Home / Pernikahan / Hanya Wanita Pengganti / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Hanya Wanita Pengganti : Chapter 181 - Chapter 190

195 Chapters

Bab 181. Always Be Yours

“Nyonya.” Seorang pelayan menyapa Miracle yang baru saja pulang. Setelah tadi pergi bersama dengan Charlotte; kini Miracle kembali ke rumah. Tampak di belakang Miracle ada para pengawal Mateo yang membawakan shopping bag milik Miracle. Membuat sang pelayan sedikit menggaruk tengkuk lehernya, kala melihat begitu banyak barang belanjaan Miracle. Well… Hobby Miracle banyak berubah sejak hamil. Sekarang Miracle jauh lebih menyukai berbelanja, ke salon demi merawat kecantikannya. Bahkan Miracle sendiri bingung pada dirinya yang menyukai kebiasaan yang dulunya menurut Miracle sangat membosankan.Kenyataanya sekarang menjadi hal yang Miracle sangat sukai. Tenty Merawat kecantikan karena Miracle tidak ingin sang suami melihat-lihat wanita lain. Walau sebenarnya, Miracle tahu Mateo tidak akan mungkin berpaling darinya. Namun, entah bersolek sekarang merupakan hal yang disukai Miracle. Dia selalu menginginkan tampil cantik di depan sang suami. Sepulang dari rumah baru Charlotte, Miracle meman
Read more

Bab 182. Larangan Keras Mateo 

Miracle mengusap perut buncitnya. Tatapan Miracle teralih pada para pelayan yang tengah memasang foto babymoon-nya dengan Mateo. Seketika senyuman Miracle terukir melihat foto-foto yang terpasang itu. Tanpa terasa kandungan Miracle memasuki minggu ke tiga puluh satu. Kandungan Miracle semakin membesar. Meski mulai tidak nyaman kala tidur, tapi Miracle tetap menikmati masa-masa kehamilannya. “Nyonya, apa ada yang kurang?” tanya sang pelayan seraya melihat Miracle.“Tidak. Ini semua sudah bagus,” jawab Miracle pelan. “Hm, apa suamiku masih menerima telepon?” tanyanya. Sebelumnya suaminya itu mendapatkan telepon dari Gustav, asisten dari sang suami.“Terakhir saya lihat sebelum ke sini, Tuan Mateo masih tengah menerima telepon, Nyonya,” kata sang pelayan sopan. “Aku di sini.” Suara Mateo menyela ucapan sang pelayan sontak membuat para pelayan yang ada di sana langsung menundukan kepalanya pamit undur diri kala Mateo sudah datang. “Kau sudah selesai?” tanya Miracle kala sang suami tib
Read more

Bab 183. Berusaha Membuatmu Bahagia 

Mateo mengembuskan napas kasar kala mengingat dirinya tadi membentak sang istri. Dia tidak bermaksud untuk membentak istrinya itu, namun kemarahan dalam dirinya tidak lagi bisa terbendung kala Miracle meminta untuk ke Jakarta. Kandungan Miracle sudah membesar. Dia tidak mau menanggung resiko. Terlebih jarak Milan ke Jakarta tidaklah dekat. Itu yang membuat Mateo tidak mungkin menuruti keinginan Miracle.Mateo menyandarkan punggungnya di kursi. Dia duduk di ruang kerjanya yang ada di penthousenya. Kemudian, mengambil gelas sloki yang ada di hadapannya yang berisikan wine dan disesapnya pelan. Suara ketukan pintu terdengar, Mateo mengalihkan pandangannya dengan raut wajah yang begitu dingin. Kini Mateo menginterupsi orang yang mengetuk pintu itu untuk segera masuk. “Tuan Mateo,” sapa Gustav, asisten Mateo seraya melangkah masuk ke dalam ruang kerja Mateo. Mateo mengembuskan napas kasar melihat kedatangan Gustav. Kini dia meletakan gelas yang ada di tangannya ke atas meja dan tatapan
Read more

