Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 101 - Chapter 110

195 Chapters

Bab 101. Simbiosis Mutualisme

Mateo menatap berkas yang ada di hadapannya. Dia mengembuskan napas kasar, banyaknya dokumen yang harus dia periksa. Meski Gustav sudah memeriksanya namun Mateo pun tidak langsung menandatangai itu. Biasanya dia akan kembali memeriksa setiap point penting yang ada di berkas yang dia tanda tangani.Mateo melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Lalu mengambil wine di hadapannya dan menyesapnya perlahan. Pagi ini, Mateo lebih dulu berangkat. Banyaknya pekerjaan yang harus dia selesaikan, membuat dirinya meninggalkan Miracle dengan notes yang dia lekatakan di atas nakas. Seperti biasa, dia tahu setelah ini dia akan mendapatkan masalah karena meninggalkan Miracle hanya dengan sebuah notes. Tanpa menunggu istrinya bangun. Tapi apa boleh buat, Mateo tidak tega membangunkan istrinya yang sudah tertidur pulas.Suara ketukan pintu terdengar, Mateo mengalihkan pandanganya sebentar ke arah pintu. Kemudian, menginterupsi untuk masuk.“Tuan,” Gustav menyapa kala memasuki ruang kerja Mateo.“A
Read more

Bab 102. Mantan Tunangan Menjadi Kakak Ipa

Miracle menatap kesal note yang ditinggalkan Mateo. Tadi pagi dia memang bangun terlambat. Entah kenapa, alarm ponselnya tidak bekerja. Padahal dia sengaja ingin bangun lebih awal karena mempersiapkan kebutuhan untuk sang suami. Sejak dirinya sudah tidak mual seperti sebelumnya, Miracle memang lebih suka tidur. Bisa dikatakan, dirinya cepat mudah bosan mengerjakan sesuatu.Seperti saat ini Miracle tengah bermalas-malasan di atas ranjang. Tak berselang lama Miracle merasakan lapar. Dia mendengkus padahal tadi dia sudah mkan tapi sekarang sudah lapar lagi. Kini Miracle beranjak dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya—dia melangkahkan kakinya, meninggalkan kamar menuju ruang makan.“Selamat siang, Nyonya,” sapa sang pelayan kala Miracle mamasuki ruang makan.“Siang.” Miracle menjawab dengan senyuman tipis di wajahnya. Kemudian dia menarik kursi, dan duduk.“Nyonya, apa anda ingin memesan sesuatu masakan? Hari ini saya khusus membuatkan rendang untuk anda. Kemarin saya mempelajari car
Read more

Bab 103. Terpaksa Menunda

Suara dering ponsel berbunyi, membuat Miracle yang baru saja melangkah keluar dari kamar mandi, langsung mengalihkan pandangannya, pada ponselnya yang terus berdering itu. Miracle mendekat, lalu mengambil ponsel dan menatap ke layar. Seketika kening Miracle berkerut, melihat nomor Frans, ayah dari Charlotte menghubungi dirinya. Tidak biasanya Pamannya itu menghubungi sepagi ini.“Ada apa Paman menghubungiku?” gumam Mirale.Tidak ingin menunggu lama, kini Miracle langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Hallo, Paman?” sapa Miracle saat panggilan terhubung.“Miracle, apa Paman mengganggumu, sayang?” tanya Frans dari seberang line.“Tidak, Paman. Aku baru saja selesai mandi. Paman apa kabar? Aku sungguh merindukanmu.”“Paman sangat baik. Kau lihat saja nanti. Sebentar lagi Paman akan ke Milan. Kau akan melihat Paman tidak pernah menua.”“Eh? Paman ke Milan? Bukannya Paman berada di Moscow?”“Paman mendapatkan undangan khusus dar
Read more

