Share

Hanya Masa Lalu

last update Last Updated: 2025-01-11 10:40:41

Siang itu Alina membantu Daniel pindah ke apartemen. Alina juga membantu Daniel memilih perabot untuk mengisi apartemen, disesuaikan dengan kebutuhan Daniel.

“Apa sudah semua?” tanya Alina.

“Aku tidak perlu banyak barang, ini sudah cukup.” Daniel sampai menggaruk kepala. Padahal bisa saja tinggal pesan dan kirim, tetapi Alina memaksa untuk tetap memilih sendiri.

Alina masih mengecek barang-barang yang dibutuhkan Daniel, baru kemudian merasa tenang jika semua sudah terbeli.

“Bagaimana dengan pakaianmu?” tanya Alina setelah selesai melakukan pembayaran dan menggunakan jasa toko untuk mengangkut barang yang dibelinya ke apartemen.

“Aku minta tolong sopirnya Bibi untuk mengemas dan mengantar ke sini. Jadi tidak usah boros dengan beli pakaian baru,” jawab Daniel.

Alina mengangguk-angguk.

“Mama, Alo lapal.” Arlo sejak tadi ikut Alina ke sana-kemari, membuat bocah kecil itu sekarang kelelahan.

Alina dan Daniel menoleh bersamaan pada Arlo, mereka sibuk sampai lupa kalau bocah kecil itu ikut d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
wardah
semoga Marsha beneran tulus minta maafnya ya,,g di ulang lagi nanti ny
goodnovel comment avatar
Wida
Marsha ttp SMA Bima gk y??
goodnovel comment avatar
Adeena
heleh Arlo pingin tahu aja masih kecil ga boleh ya dek ya....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Aksa : Hanya Berdua

    Aksa baru saja sampai rumah sore itu. Dia keheranan, kenapa rumahnya sangat sepi, biasanya Arlo berlarian ke sana-kemari atau bermain di depan.“Alina sudah pulang?” tanya Aksa pada pelayan.“Sudah, Tuan.”Aksa mengangguk dan tidak bertanya lagi. Dia pergi ke lantai atas untuk mencari sang istri.Ternyata benar jika Alina ada di kamar.“Arlo di mana? Tumben sekali sepi, tidak mungkin dia tidur di sore hari, kan?” tanya Aksa seraya melepas jas dan dasinya.Alina sedang duduk di sofa ketika mendengar suara Aksa. Dia segera berdiri untuk menyambut suaminya itu.“Tadi Papa telepon, bilang katanya mau pergi memancing di laut, jadi mau mengajak Arlo. Berhubung Arlo juga mau ikut, jadi tadi aku antar ke sana setelah selesai mengurus apartemen Dani,” jawab Alina.Aksa langsung menatap penuh arti. Ada rasa senang, bahagia, dan seperti bebas.“Jadi, di rumah ini hanya ada kita berdua?” tanya Aksa dengan senyum yang sulit dideskripsikan.Alina mengerutkan alis.“Ada pelayan, sopir, tukang kebun,

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Bams : Ibu Tetaplah Ibu

    Naya duduk di pantai bersama Bams, menikmati suasana malam di sana yang begitu menenangkan. “Apa kamu tidak cemas kalau membiarkan Ibu tinggal di sini sendirian?” tanya Naya seraya menatap pada Bams.Bams menghela napas kasar.“Tidak tahu,” jawab Bams.Naya melotot.“Apanya tidak tahu? Bagaimana bisa kamu berkata tidak tahu? Dia ibumu, harusnya kamu memikirkan baik dan buruknya jika meninggalkannya sendirian seperti ini,” ujar Naya panjang lebar.Bams tidak membalas, tetapi malah mengembuskan napas kasar lagi.“Ya, aku tidak tahu bagaimana perasaanmu pada ibumu, karena itu kamu harus mengambil keputusan sendiri karena kamu yang paling tahu soal kondisinya dan kondisimu,” ujar Naya lagi.Bams diam menatap Naya.“Kita bicara dulu soal rencana pernikahan kita, baru kemudian bicara soal tempat tinggal Ibu,” ujar Bams pada akhirnya.Naya mengangguk.“Tapi, jika ada rencana membawa Ibu, apa kamu tidak keberatan?” tanya Bams memastikan dulu. Jangan sampai keputusannya menjadi masalah di kem

