Semua Bab Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 491 - Bab 500

530 Bab

Kelihatan Perbedaannya

Alina memperhatikan wajah Daniel. Dia menyadari jika adiknya itu sepertinya kebanyakan minum.“Kamu kebanyakan minum?” tanya Alina.Daniel memegangi kepala.“Sepertinya,” jawab Daniel.Alina mengembuskan napas kasar. Dia akhirnya merangkul lengan sang adik, lalu mengajaknya ke kamar untuk beristirahat.“Sudah aku bilang jangan banyak minum. Kenapa kamu malah banyak minum?” Alina menggerutu karena sang adik susah sekali dinasihati.Alina mengantar Daniel ke kamar, lalu meminta sang adik istirahat.“Sudah, tidur saja di sini. Jangan keluar dan minum lagi,” ucap Alina.Daniel hanya mengangguk.Alina akhirnya meninggalkan Daniel di kamar sendirian. Dia itu tak habis pikir, Daniel jarang mabuk, kenapa sekarang mendadak mabuk.Alina kembali ke taman. Dia bertemu Jia yang sedang menuang jus.“Mau kutuangkan?” tanya Jia.Alina mengangguk.Jia menuang jus ke gelas lalu memberikan pada Alina.“Di mana Daniel?” tanya Jia karena tak melihat pria itu.Alina memilih menenggak jusnya, baru kemudian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Daniel : Mengajak Jalan-jalan

Di rumah Jia. Dia baru saja menemani Anya gosok gigi, lalu mengajak putrinya itu untuk tidur.“Sudah gosok gigi, sekarang berdoa dulu, lalu tidur,” ucap Jia seraya menarik selimut untuk menutupi kaki Anya.Anya mengikuti apa yang dikatakan Jia. Dia berdoa lalu setelahnya menatap Jia lagi.“Mama, janji kita bakal balik ke sini lagi, kan?” tanya Anya seraya memegang ujung selimutnya.Jia menanggapi ucapan Anya hanya dengan seulas senyum.“Mama, Anya suka Paman Daniel. Dia baik, perhatian, sayang Anya juga. Kenapa papanya Anya nggak seperti Paman Daniel?”Jia terdiam mendengar ucapan Anya karena terkejut, tetapi setelahnya dia mencoba tersenyum.“Anya jangan membandingkan, ya. Setiap orang punya karakter sendiri-sendiri, jadi anggap saja memang Anya belum dapat papa terbaik seperti teman Anya yang lain,” ujar Jia mencoba memberi pengertian sebisanya.Anya memejamkan mata, tetapi bibirnya masih berucap, “Kalau boleh minta sama Tuhan, Anya mau papa seperti Paman Daniel, ya. Atau seperti pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Daniel : Membuat Bahagia

Daniel mengajak Anya ke taman bermain. Semenjak masuk sampai melihat-lihat, Anya terus menggandeng Daniel, sedangkan Jia berjalan di samping Anya.“Paman, apa Anya boleh makan gula kapas?” tanya Anya.Daniel langsung menatap pada Jia, lalu berkata, “Anya harus tanya Mama.”Anya menoleh sang mama. Dia takut bertanya karena sudah tahu jawabannya.“Untuk hari ini pengecualian. Anya boleh main dan makan apa pun yang Anya mau.”Bola mata Anya berbinar mendengar jawaban Jia. Dia sangat senang dan tersenyum begitu lebar.“Mama ngizinin. Ayo beli, Paman.” Anya begitu bersemangat, sehingga dia segera menarik tangan Daniel tetapi meninggalkan sang mama.Jia tersenyum melihat Anya begitu bahagia. Hal yang tak pernah dilihatnya dari Anya saat bersama Edwin, kini bisa dilihatnya setelah lepas dari pria itu.Jia menyusul Anya dan Daniel yang sudah lebih dulu pergi ke stand penjual gula kapas.“Mama mau?” tanya Anya seraya mengulurkan gula kapas miliknya.Belum juga Jia menjawab, Daniel sudah lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Curhat Pada Ipar

