Semua Bab Hanya Wanita Pengganti : Bab 121 - Bab 130

195 Bab

Bab 121. Hilang

Selena melirik arlojinya, sudah dua jam dia menunggu tapi Miracle dan Charlotte tak kunjung datang. Padahal tiga puluh mneit yang lalu saat dia menghubungi Charlotte, sepupunya itu mengatakan sedang dalam perjalanan, dan sudah tidak lagi jauh. Tapi hingga detik ini Selena menunggu, baik Miracle maupun Charlotte tidak ada yang muncul.Selena mengembuskan napas kesal. “Ke mana Miracle dan Charlotte? Kenapa mereka belum datang juga?” gerutunya.Kini Selena mengeluarkan ponselnya, menghubungi nomor Charlotte. Namun, satu, dua, hingga lima kali dia berusaha menghubungi sepupunya itu, tidak ada satu pun jawaban. Kali ini Selena berganti menghubungi nomor ponsel Miracle, dan hasil yang Selena dapatkan aalah sama. Tidak ada jawaban dari nomor ponsel saudara kembarnya itu.Selena berdecak tak suka. “Kenapa tidak ada yang menjawab teleponku?”“Sudahlah, aku menghubungi Mateo saja.” Tidak ada pilihan lain, Selena yakin, Miracle akan selalu izin pada Mateo. Selan mencari nomor kontak Mateo, setel
Baca selengkapnya

Bab 122. Menyelamatkan Tepat Waktu

“Siapa kau?” Miracle menyipitkan matanya, menatap sosok pria di hadapannya dengan tatapan dingin, dan tajam.Pria itu menyeringai penuh arti. “Well, selamat datang, Nona Geovan.”Miracle mengangkat sedikit wajahnya. Sesaat Miracle terdiam, mengamati sosok pria yang tak asing itu. Dia seperti pernah melihat wajah pria yang di hadapannya itu. Namun, berkali-kali Miracle berusaha mengingat pria itu, dia tetap tak kunjungi mengingatnya.“Apa maumu? Kenapa kau menculiku dan sepupuku?” Miracle berseru dengan tatapan yang semakin menajam. Miracle berusaha menenangkan dirinya. Dan berusaha untuk tidak panik.“Menurutmu?” Alis pria itu terangkat, tersenyum misterius ke arah Miracle dan Charlotte berhantian.“Kau, pria sialan! Kenapa menculik kami? Kau akan tahu akibatnya karena telah menculik kami! Lihat saja dalam hitungan menit, aku akan pastikan kehancuranmu!” seru Charlotte meninggikan suaranya.Miracle menyentuh tangan Charlotte, memberi isyarat pada sepupunya itu untuk tidak terbawa emos
Baca selengkapnya

Bab 123. Menghapus Jejak

Arsen membopong Charlotte masuk ke dalam kamarnya. Terlihat wajah Charlotte begitu pucat. Mata yang sembab. Rambut yang berantakan dan tidak lagi tertata. Kini Arsen membaringkan tubuh Carlotte ke atas ranjang. Sesaat Arsen mengembuskan napas kesal. Penyesalan karena datang terlambat. Bahkan dia melihat keadaan Charlotte dengan dress yang sudah dirobek oleh pria sialan itu, Sungguh, jika saja datang terlambat Arsen tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Charlotte.Charlotte meringkuk di ranjang seraya menarik selimut tebal, menutupi tubuhnya hingga ke leher. Bulir air mata Charlotte terus menetes membasahi pipinya. Ya, pikiran Charlotte membayangi bagaimana Levin menyentuhnya dan menciumnya. Dia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.“Charlotte, minumlah teh ini.” Arsen duduk di tepi ranjang, dia memberikan teh yang baru saja diberikan oleh pelayan. Namun, Charlotte tidak menerima teh itu. Hanya tangisnya kini mulai kencang.Arsen meletakan kembali teh di tangannya kala mel
Baca selengkapnya