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mencari Inspirasi

    Setelah tiga hari mengambil cuti. Akhirnya Naya dan Bams pulang. Malam itu mereka berkumpul bersama dengan Alina dan Aksa di ruang keluarga.“Jadi, bagaimana kabar ibumu?” tanya Alina.“Sehat,” jawab Bams.“Baguslah,” balas Alina ikut lega.Naya dan Bams saling pandang, lalu keduanya menatap pada Aksa dan Alina secara bersamaan.“Kami berencana mendaftar untuk pernikahan di KUA bulan depan,” ucap Naya.“Itu bagus,” balas Alina, “lebih cepat lebih baik, kalau kelamaan takut kalian macam-macam,” sindir Alina.“Saya tidak begitu, Bu.” Bams mengelak. “Kami sudah berkomitmen, harus sah dulu.”Alina menahan tawa, lalu membalas, “Iya, iya, aku hanya memastikan saja.”“Lalu setelah menikah, kami berencana tinggal di rumah sendiri,” ujar Bams.Aksa dan Alina terkesiap. Mereka diam seraya menatap pada Bams.“Itu karena kami sudah sepakat akan mengajak Ibu tinggal bersama kami dan dia sudah setuju,” ujar Bams lagi menjelaskan.Alina dan Aksa saling pandang, lalu mereka menatap pada Bams dan Naya

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Berkumpul Bersama

    Waktu cepat berlalu. Acara pernikahan Bams dan Naya pun tiba. Hari itu rumah Aksa sibuk menyiapkan pesta kecil yang akan dihadiri teman dekat saja. Semua orang berkumpul di sana setelah Bams dan Naya sah melakukan prosesi pernikahan di KUA. Tak hanya keluarga Aksa dan Alina saja yang hadir di sana, tetapi Jia dan Anya pun ikut turut datang. “Alo mau main sama Anya.” Arlo sangat senang ketika Anya datang. Alina mengangguk, membiarkan Arlo bermain dengan Anya. Dua bocah kecil itu bermain di taman, sedangkan para orang tua menikmati jamuan di samping paviliun. “Setelah ini kalian akan langsung pindah?” tanya Alina. “Iya, lagian Ibu juga sudah datang, jadi biar sekalian saja,” jawab Bams lalu menoleh pada ibunya yang duduk di samping dirinya. Alina memulas senyum. Dia menganggukkan kepala. Tatapan mata Alina kemudian tertuju pada Jia. “Jia, bagaimana proses perceraianmu?” tanya Alina. “Sudah proses persidangan, setelah ini aku akan menyerahkan ke pengacaraku. Jadi aku bisa pergi

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kelihatan Perbedaannya

    Alina memperhatikan wajah Daniel. Dia menyadari jika adiknya itu sepertinya kebanyakan minum.“Kamu kebanyakan minum?” tanya Alina.Daniel memegangi kepala.“Sepertinya,” jawab Daniel.Alina mengembuskan napas kasar. Dia akhirnya merangkul lengan sang adik, lalu mengajaknya ke kamar untuk beristirahat.“Sudah aku bilang jangan banyak minum. Kenapa kamu malah banyak minum?” Alina menggerutu karena sang adik susah sekali dinasihati.Alina mengantar Daniel ke kamar, lalu meminta sang adik istirahat.“Sudah, tidur saja di sini. Jangan keluar dan minum lagi,” ucap Alina.Daniel hanya mengangguk.Alina akhirnya meninggalkan Daniel di kamar sendirian. Dia itu tak habis pikir, Daniel jarang mabuk, kenapa sekarang mendadak mabuk.Alina kembali ke taman. Dia bertemu Jia yang sedang menuang jus.“Mau kutuangkan?” tanya Jia.Alina mengangguk.Jia menuang jus ke gelas lalu memberikan pada Alina.“Di mana Daniel?” tanya Jia karena tak melihat pria itu.Alina memilih menenggak jusnya, baru kemudian

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Daniel : Mengajak Jalan-jalan

    Di rumah Jia. Dia baru saja menemani Anya gosok gigi, lalu mengajak putrinya itu untuk tidur.“Sudah gosok gigi, sekarang berdoa dulu, lalu tidur,” ucap Jia seraya menarik selimut untuk menutupi kaki Anya.Anya mengikuti apa yang dikatakan Jia. Dia berdoa lalu setelahnya menatap Jia lagi.“Mama, janji kita bakal balik ke sini lagi, kan?” tanya Anya seraya memegang ujung selimutnya.Jia menanggapi ucapan Anya hanya dengan seulas senyum.“Mama, Anya suka Paman Daniel. Dia baik, perhatian, sayang Anya juga. Kenapa papanya Anya nggak seperti Paman Daniel?”Jia terdiam mendengar ucapan Anya karena terkejut, tetapi setelahnya dia mencoba tersenyum.“Anya jangan membandingkan, ya. Setiap orang punya karakter sendiri-sendiri, jadi anggap saja memang Anya belum dapat papa terbaik seperti teman Anya yang lain,” ujar Jia mencoba memberi pengertian sebisanya.Anya memejamkan mata, tetapi bibirnya masih berucap, “Kalau boleh minta sama Tuhan, Anya mau papa seperti Paman Daniel, ya. Atau seperti pa