Bab 104. Hanya Akan Tetap Memandangmu

Charlotte turun dari mobil dan langsung melangkah masuk ke dalam rumah. Sesaat Charlotte melirik arloji kini sudah pukul sebelas malam—dia mendesah pelan begitu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan hingga lupa waktu.“Ah, lelah sekali.” Charlotte memijat pelan tengkuk lehernya. Satu hari ini, dia harus meeting dengan banyak rekan bisnis keluarganya dan itu benar-benar membuatnya kelelahan.“Apa seorang Nona Geovan akan selalu pulang larut malam?” Suara bariton dari arah belakang, sontak membuat Charlotte langsung memutar tubuhnya, dan menatap ke sumber suara itu.Seketika raut wajah Charlotte berubah kala melihat sosok pria dengan setelan jas mahal berdiri di hadapannya. Sorot matanya begitu tajam, melihat pria itu.“Untuk apa kau ke sini, Romano!” Suara Charlotte berseru. Di hadapan Charlotte adalah Arsen. Pria itu berdiri tegak seraya memasukan tangannya ke saku jasnya. Jika Charlotte menatapnya tajam, berbeda dengan Arsen yang menatapnya dengan menggoda.“Aku hanya ingin mamp
Read more

Bab 105. Berkunjung

Suara kicauan burung menandakan pagi telah menyapa. Silau matahari telah menembus jendela kamar. Miracle yang biasanya masih tertidur pulas, dia sudah terbangun. Bahkan dia sudah selesai mandi dan sudah memakai dress sederhana.Tadi malam, Miracle menghubungi Dominic, adik bungsunya itu. Namun sayangnya, Dominic sudah kembali ke Boston. Adiknya itu tidak bisa berlama-lama berada di Milan. Sedangkan Sean, kakak sulungnya harus menggantikan ayahnya melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Dan terakhir, Selena, saudara kembarnya tengah disibukan mengurus perpindahan ke Melbourne.Miracle sendiri tidak tahu apaakah kedua orang tuanya mengizinkan Selena menetap tinggal di Melbourne atau tidak. Namun, dia yakin kedua orang tuanya itu akan memberikan yang terbaik.“Sepertinya pipiku terlihat gemuk.” Miracle bergumam pelan kala menatap dirinya dari pantulan cermin. Pipinya tampak berisi tidak seperti sebelumnya.Miracle menghela napas dalam. Perubahan dalam dirinya pasti karena dia tengah hamil
Read more

Bab 106. Amarah Charlotte

“Maaf, aku datang terlambat.” Suara bariton memasuki rumah, membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu.“Kau siapa?” tanya Frans seraya menatap lekat sosok pria yang ada di hadapannya.“Perkenalkan aku Arsen Romano.” Arsen mengulurkan tangannya ke arah Frans. Frans tampak ragu, dia melihat tangan Arsen yang terarah padanya. Namun, akhirnya Frans menerima uluran tangan Arsen.“Siapa kau, anak muda?” Frans kembali bertanya pada Arsen.“Tujuanku ke sini untuk memperkenalkan diriku. Aku adalah teman baik sekaligus rekan bisnis Mateo,” jawab Arsen dengan suara tegasnya.“Ah, kau teman Mateo.” Frans mengangguk paham.Senyum di bibir Miracle terukir kala Arsen memperkenalkan diri. Harus diakui, pria itu memiliki keberanian yang luar biasa hebat. Kini Miracle memeluk lengan Frans dan berkata riang, “Paman, Arsen adalah teman baik Mateo. Dia juga mengenal Charlotte. Tujuannya ke sini ingin mengenal Paman dan Bibi.”“Benarkah?” Frans mengalihkan pand
Read more

Bab 107. Tantangan

“Bicara yang benar, Charlotte! Mommy sering mengatakan padamu jangan pernah luapkan amarahmu menggunakan Bahasa Indonesia! Kau tidak menghargai lawan bicaramu!” Suara Karin berseru dengan tatapan begitu dingin pada putrinya itu.Charlotte langsung diam kala mendengar perkataan Ibunya. Dia mengumpat dalam hati, dia tidak menyadari kelepasan bicara. Jika emosinya memuncak, Charlotte sering menggunakan Bahasa Indonesia. Tentu saja dia tahu, dirinya bersalah.“You must have manners when talking to other people. Don't use the Indonesian language to someone who doesn't understand it.” Frans menegur putrinya dengan tegas. Sorot matanya, menatap penuh peringatan putrinya.(Kau harus memiliki sopan santun ketika berbicara dengan orang lain. Jangan gunakan Bahasa Indonesia pada seseorang yang tidak mengerti itu.)Charlotte mengembuskan napas kasar. “Sorry, Dad. Mom. Aku hanya tidak suka pada Arsen Romano. Pria itu sudah kehilangan akal sehatnya. Lebih baik kalian mengusirnya pergi atau paling t
Read more