Bab 184. Suami yang Selalu Mengalah 

“Mateo, kita pesawat jam berapa?” Miracle keluar dari walk-in closetnya, mendekat pada Mateo yang duduk di sofa. Kini tubuh Miracle sudah terbalut dress polos lengan panjang berwarna merah dipadukan dengan stocking hitam. “Kita pesawat jam sembilan,” jawab Mateo seraya menatap sang istri yang duduk di sampingnya. Kemudian, Mateo mengambil susu cokelat hangat yang ada di atas meja dan memberikannya pada sang istri. “Minumlah. Kau belum meminum susu cokelatmu.” Miracle tersenyum. “Terima kasih, Sayang,” balasnya sembari meminum perlahan susu cokelat yang sebelumnya sudah disiapkan oleh sang pelayan.“Lebih baik kita berangkat sekarang. Arsen dan Charlotte akan satu pesawat dengan kita,” ujar Mateo yang sedikit membuat Miracle terkejut. “Arsen dan Charlotte ikut kita? Bukannya tadi malam Arsen bilang baru bisa berangkat besok?” tanya Miracle yang tak mengerti. Tadi malam Miracle baru saja menghubungi Charlotte membahas tentang ke Jakarta. Sebelumnya Charlotte pun sudah tahu kabar keh
Read more

Bab 185. You're Really Making Me Crazy

“Miracle, kenapa makananmu tidak dihabiskan?” Mateo bertanya seraya menatap Miracle yang baru saja menyudahi makannya. Tidak biasanya Miracle tidak menghabiskan makanannya. Padahal istrinya itu selalu menyantap semua makanan. Terutama sejak kandungannya mulai membesar, nafsu makan sang istri semakin bertambah. “Kenyang, Sayang. Nanti saja sepulang dari rumah sakit aku makan lagi,” jawab Miracle sembari mengusap-usap perut buncitnya.“Yasudah, tapi nanti kau harus makan lagi. Aku tidak ingin kau makan sedikit,” balas Mateo mengingatkan sang istri. Miracle tersenyum hangat. “Iya, Sayang. Nanti aku akan makan lagi.” Suara dering ponsel terdengar membuat Miracle langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel yang berbunyi itu. Tampak kening Mateo berkerut kala melihat ponsel Miracle yang berbunyi. Miracle mengambil ponselnya, dan menatap ke layar—seketika senyuman di bibir Miracle merekah melihat nomor Selena, saudara kembarnya menghubunginya. Tanpa menunggu, Miracle langsung menggeser
Read more

Bab 186. Kau Tetap Sangat Cantik 

Sudah lima hari Mateo dan Miracle berada di Jakarta. Tiba waktunya untuk Mateo dan Miracle kembali ke Milan. Setelah ini Mateo tidak akan lagi mengizinkan Miarcle untuk melakukan penerbangan jauh. Bahkan setelah melahirkan pun, Mateo tidak bisa mengizinkan Miracle melakukan penerbangan lagi. Paling tidak anak mereka harus berusia tiga bulan baru bisa pergi melakukan penerbangan ke luar negeri. Mateo tidak berani jika menanggung resiko. Beruntung, Miracle tidak melawan aturannya. Mateo menjadi tenang karena Miracle mendengarkan perkataannya. Selama lima hari di Jakarta, Mateo dan Miracle pun sangat menikmati liburan mereka. Walau singkat tapi Mateo dan Miracle sangat memanfaatkan waktu. Seperti befoto, lalu mengunjungi keluarga yang ada di Jakarta, dan terakhir dua hari lalu Mateo dan Miracle berlatih menembak. Terdengar aneh, tapi Mateo memang memiliki istri yang tangguh. Itu kenapa memegang pistol adalah hal biasa bagi Miracle. Tepatnya saat Mateo dan Miracle berlatih menembak; Se
Read more

Bab 187. Kejutan Manis 

Miracle melihat sebuah gaun indah berwarna merah yang sangat cantik. Baru saja anak buah suaminya mengantarkan gaun untuknya. Gaun yang tepat untuk wanita hamil. Bagian perut terlihat longgar, membuat Miracle yakin dirinya akan merasa nyaman. Jujur, Miracle masih bingung ke mana Mateo akan membawanya. Biasanya kalau ada jamuan makan malam maka suaminya itu akan mengatakan padanya. Namun kenyataannya Mateo tidak mengatakan apa pun. Membuat dirinya benar-benar semakin penasaran. Miracle menghela napas panjang. Dia mengalihkan pandangannya ke jam dinding—waktu menunjukan pukul lima sore. Sudah waktunya, dia untuk bersiap-siap. Kini Miracle memilih untuk merias wajahnya. Semenjak hamil, Miracle memang menyukai bersolek. Bahkan kemampuan Miracle dalam merias wajah sangatlah hebat. Seperti saat ini, nyatanya Miracle begitu hebat merias wajahnya dengan riasan bold. Dia memadukan make up bold dengan gaun warna merah yang diantarkan oleh anak buah suaminya itu. Setelah selesai berias, Mira
Read more