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Daniel : Membuat Bahagia

    Daniel mengajak Anya ke taman bermain. Semenjak masuk sampai melihat-lihat, Anya terus menggandeng Daniel, sedangkan Jia berjalan di samping Anya.“Paman, apa Anya boleh makan gula kapas?” tanya Anya.Daniel langsung menatap pada Jia, lalu berkata, “Anya harus tanya Mama.”Anya menoleh sang mama. Dia takut bertanya karena sudah tahu jawabannya.“Untuk hari ini pengecualian. Anya boleh main dan makan apa pun yang Anya mau.”Bola mata Anya berbinar mendengar jawaban Jia. Dia sangat senang dan tersenyum begitu lebar.“Mama ngizinin. Ayo beli, Paman.” Anya begitu bersemangat, sehingga dia segera menarik tangan Daniel tetapi meninggalkan sang mama.Jia tersenyum melihat Anya begitu bahagia. Hal yang tak pernah dilihatnya dari Anya saat bersama Edwin, kini bisa dilihatnya setelah lepas dari pria itu.Jia menyusul Anya dan Daniel yang sudah lebih dulu pergi ke stand penjual gula kapas.“Mama mau?” tanya Anya seraya mengulurkan gula kapas miliknya.Belum juga Jia menjawab, Daniel sudah lebih

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Curhat Pada Ipar

    Aksa dan Daniel berada di rooftop gedung. Aksa berdiri seraya melipat kedua tangan di dada, pinggangnya bersandar pada tembok pembatas rooftop.Daniel sendiri berdiri menghadap ke depan, menggunakan kedua lengan untuk bertumpu pada tepian tembok pembatas..“Kamu mau bicara apa?” tanya Aksa sambil memandang adik iparnya itu.Daniel menghela napas, lalu menjawab, “Tidak tahu.”Aksa mengerutkan alis. Apa maksud tidak tahu itu?“Kamu ingin bicara denganku, tapi kamu tidak tahu apa yang mau kamu bicarakan?” Aksa menatap aneh pada adik iparnya itu.“Aku hanya sedang bingung,” ucap Daniel. Dia memandang ke kedua tangannya.“Bingung?” Satu sudut alis Aksa tertarik ke atas. “Bingung kenapa?”“Beberapa hari ini aku merasakan hal aneh. Seperti kesepian tapi aku tidak tahu kenapa.” Daniel bicara tanpa menatap pada Aksa.Aksa langsung menegakkan badan, dia menatap aneh pada Daniel.“Kesepian?” Aksa sedang mencoba mencerna maksud ucapan Daniel.Daniel menoleh pada Aksa lalu menganggukkan kepala.“En

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tanda Terima Kasih

    Akhirnya kisah Alina dan Aksa berakhir. Jika ada kekurangan dalam kisah ini, aku mohon maaf sebesar-besarnya buat pembaca sekalian karena aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Next aku bakal rilis buku baru, jadi tunggu karyaku yang lain, ya. Terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama ini. Drop komen sebagai penyemangat buat aku, ya. Kalian yang terbaik.(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 5

    Semua berjalan dengan baik. Setiap orang dengan kebaikan kini hidup dengan damai.Ini sudah lima bulan setelah Jia melahirkan. Sore itu semua orang berkumpul di rumah Alina hanya untuk bercengkrama bersama sebagai satu keluarga.Alina memandang putranya dan yang lain bermain. Dia menghela napas pelan, lalu menoleh pada suaminya.“Sepertinya kita bisa membuka sekolah khusus karena punya anak-anak sebanyak ini,” ujar Alina dengan nada candaan.Semua orang langsung menoleh saat mendengar ucapan Alina.“Sepertinya itu ide bagus. Apa mau direalisasikan?” Kaira menanggapi serius ucapan Alina.Alina tertawa, lalu membalas, “Siapa yang mau jadi gurunya? Bisa-bisa tekanan darahnya naik duluan lihat keaktifan mereka. Belum lagi ini.”Alina memandang anak Jia yang ada di stroller.“Sudah benar di sekolahkan, jangan memberi ide membuat sekolah sendiri,” balas Jia.Semua yang di sana tertawa bersama.Alina melihat Aksa yang hanya diam. Dia menggenggam telapak tangan suaminya itu.“Memikirkan apa?”

