Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 81 - Chapter 90

195 Chapters

Bab 81. Penyesalan

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Mateo terus memeluk dan mencium Miracle berharap tidak terjadi sesuatu pada istrinya. Tubuh Miracle begitu dingin, darah tidak henti keluar dari tubuhnya. Meski Mateo telah menekan luka tembak di dada Miracle, namun tetap tidak menghentikan pendarahan. Sedangkan Selena bersama dengan Sean. Mereka berada tepat di belakang mobil Mateo.Saat tiba di rumah sakit, para petugas medis langsung membawa brankar. Mateo memindahkan tubuh Miracle dan Sean memindahkan tubuh Selena. Raut wajah keduanya begitu panik dan ketakutan. Kini mereka berlari mengikuti petugas medis, menuju unit gawat darurat."Tuan... Maaf kalian tidak bisa ikut ke dalam." Sang perawat mencegah Mateo dan Sean yang ingin ikut masuk ke dalam unit gawat darurat. Tidak ada pilihan lain, Mateo dan Sean pun terpaksa menunggu di luar ruang unit gawat darurat.Ketika ruang unit gawat darurat tertutup. Sean langsung menarik kasar kerah baju Mateo. Dia menghajar pelipis Mateo. Mateo memilih di
Read more

Bab 82. Tidak Bisa Hidup Tanpamu

"Dokter, detak jantung Nyonya Miracle lost."Perkataan perawat sukses membuat orang yang ada membeku dan terkejut. Wajah Mateo berubah menjadi pucat. Kakinya terasa begitu lemah. Saat sang dokter berlari masuk ke dalam ruang unit gawat darurat, Mateo langsung menyusulnya bersama dengan Sean dan Dominic."Tuan, maaf anda tidak bisa masuk ke dalam," ucap perawat itu mencegah Mateo yang memaksa ingin masuk ke dalam."Biarkan aku masuk!" Mateo mendorong keras tubuh perawat itu, hingga membuatnya hampir tersungkur."Maaf, Tuan. Tapi-"Sean memejamkan mata sesaat. Tangannya terkepal begitu kuat. Pikirannya tidak henti membayangkan tentang keadaan Miracle. "Biarkan dia masuk," ucapnya tegas. Dia tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan Mateo masuk ke dalam ruang unit gawat darurat.Sang perawat tampak ragu. Namun Mateo terus menghunuskan tatapan begitu tajam dan penuh peringatan pada perawatnya. Hingga kemudian sang perawat menganggukan kepalanya, memberi jawaban Mateo boleh masuk ke da
Read more

Bab 83. Rahasia Yang Terpendam

"Tuan Mateo." Gustav menundukan kepalanya kala melihat Mateo keluar dari ruang rawat Miracle."Gustav, ada yang ingin aku lakukan sebentar. Kau tunggu di sini, jaga istriku. Hubungi aku jika ada sesuatu," ucap Mateo dingin.Gustav mengangguk patuh. "Baik, Tuan."Mateo melanjutkan langkahnya, hendak keluar dari rumah sakit. Namun tiba-tiba langkah Mateo terhenti melihat sosok pria yang berdiri di hadapannya dan menatapnya begitu tajam. Dia membuang napas kasar, melihat Antonio—ayahnya datang menemuinya. Sejak dulu hubungannya tidak pernah baik dengan ayahnya sendiri."Ikut aku," tukas Antonio dingin dan sorot mata tajam pada Mateo.Mateo tidak menjawab. Terpaksa dia mengikuti ayahnya itu yang membawanya ke sebuah ruangan yang ada di rumah sakit. Meski dia sebenarnya tidak ingin menuruti ayahnya itu, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Jika bukan di rumah sakit, Mateo sudah pasti memilih mengabaikan permintaan ayahnya itu."Ada apa?" Mateo bertanya dengan nada dingin kala dirinya dan
Read more