Bab 188. Kontraksi 

Kandungan Miracle mulai memasuki tiga puluh delapan minggu. Perutnya kian membesar. Mateo sudah melarang Miracle berpergian. Hari demi hari, Miracle lewati dengan bersantai di rumah. Atau kalau pun bosan, biasa Miracle menonton film di rumah dan emminta Charlotte untuk menemaninya. Miracle sungguh bersyukur karena di Milan tidak tinggal seorang diri. Ada Charlotte—sepupunya yang selalu menemani dirinya. Seperti saat ini, Miracle pun tengah duduk di sofa empuk kamarnya sembari menonton film action kesukaannya. Tadi pagi Mateo mengatakan akan pulang terlambat hari ini. Mengingat banyaknya tanggung jawab Mateo, membuat Miracle paling tidak mengerti. Lagi pula Miracle pun masih belum merasakan apa apa. Terakhir saat konsultasi dengan dokter, kandungan Miracle sehat dan baik-baik saja. Kelahiran bayinya diperkirakan baru minggu depan. Itu kenapa Miracle masih duduk bersantai di rumah. “Ah, kenapa wanita itu lemah sekali. Harusnya dia menghajarnya dari sisi kiri. Gunakan pisaumu dengan b
Read more

Bab 189. Welcome to Baby Girl

Di ruang persalinan, suasana begitu mencekam. Suara jeritan dan rintihan sakit Miracle membuat Mateo semakin panik. Berkali-kali Mateo membiarkan istrinya itu menggigit lengannya dan menarik rambutnya hanya demi sang istri bisa mengurangi rasa sakitnya. Sekitar satu jam lalu dokter baru saja memeriksa Miracle. Sang dokter mengatakan harus menunggu sebentar karena kepala bayi masih belum terlihat. Mateo sudah menawarkan Miracle untuk melakukan proses persalinan dengan operasi sesar. Sayangnya Miracle menolak itu dengan tegas. Miracle berkali-kali menekankan pada Mateo bahwa ingin melahirkan secara normal. Well… Keras kepala Miracle membuat jantung Mateo ingin berhenti. Bagaimana tidak? Sudah cukup lama mereka di rumah sakit tapi dokter masih memgatakan harus menunggu. Sedangkan Mateo tidak tega melihat Miracle yang sejak tadi merintih kesakitan. “Mateo…” Miracle menatap sang suami dengan wajah yang masih pucat. “Iya, Sayang. Aku di sini. Bertahanlah.” Mateo menghapus keringat sang
Read more

Bab 190. Kehamilan Charlotte

Huee…. Huee….Charlotte memuntahkan semua isi perutnya ke wastafel. Kepalanya memberat. Pandangannya sedikit buram. Charlotte memutar keran wastafel, lalu membasuh mulutnya dengan air bersih. Sesaat Charlotte memijat pelipisnya kala rasa sakit di kepalanya begitu menyerang. “Astaga, kenapa aku pusing sekali seperti ini. Ada apa denganku.” Charlotte bergumam pelan. “Sudahlah lebih baik aku istirahat saja.” Charlotte melangkah keluar dari kamar mandi, tetapi tatapannya teralih pada suara pintu terbuka. Seketika mata Charlotte tampak terkejut melihat Arsen yang membuka pintu kamar. Padahal tadi baru saja suaminya itu berpamitan untuk berangkat ke kantor. “Arsen? Kenapa kau kembali?” Charlotte hendak mendekat. Namun pandangan Charlotte semakin buram. Rasa sakit dikepalanya begitu menyerang. Tiba-tiba tubuh Charlotte tidak seimbang. Tepat di saat Charlotte terjatuh, Arsen langsung menangkap tubuhnya. “Sayang kau kenapa?” Arsen menjadi panik saat menangkap tubuh Charlotte yang hampir te
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status