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 4

    Saat siang hari. Daniel dan Jia menjemput Anya di sekolah.Anya sangat senang melihat Daniel dan Jia menjemputnya secara bersamaan. Anya sampai berlari kecil agar bisa segera menghampiri kedua orang tuanya itu.“Kok Mama dan Papa jemputnya barengan?” tanya Anya.“Ya, biar Anya senang,” jawab Daniel, “Anya senang?” tanyanya kemudian.Anya mengangguk-angguk.Jia dan Daniel saling pandang, lalu mengajak Anya segera masuk mobil.“Tadi Anya dapat nilai seratus waktu ulangan,” ucap Anya menceritakan kegiatannya seharian ini di sekolah.“Benarkah?” Jia menoleh pada Anya dengan senyum semringah. “Sepertinya Anya harus diberi apresiasi, benar tidak?” Jia kini menatap pada Daniel.“Tentu saja,” jawab Daniel, “Anya mau apa?” tanya Daniel seraya memandang pada bayangan Anya melalui pantulan kaca spion tengah.“Anya mau makan es krim,” jawab Anya penuh semangat.Jia dan Daniel mengangguk bersamaan. Mereka pergi ke kedai es krim.Mereka sudah duduk di kedai menikmati es krim yang dipesan. Jia dan D

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 3

    Jia dan Daniel melakukan inseminasi buatan setelah melakukan beberapa prosedur yang dokter jadwalkan.Hari ini, tepat dua minggu setelah inseminasi buatan dilakukan. Jia berada di kamar mandi seraya memegang testpack yang baru saja dicelupkan pada urine. Jia duduk di atas closet dengan perasaan cemas, hingga samar-samar garis merah mulai muncul di testpack.Satu, dua. Akhirnya dua garis merah muncul di alat itu. Jia sampai membungkam mulut karena terkejut dan masih tak percaya. Bahkan bola matanya kini terlihat berkaca-kaca.“Jia, bagaimana?”Jia mendengar suara Daniel di luar kamar mandi. Suaminya itu pasti tidak sabar dan cemas dengan hasilnya. Jia segera keluar dari kamar mandi. Dia melihat Daniel yang terlihat panik.“Bagaimana?” tanya Daniel karena melihat bola mata Jia berkaca-kaca.Jia awalnya memasang ekspresi biasa, tetapi setelahnya tersenyum lebar.“Berhasil, aku hamil.” Jia memperlihatkan testpack pada Daniel.Daniel memandang dua garis di alat itu. Dia benar-benar tak m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 2

    Keesokan harinya. Daniel dan Jia menemui dokter untuk berkonsultasi. Mereka mendengarkan penjelasan dokter soal inseminasi buatan yang ingin Jia lakukan.“Jika kalian memang yakin untuk melakukan ini. Kita harus melakukan beberapa proses termasuk mengecek kondisi rahim dan kesehatan kalian masing-masing. Akan banyak tes yang harus dilakukan sebelum inseminasi, untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar,” ujar dokter menjelaskan.Daniel dan Jia sudah mendengarkan tahapan yang harus mereka lakukan. Selain mengecek kondisi rahim, sperma pun harus dites, baru kemudian menentukan waktu ovulasi yang tepat.“Iya, Dok. Kami siap melakukannya,” ucap Jia penuh semangat. Dia berharap cara ini bisa mengobati kekecewaan Daniel.Daniel menatap pada Jia yang sangat antusias. Bukankah sudah seharusnya dia pun harus bersemangat karena yang mereka lakukan demi kebahagiaan mereka juga.“Baiklah. Saya akan menjadwalkan waktu tesnya. Saya sangat berharap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian hara

