All Chapters of Terjebak Bersama Bos Cantik yang Angkuh: Chapter 71 - Chapter 80

120 Chapters

Bab 71

Ivan segera meluncur ke alamat rumah Seila bersama salah seorang guru perempuan bernama Ririn yang merupakan temannya Seila di sekolah. Kini keduanya tengah berdiri di depan pintu rumahnya Seila yang tampak lengang. Telah sampai. Ivan segera mengetuk pintu, juga mengucapkan salam. Begitu pula dengan Ririn yang juga melakukan hal yang sama. Dikarenakan rumah Seila berada di kawasan padat penduduk, yang harus melewati gang-gang sempit, Ivan memarkirkan mobil di tepi jalan. Lalu keduanya harus berjalan kaki untuk menuju rumahnya Seila. Butuh ketukan pintu sampai tiga kali, baru terdengar penghuni rumah yang menyahut dari dalam. Kemudian, muncul wanita paruh baya yang sepertinya adalah Ibunya Seila membukakan pintu. Seketika dia terhenyak saat mengenali salah satu dari mereka, "Ririn, teman sesama gurunya Seila, bukan?" ucap Ibu itu seraya menunjuk Ririn hendak memastikan. Ibunya Seila mengenali Ririn sebab Ririn sudah pernah ke rumahnya. Pun tahu jika Ririn adalah temannya S
Read more

Bab 72

Dan hal yang Ivan takutkan adalah Seila dijadikan simpanan atau budak seks oleh orang-orang itu. Atau yang lebih mengerikannya lagi adalah Seila bisa saja dijual dengan harga yang sangat tinggi. Apalagi Seila memiliki wajah yang cantik dan tubuh indah. Pasti banyak yang menaruh minat padanya. Ivan tahu banyak tentang bisnis orang-orang dunia hitam. Kini Ivan benar-benar marah dan tidak rela jika hal itu sampai terjadi. Pasti, ia akan menghajar orang-orang yang berani melakukan hal demikian kepada Seila. Di saat ini, tangis Padmi pun pecah, seketika langsung menangkupkan wajah dengan kedua telapak tangannya seraya berkata. "Ini semua gara-gara suami saya. Kalau saja suami saya tidak berjudi di tempatnya dan tidak terlilit hutang padanya. Pasti, Seila tidak akan jadi korban!" Mendapati Padmi bersikap demikian, Ririn buru-buru mendekat dan mengusap lembut pundak Ibunya Seila tersebut. Bermaksud menenangkan. "Maafkan kami, Bu. Kami tidak tahu kalau ternyata suaminya Bu Padmi me
Read more

Bab 73

Pukul setengah tujuh malam, begitu Susan pulang, Ivan langsung mengutarakan niatnya yang hendak memenuhi ajakan makan malam Monica di rumahnya sekaligus mengajaknya untuk ikut. Keduanya bicara dengan duduk di sofa ruang TV. Sebelumnya, Ivan berkata jujur mengenai kejadian ia yang menolong Monica di basement apartemen yang membuat wanita itu merasa harus membalas kebaikannya dengan menjamunya makan malam. Seharusnya Ivan tidak perlu ijin pada Susan bukan? Toh Susan memperbolehkan dirinya dekat dengan wanita mana pun selama mereka menikah kontrak. Tapi entah kenapa, Ivan ingin tetap ijin kepada Susan. Kalau pun tidak, pasti Susan akan bertanya ia habis dari mana. Ia akan diinterogasi. Jadi lebih baik ijin saja. Selain itu, ia ingin mengetahui reaksi Susan. Namun kalau dipikir-pikir kembali, Susan memang harus ikut dengannya malam ini supaya Monica berhenti mengejarnya. Mungkin saja jika Susan yang mengatakannya, Monica tidak berani membujuknya lagi sebab Susan adalah istriny
Read more