Bab 108. Foto Masa Kecil Mateo

“Mateo, tadi kau suka, kan dengan Indonesian Food yang dibuat oleh Bibiku?” Miracle melangkah mendekat ke arah Mateo yang tengah fokus pada iPad di tangannya.Mateo mengalihkan pandangannya, menatap Miracle yang kini duduk di sampingnya. “Ya, aku menyukainya,” jawabnya seraya mengelus lembut pipi sang istri.Miracle tersenyum. Dia membenamkan wajahnya di dada bidang Mateo. “Tidak semua makanan Indonesia itu pedas, sayang. Ada suatu kota di negara Indonesia bernama Yogyakarta, mereka memiliki makanan yang manis. Di Indonesia kaya akan budaya. Jadi tidak semua orang Indonesia menyukai makanan pedas.”Mateo menarik dagu Miracle, mencium dan melumat lembut bibir sang istri. “Aku sudah meminta Gustav untuk mencarikan Chef Indonesia.”“Nanti saja, sayang. Setelah rumah baru kita selesai pembangunan baru kau pekerjakan Chef Indonesia itu pada kita.” Miracle mendongakan kepalanya, menatap Mateo.Mateo mengangguk menyetujui permintaan sang istri. “Baikkah, kalau itu maumu.”“Mateo,” panggil Mi
Read more

Bab 109. Crazy Idea

Mateo melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota Milan. Sinar matahari begitu terik, namun sangat hangat bercampur dengan dinginya penghujung musim semi yang sebentar lagi akan berganti dengan musim panas. Kini mobil Mateo memasuki jalan tol, menuju perkebunan anggur miliknya yang terletak cukup jauh dari pusat kota. Pagi ini Mateo memiliki janji melihat produksi wine bersama dengan Arsen.Tak berselang lama, mobil Mateo mulai memasuki halaman parkir perkebunan anggur miliknya. Setelah memarkirkan mobil, dia turun dan langsung melangkah masuk ke dalam.“Mateo.” Arsen yang sudah lebih dulu tiba, dia menatap kesal Mateo yang baru datang.Mateo menaikan sebelah alisnya, melihat Arsen mendekat ke arannya. “Kau sudah datang?” sapanya dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Arsen mendengkus tak suka. “Kau ini memiliki jam atau tidak? Kenapa kau baru datang sekarang? Aku sudah menuggu tiga puluh menit! Jika aku terlambat, kau pasti akan memarahiku!” balasnya yang tak
Read more

Bab 110. Chaos

Suara dering ponsel terdengar, membuat Miracle yang tengah tertidur langsung terbangun. Miracle mengerutkan keningnya, mendapati dirinya ternyata ketiduran di sofa. Dia baru mengingat dia tengah menonton salah satu film drama kesukaannya.Tatapan Miracle teralih pada ponsel yang sejak tadi tidak henti berdering. Dia langsung mengambil ponselnya, dan menatap ke layar—tertera nomor Charlotte menghubunginya. Miracle melihat jam, waktu menunjukan pukul sebelas malam. Tidak biasanya Charlotte menghubunginya semalam ini. Miracle menghela napas panjang, tanpa menunggu Miracle langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.“Charlotte? Ada apa?” jawab Miracle saat panggilannya terhubung.“Hallo? Apa kau mengenal pemilik ponsel ini?” Suara bariton terdengar dari seberang line sontak membuat Miracle terkejut.“Kau siapa? Kenapa ponsel sepupuku ada denganmu? Di mana sepupuku?” cerca Miracle tak sabar.“Nona, aku bartender dari Cavalli Nightclub. Pemilik ponsel ini mabuk berat. Aku tida
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status