Semua Bab Hanya Wanita Pengganti : Bab 151 - Bab 160

195 Bab

Bab 151. Bagiku Hanya Kau Wanita Tercantik

Miracle menatap gaun yang baru saja diantar oleh designer-nya. Hari ini adalah pernikahan Sean, kakaknya. Tentu Miracle menginginkan penampilan yang sempurna. Bahkan demi menjaga penampilannya, Miracle khusus memesan perhiasan berlian satu set yang cocok dengan gaun berwarna pastel miliknya itu.Sebenarnya Miracle memiliki banyak sekaali koleksi perhiasan. Karena sebelumnya Ibunya dan Ibu mertuanya selalu membelikannya. Namun, entah kenapa sejak hamil banyak yang berubah dari diri Miracle. Dulu Miracle lebih sering memakai celana pendek dan tube top.Tapi sekarang? Miracle selalu memakai dress-dress yang begitu feminim. Tidak hanya itu, tapi kehamilan membuat Miracle menjadi wanita yang kecanduan dalam berbelanja. Tidak tanggung-tanggung, Miracle bisa memesan barang yang sebenarnya tidak dia butuhkan. Dan beruntung Mateo, suaminya tidak pernah marah sedikit pun. Mateo begitu mencintai Miracle, hingga membuat wanita itu benar-benar diperilakukan sebagai seorang Ratu.Miracle melangkahk
Baca selengkapnya

Bab 152. Apa Miracle Sudah Tahu?

Matahari sudah tinggi. Sinarnya menembus sela-sela gorden, dan sedikit menyentuh wajah Miracle yang tengah memeriksakan list di tangannya. Besok Miracle akan berlibur ke Bali bersama dengan suami tercinta.Tentu Miracle harus memperhatikan apa saja yang nanti dibawa. Mengingat Bali, adalah kota yang sangat panas. Ditambah dengan banyaknya pantai di sana, tidak mungkin Miracle tidak berjemur di pantai.“Bikini sudah.”“Outwear pantai sudah.”“Topi sudah.”“Sepertinya sudah semua.” Miracle bergumam seraya memperhatikan seksama list di tangannya.Sudah lama Miracle tidak berlibur ke Bali. Terakhir dirinya ke Bali bersama dengan Selena dan Charlotte. Kini Miracle ke Bali bersama dengan pria yang telah menjadi suaminya. Waktu berjalan begitu cepat. Tidak pernah sedikit pun Miracle kira akan secepat ini.“Sayang, kau sedang apa?” Mateo melangkah masuk ke dalam kamar, menatap sang istri yang tengah memikirkan sesuatu.“Mateo?” Miracle mengukir senyumannya saat sang suami sudah duduk di sampi
Baca selengkapnya

Bab 153. Harus Menemuinya

Mirace mengetuk pelan dagunya dengan telunjuk. Tatapannya menatap koper-koper di hadapannya. Tampak berderet koper yang sudah disiapkan oleh pelayan. Hari ini Miracle dan Mateo akan berlibur ke Bali.Miracle harus memastikan list barang yang dibawa olehnya tidak ada satu pun yang tertinggal. Meski nanti dia bisa dengan mudahnya membeli barang-barang jika sampai ada yang tertinggal, tapi tetap saja Miracle akan menjadi kesal. Hamil memang sangat mempengaruhi mood Miracle.“Sepertinya sudah semua,” gumam Miracle pelan.Saat Miracle tengah memastikan barang-barang yang dibawanya, suara dering ponsel miliknya tak kunjung berhenti. Miracle mengambil ponselnya yang ada di atas meja, lalu menatap ke layar. Seketika senyum di bibir Miracle terukie melihat nomor Marsha, ibunya yang muncul di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Miracle menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Ya, Mom,” jawab Miracle saat panggilan terhubung.“Sayang, Mommy den
Baca selengkapnya

