Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 91 - Chapter 100

195 Chapters

Bab 91. Ngidam Menyusahkan

Suara dering ponsel terdengar, membuat Miracle yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Perlahan Miracle mulai membuka matanya. Sesaat Miracle menyipitkan matanya ketika silau matahari menembus jendela kamarnya.Miracle hendak mengabaikan dering ponsel itu. Namun nyatanya dering ponselnya tak kunjung berhenti. Miracle berdecak kesal. Kini dia mengambil ponselnya, menatap ke layar nomor Charlotte yang muncul di sana. Tanpa menunggu, Miracle menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya."Ada apa, Charlotte?" jawab Miracle dengan nada dingin dan ketus saat panggilan terhubung."Miracle, aku di rumah Paman William. Tapi Selena bilang kau sekarang sudah di rumahmu. Kemarin suamimu datang menjemputmu?" ujar Charlotte dari seberang line."Ya, dia menjemputku." Miracle menjawab lagi dengan nada malas.Charlotte mendesah pelan. "Baguslah, aku senang mendengarnya. Tadi aku juga sudah mendengar Mateo berkelahi dengan Ka Sean. Aku harus bilang padam
Read more

Bab 92. Pengorbanan

Suara kicauan burung mendakan pagi telah menyapa. Miracle tengah mematut cermin, memoles wajahnya dengan make up tipis. Semenjak hamil, wanita itu benar-benar malas untuk make up. Jika biasanya Miracle cenderung mengguankan make up bold, sekarang Miracle lebih menggunakan make up polos. Seperti saat ini Miracle lebih memilih memakai moisturizer khusus wanita hamil yang dia pesan pada dokter kulitnya serta bedak dan juga lip balm."Selesai," ucap Miracle saat sudah selesai berias. Tubuhnya terbalut oleh mini dress lengan pendek berwarna biru dengan motif printed flower.Setelah berias, tatapan Miracle teralih pada jam dinding. Waktu menunjukan pukul sembilan pagi. Hari ini dia dan Mateo akan pergi ke perkebunan anggur. Entah kenapa Miracle ingin ke sana. Mungkin cuaca yang sejuk dan pemandangan yang indah membuat Miracle ingin ke sana."Miracle," Mateo melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya yang baru saja selesai berias. Ditangannya dia memegang susu khusus Ibu hamil. Dia
Read more

Bab 93. Ungkapan Perasaan

BrakkkkkTubuh Miracle terjatuh bersamaan dengan sang suami. Tatapan Miracle berubah. Raut wajahnya menegang, dan mata yang berkaca-kaca. Dia menatap sebuah benda mengenai kepala Mateo. Darah mengalir deras membasahi lantai. Suara teriakan semua orang membuat Miracle terpaku."M-Mateo..."Suara Miracle tercekat. Dia melihat darah keluar dari kepala Mateo. Air matanya tidak henti berlinang membasahi pipinya. Dia langsung memeluk kepala Mateo, menekan luka yang ada di kepala sang suami agar pendarahan itu berhenti."Jangan menangis, sayang. Aku tidak apa-apa." Mateo masih sadar. Dia membawa tangannya mengusap air mata istrinya itu."Harusnya kau tidak melakukan semua ini!" isak Miracle keras. Dia terus menekan luka Mateo.Mateo hanya tersenyum. Didetik selanjutnya, kesadaran Mateo mulai melemah dan tidak sadarkan diri. Miracle semakin menangis kencang saat Mateo sudah kehilangan kesadarannya.Dante bersamaan dengan para karyawan yang lainnnya membawa Mateo ke ruang kesehatan. Miracle te
Read more