Bab 84. It's A Miracle

Satu Minggu kemudian...Mateo menatap Miracle dari balik kaca. Wajah pucat sang istri begitu terlihat jelas. Tidak hanya itu, hal yang membuat Mateo terluka adalah alat bantu pernapasan sang istri yang melekat di tubuh istrinya itu. Sudah satu minggu hidup Matep begitu kacau.Dokter mengatakan tidak bisa memastikan kapan Miracle bisa sadar. Namun meski demikan, Dokter mengatakan kandungan Miracle jauh lebih kuat. Di saat Miracle berjuang hidup, kandungan Miracle masih tetap bisa bertahan hidup. Jika mengingat itu semua Mateo tidak henti bersyukur. Setidaknya meski Miracle masih belum sadar, dia masih mendengar detak jantung istrinya."Kau di sini rupanya." Arsen baru saja menjenguk Miracle, dia menatap Mateo yang sejak tadi berdiri melihat Miracle dari balik kaca.Mateo melirik Arsen sekilas. Kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya. Raut wajah dingin dan tampak kacau begitu terlihat di wajah Mateo. Pria yang terkenal angkuh, nyatanya bongkahan es yang ada dalam dirinya telah men
Read more

Bab 85. Hamil?

Sean melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Miracle. Dia sudah mendengar adiknya itu sudah sadar. Tentu saja Sean langsung menemui adiknya itu.Saat Sean sudah tiba di ruang rawat Miracle. Tatapannya teralih melihat wajah Mircle yang tengah melamun dan memikirkan sesuatu. Dia melihat jelas ada hal yang dipikirkan oleh adik perempuannya itu."Apa yang sedang kau pikirkan?" Sean mendekat, lalu duduk di tepi ranjang menatap dalam iris mata biru Miracle."Kakak?" Miracle menghentikan lamunannya kala Sean berada di hadapannya."Apa yang kau pikirkan, Miracle?" Sean kembali bertanya seraya mengelus lembut pipi adiknya itu."Tidak ada, kak. Aku tidak memikirkan apapun." Miracle terpaksa berbohong. Dia tidak ingin memberitahu kakaknya. Meski dia yakin Sean mengetahui semuanya. Tapi dia terlalu lelah jika kembali membahas tentang masalah rumah tangganya."Miracle." Sean menjeda seraya mengembuskan napas pelan dan melanjutkan, "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Aku juga tahu apa yang ter
Read more

Bab 86. Pilihan Miracle

Keadaan Miracle dan Selena sudah mulai pulih. Kemarin Selena sudah diperbolehkan pulang ke rumah lebih dulu. Sedangkan Miracle, dokter baru memperbolehkannya pulang hari ini. Selama tiga hari belakangan Miracle lebih banyak melamun.Sejak dirinya hamil, Miracle tidak mau berbicara dengan siapapun. Berkali-kali seluruh keluarganya mengajaknya bicara tapi Miracle hanya menjawab seadanya. Dan jika Mateo datang, Miracle tetap mengabaikannya. Mateo tidak menjelaskan apapun selama ini karena dokter mengatakan, Miracle tidak boleh memikirkan beban berat demi janin yang ada di kandungannya.Miracle tengah duduk seraya melihat keluar jendela. Dia menatap tanpa ekspresi. Dengan raut wajah yang sulit di artikan. Beberapa hari ini Miracle tidak ingin makan apapun, tapi karena dia mengingat dirinya tengah mengandung, dia tetap memaksakan diri untuk makan."Miracle.." Mateo berdiri di ambang pintu. Dia melangkah mendekat ke arah istrinya yang tengah melamun."Biarkan aku sendiri." Miralcle tidak me
Read more

Bab 87. Perjuangan Mateo

Miracle duduk di balkon kamar seraya melihat langit di malam hari yang cerah. Bintang-bintang yang tampak indah membuat Miracle tidak henti menatapnya. Sesaat Miracle memejamkan matanya kala dia merasakan hembusan angin yang menyentuh kulitnya."Miracle?" Marsha berdiri di ambang pintu, menatap putrinya dengan lekat."Mom?" Miracle mengalihkan pandangannya, melihat ke arah Marsha yang kini mendekat ke arahnya."Ini sudah malam, sayang. Kenapa kau tidak istirahat?" Marsha memakaikan selendang di tubuh putrinya. Angin malam yang sedikit kencang membuatnya khawatir. Terlebih kini putrinya tengah mengandung."Terima kasih, Mom." Miracle tersenyum kala Marsha memberikan selendang. "Aku masih belum mengantuk, Mom," lanjutnya memberitahu.Marsha duduk di samping putrinya. Kini dia membawa tangannya mengelus lembut pipi Miracle. "Sekarang anak Mommy sudah besar dan akan menjadi seorang Ibu. Mommy bangga padamu. Apa kau ingin tahu kenapa Daddymu memberikan namamu Miracle?""Apa?" Miracle berta
Read more