Bab 124. Malam Ini Boleh Beristirahat

Mateo menatap wajah Miracle yang tampak begitu pucat. Sudut bibir sang istri yang luka. Membuat amarah dalam dirinya tidak mampu tertahan. Ya, Dokter baru saja memeriksakan keadaan Miracle. Beruntung istri dan kandungannya baik-baik saja. Namun, meski demikian Mateo tidak henti menyalahkan dirinya sendiri. Melihat bekas tamparan di wajah sang istri, membuatnya ingin menghabisi pria sialan itu dengan tangannya sendiri.Kini Mateo duduk di tepi ranjang. Dia membawa tangannya menyentuh lembut pipi sang istri dan mengecupi seluruh wajah istrinya itu. Terutama luka di sudut bibir Miracle. Hatinya bagai teriris melihat luka di wajah sang istri.“Maaf, maaf aku datang terlambat,” bisik Mateo pelan tepat di depan bibir Miracle.Pelupuk mata Miracle bergerak kala merasakan sesuatu menyentuh wajahnya. Saat Miracle sudah membuka matanya, dia mengukir senyuman melihat Mateo berada di hadapannya.“Kau sudah bangun?” Mateo mengelus lembut pipi Miracle.Miracle mengangguk. “Mateo, aku ingin bersanda
Baca selengkapnya

Bab 125. Cara Licik Agar Bisa Mendapatkanmu

Pelupuk mata Charlotte bergerak kala merasakan cahaya matahari menyentuh wajahnya. Perlahan Charlotte mulai membuka matanya. Mengerjap dan menggeliat. Saat Charlotte sudah membuka matanya, dia merasakan tubuhnya terasa begitu remuk. Area inti bagian bawah tubuhnya begitu perih dan sakit.“Akh, kenapa tubuhku sakit sekali.” Charlotte merintih kala merasakan sakit disekujur tubuhnya. Dengan pelan Charlotte memijat pelipisnya mengingat apa yang terjadi padanya hingga tubuhnya begitu sakit seperti ini.Namun tiba-tiba, sesuatu muncul dalam benak Charlotte. Ingatannya berputar tentang kejadian tadi malam. Raut wajah Charlotte menegang. Didetik selanjutnya Charlotte, melihat ke arah samping, benar saja Charlotte menatap punggung polos dan kekar seorang pria.Chalotte meremas kuat rambutnya. Merutuki kebodohannya. Tadi malam dia begitu terbawa suasana. Harusnya dia memaki pria yang menyentuhnya. Tapi kenapa dia hanya diam saja? Charlotte bersumpah, dia membenci dirinya sendiri.“Bodoh! Bodoh
Baca selengkapnya

Bab 126 – Rujak?

Miracle menatap layar ponselnya. Biasanya Charlotte selalu menghubunginya tapi sepupunya itu belum juga menghubungi dirinya. Jujur saja, Miracle terus merasa khawatir. Dia hanya takut Charlotte memiliki trauma dengan apa yang menimpa sepupunya itu.Miracle menghela napas dalam. Kini Miracle memilih untuk menghubungi nomor sepupunya itu. Namun, satu, dua hingga tiga kali dia mencoba menghubungi Charlotte tidak ada jawaban. Miracle langsung mencari nomor Arsen, terakhir Charlotte bersama dengan Arsen, dia yakin Arsen pasti tahu keberadaan sepupunya itu.“Arsen?” sapa Miracle saat panggilan terhubung.“Ya, Miracle? Apa kau mencari Charlotte?” ujar Arsen dari seberang line.“Iya, apa Charlotte bersama denganmu?”“Ya, Charlotte bersama denganku. Sekarang dia sedang mandi.”“Mandi? Apa tadi malam dia menginap di tempatmu?”“Ya, tadi malam dia menginap di tempatku.”Kening Miracle berkerut mendengar apa yang dikatakan oleh Arsen. Bagaimana mungkin Charlotte mau menginap di tempat Arsen? Bany
Baca selengkapnya

Bab 127. Hati Yang Telah Luluh

Charlotte melangkah keluar dari keluar dari kamar mandi. Kini tubuhnya sudah terbalut oleh dress yang disiapkan oleh Arsen. Ya, tentu saja dress yang dipakai Charlotte kemarin sudah robek. Dan beruntung Arsen membelikan Charlotte dress yang pas ditubuhnya.“Kau sudah selesai?” tanya Arsen kala melihat Charlotte mendekat ke arahnya.“Seperti yang kau lihat.” Charlotte menjawab dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.“Akh—” Charlotte memekik terkejut kala tiba-tiba Arsen menarik tangannya, membuatnya terduduk di pangkuan pria itu. Charlotte berusaha mendorong tubuh Arsen sekuat tenaga. Namun, sayangnya pria itu mengunci pergerakannya.“Arsen lepaskan aku!” Charlotte sudah tidak lagi bisa berontak. Tubuh Charlotte begitu mungil jika berada dalam dekapan Arsen. Pria itu memiliki tubuh tegap dan gagah. Wajar saja jika tenaga Charlotte hanya bagaikan kapas untuk Arsen.“Jika kau tidak diam, maka jangan harap aku melepaskanmu.” Arsen berucap tegas dan penuh penekanan. Tatapannya ta
Baca selengkapnya