Bab 94. Ingin Babymoon

Malam semakin larut, Mateo dan Miracle memutuskan untuk menunda kepulangan mereka. Mengingat kecelakaan kecil terjadi, tidak mungkin Mateo langsung pulang ke rumahnya. Kini Mateo dan Miracle berada di rumah yang dekat perkebunan anggur. Rumah ini adalah rumah yang memiliki banyak kenangan untuk mereka."Mateo, kau duduklah. Aku akan menggantikan perbanmu." Miracle berucap dengan suara pelan saat memasuki kamar pada Mateo.Mateo hanya megangguk menuruti perkataan istrinya. Kemudian Mateo duduk di sofa. Sedangkan Miracle mengambil kotak obat yang sudah disiapkan oleh pelayan. Sebenarnya Dokter meminta agar Mateo di rawat di rumah sakit satu atau dua hari. Namun Mateo menolaknya tegas. Pria itu tidak ingin hanya karena luka kecil di kepalanya, dia harus di rawat. Itu kenapa sekarang Mateo dan Miracle berada di rumah di dekat area perkebunan anggur."Apa ini sakit sekali?" tanya Miracle saat menggantikan perban di kepala Mateo. Sejak tadi suaminya itu hanya menatap dirinya saat tengah men
Read more

Bab 95. Peringatan Dari Sean

Miracle mematut cermin. Dia mengusap lembut perutnya yang masih rata. Dia tidak menyangka ada sesuatu yang hidup dalam perutnya. Buah cintanya dengan Mateo adalah hadiah yang terindah yang pernah didapatkan Mircale. Seketika senyum di bibir Miracle terukir membayangkan perutnya akan membuncit. Sungguh, Miracle tidak sabar untuk moment itu.“Apa nanti aku akan sangat gemuk?” gumam Miracle seraya mengukur pinggangnya.Tidak bisa dipungkiri, Miracle memiliki tubuh layaknya seorang model. Tinggi dan berat badan yang ideal. Bahkan Miracle jauh lebih tinggi dari Selena, saudara kembarnya sendiri. Jika Selena lebih mirip pada Ibunya yang bertubuh mungil, berbeda denganMiracle yang memiliki tubuh tinggi seperti ayah dan kedua saudara laki-lakinya.Harusnya Miracle bisa menjadi seorang model. Namun, tentu saja kedua orang tuanya tidak pernah memberikan izin dirinya masuk ke dalam dunia entertainment. Lepas dari itu, Miracle pun kurang tertarik jika menjadi seorang model ataupun artis. Bisa dib
Read more

Bab 96. Hubungan Yang Telah Usai

“Mateo, hari ini kau tidak ke kantor, kan? Hari ini kau akan bersama denganku, kan?” Miracle bertanya memastikan kala mobil Mateo telah terparkir di rumah sakit, tempat di mana dia akan memeriksa kandungannya.“Iya.” Mateo membawa tangannya mengusap lembut kepala Miracle. “Aku sudah meminta Gustav menggantikan pekerjaanku.”Miracle tersenyum. “Terima kasih, sayang.”“Kita turun sekarang,” ucap Mateo sembari mencubit pelan hidung Miracle.Miracle mengangguk. Kemudian dia dan Mateo turun dari mobil, memasuki lobby rumah sakit, menuju ruangan dokter kandungan. Saat tiba di depan ruang dokter, Mateo tidak perlu lagi mendaftar ataupun menunggu karena Mateo adalah salah satu investor di rumah sakit ini. Dan tentu saja, dia sudah meminta Gustav mengatur semuanya, agar istrinya merasa nyaman.“Tuan Mateo… Nyonya Miracle…” sapa sang Dokter dengan ramah pada Mateo dan Miracle. Dokter bername tag. ‘Dr. Carmel’ mengulas senyumannya kala Mateo dan Miracle masuk ke dalam ruang kerjanya.“Hi, Dokte
Read more

Bab 97. Menemani Mateo

Saat pagi menyapa, Miracle sudah lebih dulu bagun dari Mateo. Dia menyiapkan segala yang dibutuhkan oleh suaminya itu untuk berangkat ke perusahaan. Miracle pernah melihat Marsha, Ibunya yang menyiapkan pakaian untuk ayahnya. Dia tidak pernah menyangka akan ada saatnya dirinya seperti ini. Menjadi seorang istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Jika membayangkan semua itu membuat Miracle tidak henti tersenyum bahagia.“Apa yang kau pikirkan?” Mateo berdiri di ambang pintu walk-in closetnya. Dia baru saja selesai mandi dan handuk masih terlilit di pinggangnya.“Kau sudah selesai?” Miracle mengalihkan pandangannya, dia menatap Mateo yang melangkah mendekat ke arahnya.“Sudah.” Mateo mengecup bibi Miracle. “Harusnya kau tidak perlu menyiapkan untukku. Biarkan pelayan saja. Kau sedang hamil, sayang. Aku tidak ingin kau kelelahan.”Miracle menghela napas dalam. “Istrimu adalah aku. Bukan pelayan. Biarkan aku yang menyiapkan apa yang kau perlukan.”Senyum di bibir Mateo terukir me
Read more