Aksa dan Daniel berada di rooftop gedung. Aksa berdiri seraya melipat kedua tangan di dada, pinggangnya bersandar pada tembok pembatas rooftop.Daniel sendiri berdiri menghadap ke depan, menggunakan kedua lengan untuk bertumpu pada tepian tembok pembatas..“Kamu mau bicara apa?” tanya Aksa sambil memandang adik iparnya itu.Daniel menghela napas, lalu menjawab, “Tidak tahu.”Aksa mengerutkan alis. Apa maksud tidak tahu itu?“Kamu ingin bicara denganku, tapi kamu tidak tahu apa yang mau kamu bicarakan?” Aksa menatap aneh pada adik iparnya itu.“Aku hanya sedang bingung,” ucap Daniel. Dia memandang ke kedua tangannya.“Bingung?” Satu sudut alis Aksa tertarik ke atas. “Bingung kenapa?”“Beberapa hari ini aku merasakan hal aneh. Seperti kesepian tapi aku tidak tahu kenapa.” Daniel bicara tanpa menatap pada Aksa.Aksa langsung menegakkan badan, dia menatap aneh pada Daniel.“Kesepian?” Aksa sedang mencoba mencerna maksud ucapan Daniel.Daniel menoleh pada Aksa lalu menganggukkan kepala.“En
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Apa Benar Suka?

Saat sore hari. Aksa mencari keberadaan Alina yang ternyata ada di ruang studio. “Masih belum selesai?” tanya Aksa ketika menghampiri Alina.Alina sedang memasang kain di manekin untuk disesuaikan dengan desain buatannya. Dia menoleh saat mendengar suara Aksa.“Baru pulang?” Alina tersenyum manis. Dia langsung meletakkan kain yang dipegangnya ke meja, lalu menghampiri sang suami.Aksa langsung mencium kening Alina dengan lembut, kemudian menatap penuh kasih sayang pada istrinya itu.“Apa kamu perlu karyawan baru?” tanya Aksa cemas karena akhir-akhir ini Alina bekerja dengan sangat keras.“Nanti saja, kalau studio yang kamu janjikan sudah selesai dibangun,” ucap Alina seraya mengusap dasi Aksa. “Untung sekarang, aku masih bisa melakukan semuanya sendiri,” imbuh Alina.“Dani tadi menemuiku,” ucap Aksa.Alina terkesiap. Dia menatap pada Aksa.“Apa ada masalah?” tanya Alina mendadak cemas.“Iya, masalah kenapa dia bersikap aneh akhir-akhir ini,” jawab Aksa.Alina menatap dengan rasa cema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Daniel : Perhatian Daniel

Daniel benar-benar pergi ke rumah Jia meski sudah dilarang. Saat sampai di sana, ternyata Anya sudah menunggu bersama pembantu di depan teras. “Paman!” Anya terlihat sangat senang. Dia begitu sumringah saat berlari menghampiri Daniel yang baru saja keluar dari mobil.Daniel tersenyum melihat keceriaan di wajah Anya. Dia langsung mengulurkan tangan dan disambut oleh gadis kecil itu.“Paman jangan pulang sebelum Mama pulang, ya.” Anya menatap penuh harap pada Daniel.Daniel tersenyum seraya menganggukkan kepala.Gadis kecil itu tersenyum lebar. Dia menarik tangan Daniel untuk mengajaknya masuk kamar.“Paman mau lihat koleksi jepit rambutku?” tanya Anya seraya terus menggandeng tangan Daniel.“Boleh,” jawab Daniel, “memangnya Anya punya berapa banyak?” tanya Daniel kemudian.“Banyak sekali,” jawab gadis itu penuh semangat.Daniel hanya tersenyum. Dia mengikuti langkah Anya menuju kamar gadis kecil itu. Kamar dengan cat berwarna merah muda dan ranjang kecil yang lucu.“Paman duduk sini, A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Daniel : Sadar Diri

Jia menghela napas. Dia bingung harus bagaimana.“Mungkin aku tunda dulu sampai kondisi Papa membaik,” ucap Jia.Tanpa sadar Daniel tersenyum mendengar ucapan Jia.Jia melihat senyuman pria itu, membuatnya mengerutkan dahi.“Ada apa?” tanya Jia.Daniel baru saja tersadar, dia langsung menggeleng.“Tidak ada,” jawab Daniel agak canggung.Jia mengangguk. Dia ingin pergi menyusul Anya, tetapi ternyata gadis kecil itu sudah kembali menghampiri mereka.“Mama, aku lapar,” ucap Anya.“Biar mama minta Bibi siapin,” balas Jia lalu hendak pergi ke dapur.Namun, saat baru saja membalikkan badan. Jia kembali menoleh pada Daniel.“Kamu sudah makan malam?” tanya Jia.Daniel terkesiap, lalu segera menggeleng kepala.“Makan malam di sini sekalian, ya.” Jia menawari dengan ramah.Belum juga Daniel menjawab, Anya sudah dulu berteriak, “Asyik, makan malam sama Paman lagi.”Melihat Anya yang sangat senang, tentu saja membuat Daniel tak tega menolak.“Baiklah.” Daniel mengiyakan.Anya langsung menggandeng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Banyak Aksi, Sedikit Bicara

