Semua Bab Hanya Wanita Pengganti : Bab 141 - Bab 150

195 Bab

Bab 141. Perdebatan Kecil

Sepanjang perjalanan Mateo dan Miracle memperdebatan ke mana mereka harus tempati saat mereka berada di Indonesia. Mateo mengajak Miracle untuk tinggal di Hotel Kempinski, salah satu hotel berbintang lima di Jakarta.Hanya saja Miracle menolaknya dengan tegas. Karena memang Miracle memaksa Mateo untuk tinggal saja di rumah keluarganya. Lagi pula selama ini jika Miracle berlibur ke Jakarta, dia akan memilih untuk menempati rumah keluarganya. Marsha—Ibunya itu memiliki banyak hunian mewah di Jakarta. Mulai dari Pondok Indah, Pluit, Menteng dan masih banyak lainnya. Itu kenapa sangat sayang jika harus menginap di hotel.“Mateo, aku ingin tinggal di rumahku yang di Menteng saja,” tuntut Miracle dengan nada memaksa.Mateo mengembuskan napas kasar. “Kita tinggal di hotel saja, Miracle.”“Aku tidak mau, Mateo.” Miracle mencebikan bibirnya kesal. “Yasudah kalau kau memaksa, kau tidur di hotel, dan aku memilih tidur di rumah keluargaku yang di Menteng.”Mateo berdecak seraya mengumpat dalam ha
Baca selengkapnya

Bab 142. Mencoba Makanan Indonesia Lagi

Keesokan hari, Miracle langsung meminta pelayan menyajikan makanan Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Miracle meminta pelayan menyajikan krecek, rendang, empal daging, semur ayam dan masih banyak menu lainnya.Tidak lupa Miracle juga meminta pelayan menyajikan sambal matah, sambal khas bali dan juga sambal terasi yang pedas. Mungkin lebih tepatnya Miracle balas dendam karena di Milan, dia tidak bisa menemukan makanan Indonesia.Walau ada restoran Indonesia di Milan, tapi bagi Miracle tetap saja citra rasanya berbeda. Makanan Indonesia memiliki citra rasa khas rempah-remah tradisional yang tidak mudah ditemukan di negara lain.Meski ada yang mengekspor tapi tetap saja tidak sepenuhnya ada. Terutama negara di Benua Eropa dan Amerika, pasti akan sangat sulit. Meningat lidah orang di sana tidak bisa memakan makanan pedas.Miracle menatap jam dinding, kini sudah pukul sepuluh pagi. Tadi Mateo mengatakan akan berolah raga karena sudah beberapa hari ini sang suami tidak berolah raga. Miracl
Baca selengkapnya

Bab 143. Salah Paham

“Sayang, aku ingin pergi ke taman. Aku sudah lama sekali tidak ke sana. Setelah dari taman, nanti kita mengunjungi Grandpa Mario dan Grandma Clara.” Miracle berujar seraya memoles wajahnya dengan make up tipis.Cuaca di Jakarta sangat panas. Terik matahari benar-benar membuat Miracle harus menggunakan riasan yang nyaman dan pakaian yang nyaman. Setiap kali Miracle datang ke Jakarta, Miracle biasa menggunakan celana pendek dengan atas tube top atau kaos dengan tali spaghetti. Namun karena sekarang Miracle tengah hamil dirinya harus memakai dress dengan bahan katun yang nyaman.“Kau ingin ke taman? Taman di mana?” Mateo mendekat, lalu mengusap bahu sang istri dan memberikan kecupan di sana.“Tidak jauh dari sini, Mateo. Aku hanya merindukan masa kanak-kanakku. Dulu Ibuku sering membawaku ke taman itu. Aku, Ka Selena dan Charlotte kami bertiga sering menghabiskan waktu di taman itu.” Miracle mendongakan kepalanya, menatap Mateo.Mateo mengganguk. “Baiklah, aku tidak hafal Jakarta. Aku pe
Baca selengkapnya

