Semua Bab Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 481 - Bab 490

538 Bab

Sama-sama Mau Perhatian

Siang itu, Aksa masih berada di ruang kerjanya dengan banyaknya tumpukan berkas di meja. Dia sedang membaca beberapa perencanaan bisnis untuk mengembangkan perusahaannya.“Masih sangat sibuk?”Aksa terkejut mendengar suara Alina. Dia langsung menoleh dan melihat istrinya ternyata sudah berada di ruangannya. Aksa tersenyum lebar, karena terlalu fokus bekerja, membuatnya sampai tidak menyadari kalau Alina datang.“Aku tidak mendengar kamu mengetuk pintu,” ucap Aksa langsung berdiri dari tempat duduknya untuk menghampiri Alina.“Aku memang tidak mengetuk pintu,” balas Alina.Aksa mengajak Alina duduk. Alina membawa paper bag berisi makan siang seperti yang dijanjikannya pagi tadi.“Arlo tidak rewel tahu kamu akan ke sini dan tidak diajak?” tanya Aksa.“Oh, dia pergi bersama Naya dan Bams. Katanya mau main ke rumah Anya. Nanti aku ke sana setelah dari sini,” jawab Alina seraya mengeluarkan kotak makanan dari dalam paper bag.“Ternyata dia mau lepas darimu karena Anya?” Aksa keheranan.“Iya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Daniel : Memberi Hadiah

“Apa itu penting?”Pertanyaan Daniel membungkam Karin. Dia mengulum bibir dan menggeleng.Daniel sendiri tidak mau bersikap baik, jangan sampai sikap baiknya disalahartikan.Daniel melihat Karin yang diam tertunduk. Dia pun memutuskan untuk pergi daripada terlalu lama berinteraksi dengan Karin.“Tunggu, kamu tidak jadi mencari aksesoris? Aku bisa menunjukkan beberapa barang yang mungkin cocok dengan yang kamu inginkan,” ucap Karin membujuk seraya meremat jari.Daniel diam sejenak, tetapi setelahnya mengangguk. Dia mengikuti Karin menuju display khusus aksesoris anak-anak.“Anak itu biasanya suka apa? Bando, jepit rambut, kalung, atau gelang mungkin?” tanya Karin mencoba mengajak bicara Daniel.Daniel tak menjawab pertanyaan Karin. Dia lebih memilih fokus memperhatikan aksesoris yang terpajang di sana, hingga tatapannya tertuju pada gantungan ponsel yang lucu dan menggemaskan.“Itu lucu,” ucap Karin.Daniel tetap tak bicara pada Karin.Karin diam memperhatikan Daniel yang begitu dingin,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Menggoda Atasan

“Dani bilang masih ada urusan di luar, jadi kita tidak perlu menunggunya makan malam,” ujar Alina setelah membaca pesan dari Daniel.Aksa baru saja berganti pakaian. Dia kemudian mendekat pada Alina yang masih duduk di tepian ranjang.“Bagaimana kondisi Anya? Dia sudah lebih baik?” tanya Aksa.Aksa juga bersimpati pada kondisi mental Anya karena selama dua tahun harus melihat sang ayah yang melakukan kekerasan pada sang ibu.“Jika dilihat dari luar, ya dia baik-baik saja. Dia bermain bersama Arlo dengan riang, bukankah itu bagus? Hanya saja, Jia tetap akan membawa Anya ke psikolog, hanya untuk memastikan saja, apa benar Anya baik-baik saja atau ada gangguan mental,” ujar Alina panjang lebar menjawab pertanyaan Aksa.Aksa mengangguk-angguk paham.Mereka pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama. Sudah ada Naya, Bams, dan Arlo di sana.“Mama.” Arlo berlari menghampiri Alina yang baru saja datang.Aksa menghela napas, dia harus pasrah jika Alina diambil alih Arlo.Alina menggandeng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bams : Cuti