Bab 154. Welcome Bali

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, Indonesia. Pesawat yang membawa Miracle dan Mateo telah mendarat di Bandara Udara Internasional Ngurah Rai, Bali. Setelah perjalanan kurang dari dua jam, akhirnya mereka tiba di kota yang sering terkenal banyaknya turis asing berdatangan.Mateo dan Miracle turun pesawat, lalu melangkah keluar bandara, menuju mobil yang telah menjemput mereka. Sebelumnya Mateo tidak perlu mengatur sopir untuk menjemput. Karena William, ayah mertuanya telah menyiapkan semuanya.Meski sebenarnya Mateo tidak enak karena sang mertua turut menyiapkannya namun Mateo pun tidak bisa menolak. Mengingat sifat keras sang mertua yang tidak pernah menerima penolakan.Saat di lobby, Mateo dan Miracle sudah melihat sang sopir yang menjemput mereka. Mateo dan Miracle pun langsung mendekat pada sopir yang telah menjemput.“Selamat datang di Bali Tuan Mateo dan Nyonya Miracle,” sapa Wisnu, sang sopir.Miracle tersenyum. “Terima kasih.”“Tuan… Nyonya… Apa anda ingin ke hotel
Baca selengkapnya

Bab 155. Dia Leyna Cannosa

Miracle menatap bingung sosok wanita cantik berambut pirang melangkah mendekat ke arahnya. Tidak bukan ke arahnya. Lebih tepat itu wanita itu mendekat ke arah Mateo. Iris mata biru Miracle, mengamati seksama wanita itu. Dia mengingat dengan jelas kala wanita itu memanggil nama sang suami yang menandakan wanita itu mengenal suaminya. Namun, saat Miracle berusaha mengingat wanita itu, dia tetap tidak mengenalnya.“Ka, aku merindukanmu.” Wanita cantik itu langsung menghamburkan tubuhnya ke tubuh Mateo. Refleks Miracle terkejut kala wanita itu tiba-tiba memeluk sang suamu. Seketika raut wajah Miracle menjadi dingin. Kilat tatapan tak suka begitu terlihat jelas. Namun, Miracle berusaha mengendalikan dirinya di tempat umum seperti ini.“Leyna, kenapa kau bisa di sini?” Mateo melepaskan pelukan Leyna, dan menatap tajam sepupunya itu. “Jangan katakan padaku, kau sengaja datang ke sini,” desisnya penuh dengan peringatan.Sosok wanita cantik di hadapan Mateo adalah Leyna, sepupunya sendiri. Dan
Baca selengkapnya

Bab 156. Rencana Gagal

“Mateo, apa kau sibuk?” Miracle melangkah mendekat ke arah Mateo yang duduk di sofa seraya fokus pada iPad di tangannya.“Tidak, aku tidak sibuk.” Mateo meletakan iPad di tangannya ke atas meja. Kemudian dia menarik tangan Miracle, membawanya duduk di pangkuannya. Reflek Miracle mengaitkan tangannya ke leher Mateo. Merapatkan tubuhnya pada tubuh suaminya itu.“Hari ini kau jadi, kan menemnaiku pergi ke Tanah Lot?” pinta Miracle dengan bibir berkerut.“Bukankah aku berjanji akan selalu menamanimu?” Mateo menarik dagu Miracle, mencium dan melumat lembut bibir sang istri. “Lebih baik kita sarapan sekarang.”“Mateo tunggu—” Miracle semakin mengaitkan tangannya di leher sang suami, mencegah Mateo yang ingin beranjak berdiri.“Kenapa, sayang?” Mateo membawa tangannya mengelus lembut pipi Miracle.“Aku ingin kita sarapan di bawah saja. Aku bosan jika kita sarapan di kamar. Tidak apa-apa, kan?” pinta Miracle seraya menatap sang suami.Mateo mengembuskan napas panjang. “Miracle, aku tidak ingi
Baca selengkapnya

Bab 157. Tinggalkan Istrimu!

Mircle merentangkan kedua tangannya, menghirup udara seger di Tanah Lot. Kini dirinya dan Mateo telah tiba di Tanah Lot. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi turis selama di Bali ini bnear-benar cukup ramai pengunjung. Terutama jika saat waktu libur.Tentu saja pengunjung jauh lebih banyak.Hal yang membuat Miracle menyukai tempat ini adalah budaya Bali yang sangat kental. Bukan hanya Tanah Lot saja. Tapi banyak tempat lain yang menjunjung tinggi aka budaya Bali. Seperti contoh banyak sesajen yang warga Bali siapkan untuk sang Dewa, menurut kepercayaan mereka.Ini adalah salah satu nilai tinggi dari budaya Bali. Di Indonesia terkenal dengan banyaknya Budaya. Jawa, Medan, Bali dan sebagainya memiliki Budaya yang berbeda-beda. Mungkin ini juga alasan Miracle mencintai Indonesia. Marsha, Ibunya sendiri lahir dan besar di Jakarta. Kota pusat bisnis di Indonesia.Selama berjalan-jalan, Miracle selalu mengajak Mateo mencoba makanan di pinggir jalan. Awalnya Mateo menolak dan mengatakan ma
Baca selengkapnya