Aksa duduk di ranjang. Dia mengecek ponselnya karena mendapat pesan dari Daniel.“Melihat apa? Serius sekali?” tanya Alina yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia langsung naik ke ranjang dan duduk di samping Aksa.“Dani,” jawab Aksa seraya meletakkan ponsel di nakas, lalu merangkul Alina.“Dani? Ada apa?” tanya Alina selalu saja panik jika membahas tentang adiknya itu.“Kasih kabar, katanya Jia akan menunda keberangkatan ke Milan karena kondisi Pak Alex agak kurang baik,” jawab Aksa menjelaskan.Alina terkesiap. Dia sampai menegakkan tubuh dan terlepas dari rangkulan Aksa.“Lalu bagaimana sekarang kondisi ayah Jia?” tanya Alina.“Daniel bilang kalau ayah Jia hanya sesak napas, tapi tidak sampai diopname,” jawab Aksa.Alina mengangguk-angguk paham, lalu berkata, “Daniel dekat sekali dengan Jia dan keluarganya ya, sampai-sampai tahu kalau Jia batal pergi.”Alina menoleh Aksa setelah mengatakan itu. Dia melihat tatapan Aksa seperti mengisyaratkan sesuatu.“Tunggu ….” Alina baru ters
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Daniel : Ingin Ikut Menjaga

Jia baru saja mendengarkan penjelasan dokter soal kondisi Anya. Meski di satu sisi Anya memiliki trauma yang sangat mendalam, tetapi ternyata ada sisi tenang yang tersisa karena adanya harapan dalam diri Anya. “Ini bagus. Secara garis besar, Anya tak benar-benar mengalami gangguan dalam mentalnya. Dia kuat, meski mengalami trauma, tapi bisa pulih dengan kehadiran orang-orang yang disukainya,” ujar dokter menjelaskan pada Jia. Anya diminta Jia menunggu di tempat bermain yang ada di luar ruang pemeriksaan, sehingga Jia bisa bicara bebas dengan dokter. “Jadi, tidak ada yang perlu saya khawatirkan?” tanya Jia memastikan. “Mungkin Anya akan terus mengingat dan menyimpan rasa sakitnya sendiri. Itu yang saya baca dari tes tadi. Tapi, dengan perhatian dan kasih sayang orang di sekitar, juga orang yang dia percayai. Saya yakin, Anya akan baik-baik saja,” ujar dokter lagi. Jia bernapas lega. Dia sudah ketakutan jika trauma Anya terbawa sampai dewasa, tetapi mendengar penjelasan dokter, Jia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Sepertinya Batal

Jia duduk di ruang makan sambil memegang cangkir berisi teh. Dia melamun karena memikirkan apa yang Daniel katakan tadi.‘Apa maksud ucapan Daniel? Kenapa pria itu ingin ikut menjaga Anya?’Jia menggeleng kepala. Dia mencoba menepis pikiran aneh di kepala.“Daniel melakukan itu pasti karena kasihan pada Anya. Apalagi sekarang Anya butuh sosok yang bisa melindungi dan perhatian. Ya, itu benar.”Jia mengiyakan pemikirannya. Dia yakin jika tebakannya pasti benar. Jia menyesap teh, lalu kembali berpikir sampai Anya menghampiri dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Jia.“Mama melamun?” tanya Anya karena Jia seperti tak menyadari kedatangannya.Jia terkejut. Dia langsung memandang pada Anya.“Anya mau sesuatu?” tanya Jia segera meletakkan cangkirnya di meja.“Iya,” jawab Anya, “Anya bosan di rumah, apa boleh main ke rumah Arlo?” tanya Anya kemudian.Jia diam sejenak, tetapi setelah memulas senyum.“Mama coba tanya ke Bibi Alina dulu, ya.” Jia mengambil ponsel, lalu mengirim pesan pada A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
484950515253
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status