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 1

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Usia Elvano sudah menginjak satu tahun. Alina dan Aksa menjaga buah hati mereka dengan sangat baik, termasuk Arlo. Tidak ada satu pun yang mereka bedakan.“Sudah tidur?” tanya Alina ketika melihat Aksa keluar dari kamar Elvano.Aksa menyentuhkan telunjuk di permukaan bibir, memberi isyarat agar Alina tidak bicara atau Elvano akan bangun. Dia menghampiri sang istri, lalu menggandeng tangan Alina dan mengajaknya naik ke lantai atas.Alina menahan senyum. Dia mengikuti langkah Aksa menuju ke kamar.“Akhirnya.” Aksa tiba-tiba menghela napas lega. Dia kemudian memeluk Alina dari belakang.Alina tersenyum sambil mengusap lengan Aksa.“Dulu merawat Arlo sendiri tidak secapek ini, kenapa sekarang capek?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa yang bergelayut manja di pundaknya.Aksa menghela napas pelan, lalu mempererat pelukan.“Dulu aku merawat sendiri, harus kuat dan tidak boleh mengeluh. Jadi, karena sekarang ada kamu, aku ingin mengeluhkan semua lelahku pada

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kebahagiaan

    Semua orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alina.Sasmita dan Nenek Agni begitu antusias menyambut kelahiran anak kedua Alina, setelah sebelumnya mereka harus menyambut dengan tangis, tetapi sekarang semuanya berbalut kebahagiaan.“Di mana bayinya?” tanya Sasmita saat masuk ruang inap Alina.“Itu.” Aksa menunjuk ke baby box yang berada tak jauh dari ranjang Alina.Aksa menemani Alina di ranjang, sedangkan Sasmita dan Nenek Agni langsung menghampiri bayi mungil anggota baru keluarga Radjasa.“Tampannya dia.” Sasmita mengambil bayi Alina dari baby box. “Benar laki-laki, kan?” tanya Sasmita memastikan karena bayi itu tampan meski sedikit terlihat cantik.“Iya, Ma.” Alina yang menjawab.“Kita punya dua cucu laki-laki, ya.” Mirza ikut senang karena setidaknya Aksa memiliki dua putra, bukan satu seperti dirinya.Aksa dan Alina memulas senyum. Aksa tak beranjak dari sisi Alina karena fokusnya sekarang memperhatikan kondisi sang istri.Sasmita menimang bayi tampan itu. Dia memandangi ba

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Melahirkan

    Aksa begitu cemas ketika membawa Alina ke rumah sakit. Bahkan dia tidak melepas genggaman saat Alina dibawa ke IGD. “Istriku mau melahirkan, Sus.” Aksa berdiri di samping ranjang pesakitan seraya menggenggam erat telapak tangan Alina. Suster yang ada di sana langsung mengecek kondisi Alina, lalu beberapa saat kemudian memanggil dokter untuk memeriksa. “Aku baik-baik saja, ini hal wajar,” ucap Alina seraya menahan rasa sakitnya karena kontraksi. Aksa menatap pada Alina. “Tapi tetap saja, kamu kesakitan,” balas Aksa tidak mau tahu. Aksa trauma dengan persalinan Alina yang dulu. Saat itu dia sangat panik dan ketakutan melihat Alina yang akan melahirkan secara prematur, hingga dibuat kehilangan yang benar-benar tak bisa membuatnya melupakan semua kejadian itu. Sekarang Alina kembali merasakan sakit seperti itu. Siapa yang tidak cemas? Alina mencoba memahami kecemasan yang Aksa rasakan. Dia membalas genggaman tangan Aksa. Dia yang kesakitan, tetapi sepertinya suaminya yang ketakut

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mau Melahirkan?

    Dua bulan berlalu dengan cepat. Usia kandungan Alina sudah masuk sembilan bulan, dia baru saja jalan-jalan pagi bersama Nenek Agni yang memang beberapa hari ini menginap di rumah. “Kapan perkiraan lahirnya?” tanya Nenek Agni saat berjalan bersama Alina menuju rumah. “Harusnya minggu ini, Nek.” Alina berjalan pelan, satu tangannya mengusap perut. “Doakan lahirannya lancar,” ucap Alina kemudian. “Tentu saja, nenek pasti akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu dan cicit nenek.” Nenek Agni mengusap lembut perut Alina. Mereka sudah sampai di teras. Alina duduk bersama Nenek Agni untuk beristirahat setelah jalan-jalan pagi. “Lho, kamu tidak ke kantor?” tanya Nenek Agni ketika melihat Aksa keluar dari rumah hanya memakai kaus polos dan celana panjang. “Tidak, aku ambil cuti. Tapi tetap kerja dari rumah,” jawab Aksa lalu duduk di samping Alina. Nenek Agni menatap pada Aksa yang sedang mengusap perut Alina. Dia sangat lega karena akhirnya Aksa bisa merasakan kebahagiaan bersama Alina.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status