Bab 128. Kau Berhasil Membuatku Jatuh Cinta Setiap Detik

Mateo mengembuskan napas kasar dengan tatapan tak percaya melihat Miracle memakan makanan yang bernama rujak. Bagaimana bisa mangga dicampur dengan bumbu garam yang telah ditumbuk dengan cabai? Sungguh, dalam hidup Mateo tidak pernah membayangkan apa rasa makanan itu. Berkali-kali Mateo meminta Miracle untuk berhenti memakan, tapi nyatanya istrinya itu tidak mau mendengarkan. Jika Mateo kembali melarang, maka Miracle langsung merajuk dan mengancam akan tidur di kamar tamu.“Mateo, kita harus segera ke Indonesia. Di sana banyak makanan pedas. Apa perlu kita pindah sementara ke Indonesia saja? Aku bosan di Milan. Di sini hanya makan pasta.” Miracle berucap dengan santai seraya mengunyah mangga di tangannya.Mateo mendelik. Tatapannya menatap dingin sang istri. “Miracle, kau jangan meminta yang tidak-tidak. Aku pernah ke Jakarta. Di sana kota yang sangat padat. Kau juga tahu perusahaan pusatku di sini, tidak mungkin aku memindahkan perusahaanku.”Miracle mendengkus tak suka. “Aku hanya b
Baca selengkapnya

Bab 129. Kelepasan Bicara

Suara dering ponsel terdengar membuat Miracle yang tengah tertidur pulas langsung terbangun. Miracle mengerjapkan matanya beberapa kali, dan menggeliat. Dering ponsel itu tak kunjung mereda membuat Miracle langsung berdecak. Miracle mengembuskan napas kasar, dia langsung mengambil ponselnya. Tanpa menatap ke layar Miracle menjawab telepon itu.“Hallo?” jawab Miracle dingin saat panggilan terhubung.“Miracle? Kenapa kau tidak mengabariku? Kau membuat jantungku berhenti!” seru Selena dengan nada cemas dari seberang line.Mendengar suara Selena, Miracle langsung menjauhkan ponselnya, lalu menatap ke layar. Ya, dia lupa untuk mengabari saudara kembarnya itu. Terakhir kali dia memiliki janji dengan kakaknya itu. Namun semua batal kerena penculikan.“Maaf, Ka. Tapi percayalah aku baik-baik saja.” Miracle berucap menenangkan saudara kembarnya itu.Embusan napas lega dari balik telepon Selena. “Aku senang mendengarnya. Lain kali kau harus tetap mengabariku. Aku khawatir dengan keadaanmu dan C
Baca selengkapnya

Bab 130. Tidak Mungkin Tidak Menepati Janji

Mateo memberikan berkas-berkas yang sudah dia tanda tangani pada Gustav. Sesaat dia mengendurkan dasi yang mengikat lehernya itu. Kini dia bersandar di kursi kerjanya seraya menyesap wine di tangannya.“Tuan Mateo, kemarin Nona Leyna menghubungi saya mencari anda,” ujar Gustav kala menerima berkas yang diberikan oleh Mateo.“Ya, dia sudah menghubungiku tadi malam,” jawab Mateo dingin dengan raut wajah datar.“Saat ini Nona Leyna berada di Singapore, Tuan. Dia berencana untuk ke Milan menemui anda,” ujar Gustav memberitahu.Mateo mengembuskan napas panjang. “Lebih baik jika dia ingin ke Milan, dia bisa temui aku setelah aku kembali dari Indonesia.”Gustav menganggukan kepalanya. “Iya, Tuan. Sebelumnya saya sudah memberitahu Nona Leyna untuk kembali ke Milan jika anda sudah pulang dari Indonesia.”“Apa aku mengganggu?” Arsen menerobos masuk ke dalam ruang kerja Mateo. Tepat di saat Arsen datang, Gustav langsung pamit undur diri dari hadapan Mateo dan Arsen.“Ada apa kau ke sini? Hari in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status