan ketakutan. Dia begitu bengis melenyapkan semua orang. Amarah yang terbendung tidak mampu tertahan. Mengingat apa yang dilakukan Leyna pada sang istri mendorong Mateo untuk melakukan tindakan itu. Ceklek Suara pintu terbuka. Sang dokter berdiri di ambang pintu. Sontak Mateo langsung berjalan cepat menghampiri sang dokter. “Bagaimana keadaan istriku? Semuanya baik-baik saja, kan?” tanya Mateo dengan suara cemas dan panik. Pikirannya tak henti memikirkan keadaan Miracle. Terlebih saat di jalan menuju ke rumah sakit, istrinya mengalami pendarahan. “Tuan Mateo, istri dan kandungan istri anda baik-baik saja. Beruntung
Baca selengkapnya

Bab 166. Pergi dari Hadapanku!

“Dengarkan aku baik-baik, Miracle. Aku memang sudah menandatangani surat cerai itu. Tapi aku tidaklah bodoh. Semua keputusan yang aku ambil karena saat itu aku terpaksa agar Leyna tidak melakukan hal nekad. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan anak kita. Selain itu, jika kau memperhatikan tanda tanganku dengan jelas maka kau akan tahu aku telah memanipulasi tanda tanganku. Huruf depannya aku buat sama seperti tanda tangan asliku. Tapi bagian belakang, itu bukan tanda tanganku. Dan saat aku membawamu ke rumah sakit, aku sudah meminta anak buahku membakar surat cerai itu. Jangan pernah kau berpikir bisa pisah dariku, Miracle. Sampai kapan pun kau hanya milikku. Dengan atau tanpa persetujuan darimu, kau hanya akan tetap menjadi milikku!” Mata Miracle memanas mendengar apa yang dikatakan oleh Mateo. Bagai sebilah pisau yang tertancap di hatinya. Sesak. Perih. Terluka. Setelah apa yang dilakukan oleh Mateo, pria itu dengan mudah mengatakan hal itu padanya. Perlahan Miracle tak sangg
Baca selengkapnya

Bab 167. Wanita yang Sangat Cantik tapi Sangat Angkuh

Pelupuk mata Miracle bergerak. Perlahan dia mulai memijat pelipisnya. Sesaat kala mata Miracle terbuka, dia menatap dirinya berada di ruang rawat rumah sakit. Aroma ruangan lembut khusus rumah sakit menyeruak ke indra penciuman Miracle. Ingatan Miracle langsung berputar tentang kejadian kemarin. Kejadian di mana dirinya hampir terbunuh karena obsesi Leyna mendapatkan Mateo. Jika mengingat semuanya hati Miracle semakin sakit. Miracle mengembuskan napas kasar. Dia berusaha untuk lebih baik tidak mengingat-ingat hal yang melukai hatinya. Bukan artinya memaafkan hanya saja Miracle tidak ingin terjadi sesuatu pada kandungannya. Mengingat dokter terakhir mengatakan kandungannya lemah. “Selamat pagi, Nyonya Miracle.” Seorang perawat melangkah mendekat ke arah Miracle seraya membawakan nampan yang berisikan bubur. “Pagi,” jawab Miracle singkat dan raut wajah begitu dingin. Sebenarnya Miracle tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Namun, dia harus mengalahkan egonya demi kandungannya. “Nyony
Baca selengkapnya

Bab 168. Apa yang Kau Inginkan?

Sudah tiga hari Miracle berada di rumah sakit dan selama itu juga Miracle mendiamkan Mateo. Setiap kali Mateo berusaha mengajaknya bicara, Miracle memilih mengabaikannya. Bahkan ketika Mateo ingin menemani Miracle di ruang rawat, Miracle tetap tidak memedulikannya. Hingga detik ini Miracle belum bisa melupakan semuanya begitu saja. Hatinya begitu terluka dengan apa yang dilakukan oleh Mateo. Meskipun Miracle tahu Mateo tidak memiliki hubungan dengan Leyna tetap saja hati Miracle masih sangat terluka. Tidak ada wanita di dunia ini yang tidak terluka jika sang suami berkali-kali menutupi sesuatu. Miracle tengah duduk di sofa ruang rawatnya—dia melihat keluar jendela. Jujur saja Miracle sudah sangat jenuh berada di rumah sakit. Ingin rasanya Miracle segera keluar dari sini, akan tetapi itu tidaklah mungkin. Dia pun sudah lama berada di Indonesia. Keadaan yang seperti ini tidak mungkin bisa Miracle meninggalkan Indonesia. Kandungan lemah akan membuat Miracle sedikt lebih lama di Indones
Baca selengkapnya

Bab 169. Bukan Retak tapi Sudah Bercerai  

“Hi, Nona Miracle. Kita bertemu lagi.” Miracle mengerutkan keninya melihat dokter muda di hadapannya menyapa dirinya. Tampak Miracle berusaha mengingat wajah dokter tampan di hadapannya itu. Pasalnya wajah dokter itu sudah tidak asing lagi. Dia seperti pernah melihat dokter itu. Hingga saat ketika Miracle berusaha mengingat tiba-tiba dokter itu melangkah mendekat ke arahnya. “Matius. Dokter Matius. Kita pernah bertemu di taman belakang rumah sakit, Nona,” ujar Dokter Matius yang langsung memberitahu. Dia bisa melihat dari pancaran sepasang iris mata biru Miracle. Wanita itu tampak berusaha mengingat dirinya. Miracle mengembuskan napas panjang. Dia sudah mengingat dokter yang ada di hadapannya itu. “Dari mana kau tahu namaku? Aku bukan pasienmu, jadi bagaimana kau bisa tahu namaku?” tanyanya dengan nada dingin dan tak ramah. “Bukannya kau sendiri yang mengatakan padaku untuk mencari tahu namamu? Dan tentu sangat mudah bagiku mencari tahu data pasien yang dirawat di rumah sakit ini,
Baca selengkapnya

Bab 170. Pertengkaran 

Mateo mengembuskan napas kasar seraya melirik arlojinya sudah hampir satu jam Miracle masih tak kunjung kembali ke kamar. Dia ingin sekali menyusul sang istri, namun jika dia melakukan itu maka hanya akan memperkeruh suasana. Miracle masih marah padanya dan masih tak mau berbicara padanya. Mateo memejamkan mata sesaat, berusaha meredakan kekesalan dalam dirinya. Ingin rasanya Mateo bersika egois dan menarik paksa Miracle agar patuh padanya. Akan tetapi jika dia bersikap egois, itu hanya akan membuat Miracle semakin membenci dirinya. Sifat Miracle ini sangat wajar. Terlebih dengan semua yang dilakukannya tentu meninggalkan kekecewaan yang mendalam di hati istrinya itu. Saat Mateo tengah berusaha menenangkan kekesalan dalam dirinya, tatapan Mateo teralih pada seorang pengawal yang tadi dia minta untuk menjaga istrinya, melangkah mendekat ke arahnya. “Tuan…” Pengawal itu menundukkan kepalanya, menyapa Mateo dengan raut wajah yang sedikit ketakutan. “Kenapa kau di sini? Di mana istrik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status