“Nona, ini sudah saya buat rincian pesanan desain. Ini juga jadwal undangan Anda untuk acara fashion show tema spring.” Naya memberikan tablet pintar berisi jadwal Alina.“Terima kasih, Nay.” Alina menerima tablet itu, lalu mengecek data di dalamnya.Naya menunggu Alina merespon, lalu atasannya itu memandang ke arahnya.“Kalian jadi pergi hari ini, kan?” tanya Alina.“Jadi, makanya saya berikan dulu rincian ini agar Anda bisa menyiapkan desainnya. Anda tahu ‘kan, Anda terkenal tepat waktu, jadi jangan sampai terhambat sehari dua hari karena saya pergi,” balas Naya.Alina melebarkan senyum.“Iya, kamu memang paling mengerti aku,” ucap Alina, “jika ada apa-apa hubungi aku, ya.” Alina bicara sambil mengusap lengan Naya.Naya tiba-tiba memeluk Alina, membuat wanita itu terkejut.“Terima kasih, Nona. Anda selalu ada untuk saya dan menjadi satu-satunya keluarga untuk saya selama dua tahun ini,” ucap Naya.Alina terkesiap. Dia tersenyum lalu membalas pelukan Naya.“Kalau aku ini keluargamu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bams : Takut Tidak Diterima

Naya melihat wanita itu seperti gemetar. Apa wanita itu tidak menerima kedatangan mereka, atau ada hal lain sehingga respon wanita itu seperti ini?Bams mendekat pada sang ibu. Dia lalu memeluknya.Dalam sekejap, Naya melihat wanita itu menangis begitu kencang sambil mengusap punggung Bams.“Kamu akhirnya mau pulang. Ibu pikir kamu membenci ibu dan hina jika menemui ibumu ini.”Naya melihat wanita itu meraung. Dia menatap Bams yang memeluk erat tubuh wanita tua itu.“Yang penting aku pulang sekarang.”Bams melepas pelukan. Dia menatap sang ibu yang masih menangis.“Aku hanya tidak mau menjadi masalah buat Ibu. Kalau aku membencimu, untuk apa aku memintamu pindah ke sini?”Wanita itu masih menangis meski Bams sudah menjelaskan.“Aku datang karena ingin mengenalkan Ibu dengan seseorang,” ucap Bams.Wanita itu menghentikan tangisnya. Dia menatap Bams dengan wajah masih penuh air mata.Bams menggeser posisi berdiri, lalu menunjuk pada Naya.Wanita tua itu menatap ke arah Bams menunjuk. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Hanya Masa Lalu

Siang itu Alina membantu Daniel pindah ke apartemen. Alina juga membantu Daniel memilih perabot untuk mengisi apartemen, disesuaikan dengan kebutuhan Daniel.“Apa sudah semua?” tanya Alina.“Aku tidak perlu banyak barang, ini sudah cukup.” Daniel sampai menggaruk kepala. Padahal bisa saja tinggal pesan dan kirim, tetapi Alina memaksa untuk tetap memilih sendiri.Alina masih mengecek barang-barang yang dibutuhkan Daniel, baru kemudian merasa tenang jika semua sudah terbeli.“Bagaimana dengan pakaianmu?” tanya Alina setelah selesai melakukan pembayaran dan menggunakan jasa toko untuk mengangkut barang yang dibelinya ke apartemen.“Aku minta tolong sopirnya Bibi untuk mengemas dan mengantar ke sini. Jadi tidak usah boros dengan beli pakaian baru,” jawab Daniel.Alina mengangguk-angguk.“Mama, Alo lapal.” Arlo sejak tadi ikut Alina ke sana-kemari, membuat bocah kecil itu sekarang kelelahan.Alina dan Daniel menoleh bersamaan pada Arlo, mereka sibuk sampai lupa kalau bocah kecil itu ikut d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Aksa : Hanya Berdua

Aksa baru saja sampai rumah sore itu. Dia keheranan, kenapa rumahnya sangat sepi, biasanya Arlo berlarian ke sana-kemari atau bermain di depan.“Alina sudah pulang?” tanya Aksa pada pelayan.“Sudah, Tuan.”Aksa mengangguk dan tidak bertanya lagi. Dia pergi ke lantai atas untuk mencari sang istri.Ternyata benar jika Alina ada di kamar.“Arlo di mana? Tumben sekali sepi, tidak mungkin dia tidur di sore hari, kan?” tanya Aksa seraya melepas jas dan dasinya.Alina sedang duduk di sofa ketika mendengar suara Aksa. Dia segera berdiri untuk menyambut suaminya itu.“Tadi Papa telepon, bilang katanya mau pergi memancing di laut, jadi mau mengajak Arlo. Berhubung Arlo juga mau ikut, jadi tadi aku antar ke sana setelah selesai mengurus apartemen Dani,” jawab Alina.Aksa langsung menatap penuh arti. Ada rasa senang, bahagia, dan seperti bebas.“Jadi, di rumah ini hanya ada kita berdua?” tanya Aksa dengan senyum yang sulit dideskripsikan.Alina mengerutkan alis.“Ada pelayan, sopir, tukang kebun,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bams : Ibu Tetaplah Ibu