Bab 88. Give Up

"Mateo De Luca! Apa kau bosan hidup!" teriak Sean begitu menggelegar kala melihat Mateo di hadapannya. Sesaat dia melihat beberapa pengawal sudah tergetak tidak sadarkan diri. Rahang Sean mengeras. Dia menghunuskan tatapan begitu tajam dan tangan yang terkepal kuat."Salahkan anak buahmu yang menghalangi langkahku. Aku hanya membuat anak buahmu pingsan bukan mati. Jadi kau tidak perlu meluapkan amarahmu," jawab Mateo seraya membalas tatapan tajam Sean."Aku sudah pernah mengatakan padamu jangan pernah kau muncul di hadapan keluargaku!" seru Sean meninggikan suaranya."Aku datang karena menemui istriku!" Mateo menjawab dengan tegas."Alright, hadapi aku jika kau ingin bertemu dengan adikku." Sean menyeringai, mengejek Mateo.Mateo tersenyum sinis. "Aku tidak mungkin menolak tantanganmu, bukan? Jika dengan melewatimu bisa menemui istriku maka aku akan melakukannya degan senang hati."Tanpa lagi berucap, Sean lebih dulu maju menyerang Mateo. Dia melayangkan pukulan di pelilis Mateo. Namu
Read more

Bab 89. Akhirnya Mengalah

"Apa maksudmu, Miracle? Kita tidak akan pernah berpisah!"Suara Mateo berseru dengan kilat mata begitu lekat pada Miracle. Kini Mateo melangkah mendekat ke arah Miracle, namun dengan tegas Miracle langsung melangkah mundur. Dia tidak mau Mateo mendekatinya."Kita akan tetap berpisah. Aku lelah denganmu, Mateo." Miracle berucap tegas dengan bulir air mata yang tidak henti menetes memasahi pipinya."Kau mengenalku, Mircale. Berkali-kali aku mengatakan padamu aku tidak akan pernah melepasmu. Kau akan tetap selamanya menjadi milikku!" jawab Mateo menekankan dengan nada penuh paksaan. Tidak peduli meski istrinya meminta berpisah sekalipun karena selamanya Miracle akan tetap menjadi miliknya."Aku ingin kita tetap berpisah! Kau telah melukaiku, Mateo! Aku tidak mau bersama dengan pria yang tidak pernah mencintaiku!" isak Miracle sesegukan."Aku minta maaf, sayang." Mateo mendekatkan tubuhnya pada Miracle. Dia memeluk erat tubuh sang istri. Namun Miracle yang mendapatkan pelukan dari Mateo d
Read more

Bab 90. Merasa Bersalah

Sepanjang perjalanan suasana hening tercipta. Miracle memilih memalingkan wajahnya keluar jendela. Sedangkan Mateo yang tengah fokus mengemudikan mobil, dia melirik ke arah Miracle yang sejak tadi tidak ingin bicara padanya. Namun Mateo tidak mempersalahkan itu, mengingat sang istri yang masih marah padanya. Bagi Mateo bisa membawa pulang Miracle sudah lebih dari cukup.Kini mobil Mateo telah memasuki penthouse mereka. Mateo lebih dulu turun dari mobil. Dia membukakan pintu mobil untuk istrinya. Saat Mateo hendak mengulurkan tangan membantu Miracle, dengan cepat Miracle langsung mengabaikan Mateo. Mateo pun memilih mengalah. Kemudian mereka melangkah masuk ke dalam penthouse mereka."Aku ingin tidur," Miracle berucap dingin kala memasuki penthouse."Ya, ganti pakaianmu sebelum tidur," jawab Mateo seraya mengelus rambut panjang Miracle.Wajah Miracle dingin dan tanpa ekspresi. Dia hanya megangguk singkat. Kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Dia tidak ingin banyak bicara
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status