Bab 144. Berbicara Seolah Kekasih

“Miracle, setelah ini kau ingin ke mana?” tanya Ken seraya menatap Miracle.“Aku akan ke rumah Grandpa Mario dan Grandma Clara. Apa kau mau ikut denganku?” Miracle balik bertanya.“Siang ini aku harus bertemu dengan rekan bisnis ayahku. Kau tentu tahu Ka Lea tidak pernah terlibat dalam perusahaan. Itu kenapa mau tidak mau aku harus menggantikannya.” Ken mengembuskan napas kesal. Lea—kakak perempuannya itu hanya menggeluti hobby melukis. Hal ini yang menyebabkan Ken harus dipusingkan dengan perusahaan keluarganya.Miracle terkekeh. “Kalau begitu aku beruntung. Karena aku memiliki Ka Sean, Ka Selena dan Dominic yang menggantikanku mengurus perusahaan.”Ken mendengkus. “Mungkin di masa depan, aku akan bercita-cita memiliki anak yang banyak. Jadi anakku tidak perlu dipusingkan mengurus perusahaan seperti aku.”Miracle tertawa mendengar perkataan konyol Ken. “Kau menyindir ayah dan ibuku yang memiliki banyak anak?”Ken mengangkat bahunya acuh. “Sudah seharusnya Paman William memiliki banya
Baca selengkapnya

Bab 145. Akhir Pertengkaran

“Miracle?” Mateo melangkah keluar dari kamar mandi. Tatapannya teralih melihat sang istri yang memegang kuat ponselnya. Sesaat kening Mateo berkerut kala melihat raut wajah kesal Miracle. Bahkan istrinya itu tidak mendengar sapaannya. Mateo langsung mendekat ke arah Miracle. “Kau kenapa, sayang?” tannyanya kala tiba di samping sang istri.Miracle mengalihkan pandangannya, menatap Mateo dingin. “Sebenarnya kau ini memiliki hubungan apa dengan Leyna? Kenapa dia berbicara dengamu seperti seorang kekasih?”“Apa maksudmu, Miracle?” Alis Mateo terangkat, menatap Miracle bingung.“Lihat ini.” Miracle menunjukan pesan Leyna pada Mateo seraya melanjutkan perkatannya dengan nada kesal, “Dia tahu kau sedang bersama dengan istrimu, kenapa dia memaksa seperti ini? Aku tidak marah jika kau dekat dengan sepupumu. Tapi harusnya sepupumu mengerti, kau sedang berlibur dengan istrimu. Dia bisa menunggumu hingga sampai kau kembali ke Milan. Tapi kenapa dia begitu memaksa?”Mateo terdiam sejenak kala meli
Baca selengkapnya

Bab 146. Makhluk Itu Temanmu?

“Morning, sayang.” Clara menyapa dengan hangat Miracle berjalan menuju ruang makan.“Morning. Grandma, di mana Grandpa?” tanya Miracle seraya menarik kursi, lalu duduk di kursi yang biasa dia duduki.“Grandpamu sedang di taman bersama Mateo.” Clara mengambil susu hangat yang sudah dia buat, dan memberikan pada Miracle. “Minumlah susumu, sayang. Grandma sudah membuatkan susu strawberry. Biasanya kalau hamil muda, akan mual meminum susu cokelat. Lebin baik minum susu strawberry.”Miracle tersenyum sambil menerima susu yang diberikan oleh Clara. “Terima kasih, Grandma,” ucapnya lembut, kemudian Miracle meminum susu itu hingga tandas.“Morning.” Mario dan Mateo masuk ke dalam ruang makan. Lalu mereka duduk di kursi meja makan.“Morning.” Clara dan Miracle menjawab bersamaan.Tepat di saat Mario dan Mateo duduk, Clara dan Miracle langsung menyiapkan makanan untuk mereka. Ini adalah kebudayaan Indonesia. Di mana sang istri menyiapkan makanan untuk suami mereka. Miracle yang lahir dan besar
Baca selengkapnya

Bab 147. Mendengar Kabar Tentang Sean

“Mateo, aku ingin berendam. Tubuhku begitu lelah.” Miracle berucap kala dirinya dan Mateo sudah masuk ke dalam kamar mereka.Satu harian ini Miracle pergi berbelanja bersama dengan Mateo. Tidak tanggung-tanggung Miracle membawa sang suami ke tiga mall sekaligus. Entah sudah berapa banyak uang yang dihabiskan oleh Miracle.Namun tentu saja sang suami tidak marah. Harusnya para pria kesal menemani wanitanya berbelanja. Kenyataannya Mateo tidak marah sedikit pun. Mateo begitu setia menemani Miracle yang tengah berbelanja. Yang Mateo lakukan hanya mengkhawatirkan keadaan Miracle yang terus berbelanja. Pria itu tidak ingin Miracle kelelahan. Terlebih Miracle tengah hamil muda.“Aku juga ingin menghubungi Gustav. Ada beberapa hal yang aku ingin tanyakan mengenai pekerjaan.” Mateo mengecup kening Miracle. “Jangan terlalu lama berendam. Ini sudah malam.”“Iya, sayang.” Miracle tersenyum hangat, lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tepat di saat Miracle masuk ke dalam kamar mandi, Mateo
Baca selengkapnya