Bab 158. Tersiram Air Panas

Pelupuk mata Miracle bergerak. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu mengedarkan pandangannya. Seketika kening Miracle berkerut mendapati dirinya sudah berada di dalam kamar. Padahal terakhir Miracle mengingat jelas dirinya masih tertidur pulas di dalam mobil saat perjalanan dari Tanah Lot menuju hotel. Miracle menghela napas tentu saja dia tahu sang suami yang menggendongnya.Miracle menoleh ke samping dan hendak memanggil Mateo. Namun tiba-tiba raut wajah nya berubah ketika melihat tidak ada Mateo di sampingnya. Dia langsung mencari Mateo ke sekelilingnya. Tapi tetap dia tidak menemukan suaminya itu.“Mateo di mana?” gumam Miracle bingung.CeklekSuara pintu terbuka, membuat Miracle langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Wajah bingung dan penuh tanya Miracle begitu tampak di wajah cantiknya kala melihat Mateo melangkah masuk ke dalam kamar.“Mateo, kau dari mana?” tanya Miracle.“Kau sudah bangun?” Mateo mendekat. Lalu dia duduk di samping istrinya. “Ini masih malam
Baca selengkapnya

Bab 159. Ada Penyusup

“Bagaimana keadaan istriku dan bagaimana kandungannya?” Mateo bertanya cepat dengan nada cemas dan panik kala dokter baru saja selesai memeriksa keadaan Miracle.“Tuan Mateo, anda tidak perlu khawatir. Istri anda dan kandungannya baik-baik saja, Tuan. Luka di kaki istri anda perlahan akan menghilang. Beruntung anda segera membawanya ke rumah sakit. Dan untuk bekas lukanya nanti saya akan memberikan obat,” jawab sang Dokter menenangkan Mateo.“Apa istriku harus operasi agar bekas lukanya menghilang?” tanya Mateo lagi dengan nada yang masih cemas.Mateo mengingat jelas Miracle tidak pernah menyukai tubuhnya memiliki bekas luka meski hanya satu titik saja. Sejak hamil, Miracle begitu menjaga kulitnya. Mateo tidak ingin karena kejadian ini membuat Miracle harus stress memikirkan keadaan kulitnya yang masih belum pulih.“Tuan Mateo untuk operasi tidak dibutuhkan. Karena luka bakar di kaki istri anda tidaklah parah. Air panas yang tertumpah di kaki istri anda tidak dengan kematangan yang be
Baca selengkapnya

Bab 160. Menjalankan Rencana

“Mateo…”Miracle mengigau memanggil nama Mateo. Tubuhnya bergerak-gerak gelisah. Pelipisnya dipenuhi keringat. Mateo yang tertidur di samping Miracle langsung terbangun mendengar suara Miracle yang mengigau.“Sayang?” Mateo mengelus lembut pipi Miracle. Mengecupinya di sana. “Hey, aku di sini,” bisiknya lembut.Pelupuk mata Miracle bergerak. Perlahan Miracle mulai membuka matanya. Tepat di saat Miracle melihat Mateo berada di hadapannya dia langsung memeluk erat sang suami. Tadi pagi wanita itu sudah keluar dari rumah sakit. Dia tidak ingin berlama-lama tinggal di rumah sakit. Mateo pun memilih menuuruti permintaan sang istri. Nantinya dokter akan datang untuk memeriksakn keadaan Miracle.“Kau mimpi apa, hm?” tanya Mateo seraya mengusap kepala Miracle.“Mateo, aku bermimpi kau pergi meninggalkanku.” Miracle menjawab dengan nada yang terdengar sedih. Wajah Miracle langsung berubah muram.Mateo mengembuskan napas panjang. “Kau memimpikan sesuatu hal yang tidak akan pernah mungkin terjad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status