Bab 98. Mengajak Lunch Bersama

Mateo duduk di kursi kepemimpinan. Dia mengetuk pelan meja dengan jemarinya berirama. Di ruang meeting, dia masih menunggu kedatangan Arsen. Dan sedangkan Blade yang sejak tadi menjelaskan tentang beberapa project yang akan di jalankan tahun ini, Mateo tidak terlalu memperhatikannya. Pasalnya, Mateo sudah kesal menunggu kedatangan Arsen. Mateo memang tidak suka, jika ada yang terlambat ketika meeting dengannya.“Tuan Mateo, apa anda setuju dengan penawaran yang saya berikan?” tanya Blade seraya menatap Mateo.“Berikan proposalnya, aku akan mempelajarinya,” jawab Mateo dingin dengan raut wajah datar.“Maaf aku terlambat.” Arsen melangkah masuk ke dalam ruang meeting, dia langsung duduk di samping Mateo.“Kenapa kau baru datang sekarang?” Mateo menghunuskan tatapan tajamnya pada Arsen yang baru saja datang.“Ada wanita yang menabrak mobilku. Jadi aku bermain-main dulu dengannya.” Arsen menjawab dengan santai, dia menyandarkan punggungnya di kursi dan menyunggingkan senyuman misterius.“
Read more

Bab 99. Pulang Lebih Dulu

Mateo membawa Miracle ke sebuah restoran Italia yang terletak tidak jauh dari perusahaan. Tanpa harus menunggu, Mateo tentu dengan mudahnya masuk memesan ruang VIP. Kini Mateo, Miracle bersamaan dengan Arsen dan Charlotte pun masuk ke dalam ruang VIP.Mateo tidak ingin diganggu oleh siapapun. Itu kenapa Mateo lebih menyukai ruangan privat. Dia tahu banyak paparazzi yang selalu diam-diam mengambil gambar moment dirinya bersama dengan istrinya. Bukan tidak suka, hanya saja terkadang Mateo tidak ingin privasinya diusik. Terlebih sekarang Miracle tengah hamil, sejak hamil istrinya itu cenderung sensitive.Saat Mateo, Miracle, Arsen dan Charlotte sudah duduk, tak berselang lama para pelayan menghidangkan seafood yang telah dipesan ke atas meja. Setelah makanan terhidang, semua orang yang ada di sana mulai menikmati makanan mereka.Hal pertama yang dilakukan oleh Miracle adalah menyiapkan makanan untuk Mateo. Mengingat Ibunya selalu menyiapkan makanan untuk ayahnya. Beberapa kebudayaan Indo
Read more

Bab 100. Kedatangan Dominic

“Tuan… Nyonya…” Pelayan menundukan kepalanya kala melihat Mateo dan Miracle baru saja tiba di penthouse.“Di mana adikku?” tanya Miracle langsung yang tak sabar. Kilat mata birunya terpancarkan kebahagiaan. Terlihat jelas Miracle sangat ingin bertemu dengan adik laki-lakinya itu.“Nyonya, Tuan Muda Dominic berada di perpustakaan,” ujar sang pelayan memberitahu. Miracle tersenyum. Kemudian, dia memeluk lengan sang suami—menuju perpustakaan. Mateo yang melihat wajah sang istri yang begitu sumiringah bahagia, dia pun ikut tersenyum.“Domino...” Suara Miracle berseru memanggil nama kecil adik laki-lakinya itu kala memasuki perpustakaan.Dominic berdiri tegap dan tengah membaca sebuah buku, dia sedikit terkejut mendengar suara Miracle. Tiba-tiba, Miracle menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Dominic. Domonic masih diam dan memasang wajah dingin dan tanpa ekspresi kala kakaknya memeluknya erat. Dia tidak membalas pelukan itu, dan juga tidak menolaknya.“Aku merindukanmu, Domino.” Miracl
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status