Bab 148. Photoshoot

Tanpa terasa Mateo dan Miracle sudah hampir satu minggu di Jakarta. Segala urusan perusahaan nyatanya mampu diselesaikan meski Mateo masih menemani sang istri di Jakarta. Miracle pikir Mateo akan mengajaknya segera kembali ke Milan. Tapi ternyata tidak. Suaminya itu benar-benar mengerti dirinya.Bahkan beberapa kali Miracle bertanya apa pekerjaan Mateo terganggu dan Mateo selalu menjawab semuanya bisa teratasi asalkan dirinya bahagia. Miracle sangat bahagia karena sang suami selalu memprioritaskan dirinya.“Miracle, apa kau sudah siap?” Mateo melangkah masuk ke dalam kamar, mendekat ke arah Miracle yang tengah mematut cermin.“Sebentar lagi, sayang,” jawab Miracle seraya memoles wajahnya dengan make up sedikit tebal, namun tidak berlebihan.“Aku dengar jalanan menuju puncak sering macet. Apa tidak apa-apa kita melakukan fotoshoot di sana?” tanya Mateo dengan nada yang khawatir. Mengingat sang istri tengah hamil muda, dia hanya takut istrinya itu kelelahan.“Sekarang masih belum macet,
Baca selengkapnya

Bab 149. Amarah Miracle

Miracle mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merentangkan kedua tangannya kala pagi menyapa. Sesaat dia melihat ke samping menatap ranjang sudah kosong. Miracle mendesah panjang melihat Mateo sudah lebih dulu bangun darinya.Didetik selanjutnya tatapan Miracle melihat ke tubuhnya sendiri. Seketika senyum di bibir Miracle terukir melihat tubuh polosnya yang hangat terbalut oleh selimut tebal. Tadi malam tentu saja Miracle mendapatkan hukuman dari Mateo karena memakai pakaian seksi.Jangan ditanya berapa kali percintaan panas mereka. Karena jawabannya tidak akan terhitung. Mateo terus meminta Miracle lagi dan lagi. Bahkan Miracle tidak mengerti kenapa suaminya itu tidak pernah lelah. Padahal setiap hari sudah memintanya. Sungguh, jika bukan karena hamil Miracle yakin suaminya itu pasti akan memintanya puluhan kali.Ceklek.Suara pintu terbuka, Miracle langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Menatap Mateo yang melangkah masuk ke dalam kamar seraya membawakan nampan yang beris
Baca selengkapnya

Bab 150. Memilih Tidak Memikirkan

“Miracle, tunggu. Ada apa denganmu?” Mateo menahan lengan Miracle, menatap sang istri dengan lekat. Pasalnya dia memang tidak tahu apa pun. Namun istrinya itu sudah marah besar padanya seolah dirinya melakukan salah.“Lepas!” Miracle menghentakan tangannya yang ada di genggaman Mateo. Raut wajah marah dan kesal campur menjadi satu. Mateo langsung menarik sedikit kasar tangan Miracle, dan mebawa tubuh istrinya itu masuk ke dalam pelukannya. “Bisakah kau tenang, dan mengatakan ada apa? Kau marah tanpa memberitahuku alasan kenapa kau marah. Aku tidak mengerti, Miracle,” ucapnya dengan nada tegas.Miracle mengembuskan napas kasar. Meredakan kekesalan dalam dirinya. “Sepupumu menghubungiku. Dia tahu nomorku dari Mom Orina.”“Sepupuku? Siapa maksudmu?” Kening Mateo berkerut, menatap bingung sang istri.“Siapa lagi kalau bukan Leyna!” Miracle menjauhkan tubuhnya dari sang suami dan berkata kesal, “Sepupumu itu begitu possive padamu. Tadi dia memarahiku karena dia bilang aku melarangmu mene
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status