Bab 74

Dress model backless yang memperlihatkan bagian punggung. Memberikan kesan glamor sekaligus seductive. Melihat penampilan Monica seperti itu, membuat Susan berpikir aneh-aneh. Apakah dia sengaja mengenakan pakaian yang memperlihatkan bagian tubuhnya yang putih dan mulus itu kepada Ivan? Untuk menggodanya? Kala memikirkan hal itu, tiba-tiba saja, Susan menjadi kesal. Takut Ivan akan terpesona. Susan sendiri mengenakan dress dengan aksen kerah mengembang dan potongan dada rendah dengan warna emerlad, yang sebenarnya penampilannya tak kalah glamor dari Monica. Bukan main, dua kata cantik dan seksi menggambarkan penampilan dua wanita itu malam ini. Lalu, Monica beralih menatap Susan. Pemandangan Susan yang tengah menggandeng lengan Ivan dengan mesra membuatnya merasa iri. Aneh, ia langsung tidak suka, juga merasa cemburu. Padahal, wanita itu adalah istrinya Ivan. Wajar jika dia melakukan hal demikian pada suaminya. Kenapa Ivan tiba-tiba sudah menikah sih! Kenapa aku tidak
Read more

Bab 75

Adiwijaya menganggap seakan-akan Ivan telah bersedia bekerja pada keluarganya. Padahal Ivan sudah berkali-kali mengatakan jika tidak bisa kepada Monica. Tapi kenapa Adiwijaya berkata demikian? Seketika wajah Ivan berubah masam, menduga jika Monica berkata yang tidak-tidak pada Ayahnya. Ivan pun menatap Monica dengan menautkan alis, seakan meminta penjelasan darinya. Namun respon dari wanita itu sungguh mengesalkan, ia hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Sementara Susan menjadi ketar-ketir. Tentu saja ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia akan segera menyampaikan permintaan tolong Ivan tadi untuk disampaikan kepada Adiwijaya. Enak saja mereka main memperkerjakan Ivan begitu saja. Ivan itu... miliknya! Namun belum sempat Susan angkat bicara, pemuda bernama Alex yang baru saja diperkenalkan Adiwijaya kepada Ivan sudah berdiri di samping Ivan. Lalu, dengan ekspresi wajah datar, pemuda yang merupakan pengawal kepercayaan keluarga Adiwijaya itu menjabat
Read more

Bab 76

Begitu pula dengan Adiwijaya yang juga langsung menatap Alex. Pengawalnya itu memasang ekspresi wajah datar. Sejenak. Keduanya saling tatap. Namun Adiwijaya tidak mempercayai ucapan salah satu orang kepercayaan lainnya bernama Doni itu. Ia mempercayai Alex sepenuh hati, melebihi apa pun. Alex sudah bertahun-tahun mengabdi pada keluarganya, selama itu pula, dia tidak pernah menunjukan tanda-tanda berkhianat. Semua apa yang dia lakukan selalu lapor kepadanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Apalagi dulu Alex dibawa oleh sahabatnya yang berpesan untuk mempekerjakan Alex. Sahabatnya itu memuji betapa hebatnya Alex, juga kepribadiannya yang baik. Intinya, kata sahabatnya itu, tidak ada alasan untuk menolak Alex, katanya pula ia akan menyesal jika tidak menerima Alex. Sebab sahabatnya sendiri yang mengatakan hal itu, Adiwijaya pun percaya. Setelah ia mencari tahu latar belakang Alex sebab tentu harus memastikan lebih dulu, pun setelah Alex bekerja padanya tidak ada hal yang
Read more

Bab 77

Tiba-tiba... Masuk rombongan tukang pukul dengan membawa senjata di tangan masing-masing ke dalam ruang makan. Seketika mengepung semua orang. Adiwijaya dan Monica begitu tersentak, mengenali beberapa dari mereka, tapi ada yang tidak sebab mereka adalah pasukan elit yang dibentuk dan dilatih sendiri oleh Alex. Alex mempersipakan pasukan itu dengan tujuan untuk mengkhianati mereka berdua? Di titik ini, Adiwijaya dan Monica marah besar. Juga begitu menyesal karena telah mempercayai Alex sepenuhnya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau berkhianat, Lex—" Namun ucapan Adiwijaya mendadak terhenti. Alex telah maju, dalam gerakan yang begitu terlatih, cepat dan akurat, dia telah memiting Adiwijaya dan membantingnya jatuh ke lantai. Melihat hal itu, Monica berteriak memanggil Ayahnya. Sedangkan Ivan dan Susan begitu tersentak. Sedetik, tanpa memberikan lawannya jeda untuk bernafas, Alex telah mencabut pistolnya. Demi melihat hal itu, Ivan dan Monica refleks bergerak h
Read more