Naya duduk di pantai bersama Bams, menikmati suasana malam di sana yang begitu menenangkan. “Apa kamu tidak cemas kalau membiarkan Ibu tinggal di sini sendirian?” tanya Naya seraya menatap pada Bams.Bams menghela napas kasar.“Tidak tahu,” jawab Bams.Naya melotot.“Apanya tidak tahu? Bagaimana bisa kamu berkata tidak tahu? Dia ibumu, harusnya kamu memikirkan baik dan buruknya jika meninggalkannya sendirian seperti ini,” ujar Naya panjang lebar.Bams tidak membalas, tetapi malah mengembuskan napas kasar lagi.“Ya, aku tidak tahu bagaimana perasaanmu pada ibumu, karena itu kamu harus mengambil keputusan sendiri karena kamu yang paling tahu soal kondisinya dan kondisimu,” ujar Naya lagi.Bams diam menatap Naya.“Kita bicara dulu soal rencana pernikahan kita, baru kemudian bicara soal tempat tinggal Ibu,” ujar Bams pada akhirnya.Naya mengangguk.“Tapi, jika ada rencana membawa Ibu, apa kamu tidak keberatan?” tanya Bams memastikan dulu. Jangan sampai keputusannya menjadi masalah di kem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Mencari Inspirasi

Setelah tiga hari mengambil cuti. Akhirnya Naya dan Bams pulang. Malam itu mereka berkumpul bersama dengan Alina dan Aksa di ruang keluarga.“Jadi, bagaimana kabar ibumu?” tanya Alina.“Sehat,” jawab Bams.“Baguslah,” balas Alina ikut lega.Naya dan Bams saling pandang, lalu keduanya menatap pada Aksa dan Alina secara bersamaan.“Kami berencana mendaftar untuk pernikahan di KUA bulan depan,” ucap Naya.“Itu bagus,” balas Alina, “lebih cepat lebih baik, kalau kelamaan takut kalian macam-macam,” sindir Alina.“Saya tidak begitu, Bu.” Bams mengelak. “Kami sudah berkomitmen, harus sah dulu.”Alina menahan tawa, lalu membalas, “Iya, iya, aku hanya memastikan saja.”“Lalu setelah menikah, kami berencana tinggal di rumah sendiri,” ujar Bams.Aksa dan Alina terkesiap. Mereka diam seraya menatap pada Bams.“Itu karena kami sudah sepakat akan mengajak Ibu tinggal bersama kami dan dia sudah setuju,” ujar Bams lagi menjelaskan.Alina dan Aksa saling pandang, lalu mereka menatap pada Bams dan Naya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Berkumpul Bersama

Waktu cepat berlalu. Acara pernikahan Bams dan Naya pun tiba. Hari itu rumah Aksa sibuk menyiapkan pesta kecil yang akan dihadiri teman dekat saja. Semua orang berkumpul di sana setelah Bams dan Naya sah melakukan prosesi pernikahan di KUA. Tak hanya keluarga Aksa dan Alina saja yang hadir di sana, tetapi Jia dan Anya pun ikut turut datang. “Alo mau main sama Anya.” Arlo sangat senang ketika Anya datang. Alina mengangguk, membiarkan Arlo bermain dengan Anya. Dua bocah kecil itu bermain di taman, sedangkan para orang tua menikmati jamuan di samping paviliun. “Setelah ini kalian akan langsung pindah?” tanya Alina. “Iya, lagian Ibu juga sudah datang, jadi biar sekalian saja,” jawab Bams lalu menoleh pada ibunya yang duduk di samping dirinya. Alina memulas senyum. Dia menganggukkan kepala. Tatapan mata Alina kemudian tertuju pada Jia. “Jia, bagaimana proses perceraianmu?” tanya Alina. “Sudah proses persidangan, setelah ini aku akan menyerahkan ke pengacaraku. Jadi aku bisa pergi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4748495051
...
54
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status