Bab 78

Selagi Monica tengah menangis histeris dengan memangku kepala Ayahnya, Alex naik dan duduk di atas meja makan. Lalu, ia menghisap rokok dan berkata. "Yang tidak berkepentingan, silahkan pergi dari sini!" Tentu perkataan itu ditunjukan untuk Ivan dan Susan. Mendengar hal tersebut, Ivan menggeram, ia tahu bagaimana rasanya dikhianati. Bagaimana tidak, seseorang yang selama ini kita percayai, tapi ternyata menusuk dari belakang! Di sisi lain, Ivan merasa bersalah karena tidak bisa menahan Alex membunuh Ayahnya Monica. Sedangkan Susan lemas bukan main. Begitu shock berat sebab kejadian itu terjadi sangat cepat. Kehilangan orang tua, hal yang paling menyakitkan dalam hidup! Ia sudah pernah mengalaminya sendiri, apalagi dengan cara dibunuh seperti itu di depan mata sendiri... Lupakan soal kekesalannya terhadap Monica tadi, ia menjadi kasihan dengannya. Di titik ini, Ivan menghela napas. Baik lah. Adiwijaya telah mati. Namun ia harus menolong Monica. Sama seperti Susan, I
Read more

Bab 79

"Ada, Van," jawab Monica setelah berpikir sejenak. "Ayah memiliki kakak yang tinggal di Novena," "Nona mau pergi ke sana?" tanya Ivan hendak memastikan. Monica yang duduk di jok belakang dengan memangku kepala jasad Ayahnya mengangguk. "Iya, tolong antarkan aku ke sana," Ivan menoleh ke belakang sebentar, lantas mengangguk. "Maaf aku jadi merepotkan kalian," ucap Monica serak. "Maaf pula karena aku harus melibatkan kalian berdua, kalian harus terjebak dalam situasi seperti ini." Mendengar itu, Susan langsung menoleh ke belakang menghadap Monica seraya menggeleng. "Sudah. Jangan pikirkan hal itu Nona. Kita semua tidak ada yang tahu bukan jika kejadiannya akan seperti ini?" ucap Susan. "Yang penting kita semua selamat dan Nona bisa menempatkan Ayah Nona di tempat peristirahatan terakhirnya dengan layak." Ucapan Susan dibalas anggukan kepala Monica. Susan lanjut berkata, "Aku turut berduka cita dengan apa yang terjadi dengan Tuan Adiwijaya, pemilik Grup Adiwijaya yang terke
Read more

Bab 80

Sebab sejak tadi perhatiannya hanya terfokus kepada Adiwijaya dan Monica saja, membuatnya tidak menyadari keberadaan mereka berdua. "Siapa mereka berdua?" "Mereka Ivan dan Nona Susan, Paman. Mereka berdua sepasang suami istri yang menolongku dan membawaku ke sini." Monica buru-buru mengenalkan. "Mereka berdua tamuku yang kebetulan masih berada di rumah saat kejadian Alex membunuh Ayah. Sebelumnya, kami mengajak mereka berdua makan malam di rumah kami karena Ivan sudah menolongku dari Johan yang hendak berbuat jahat kepadaku." Kata Monica lagi. Yudis mangguk-mangguk mendengarnya. Tersenyum kecil, Yudis berkata, "Terima kasih karena kalian telah menolong Monica dan membawanya ke sini," Ditengah suasana berkabung, mereka berkenalan singkat, juga Ivan dan Susan yang mengungkapkan bela sungkawa atas kematian Adiwijaya. Setelah itu, Ivan dan Susan pamit pergi. Tentu keduanya merasa tenang sekarang sebab Monica sudah bersama anggota keluarganya. Sembari menyetir, Ivan mengajak
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status