Home / Romansa / Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 271 - Chapter 280

486 Chapters

Mimpi Buruk

Alina dan Aksa sudah di dapur karena Alina belum makan. Di dapur tidak ada lauk, sehingga mau tidak mau harus membuat makanan baru.“Bagaimana kalau roti?” tanya Aksa menawari.Ini sudah terlalu malam, Alina melarang Aksa membangunkan pelayan untuk membuatkan makan malam.“Aku tidak mau roti,” jawab Alina.Aksa membalikan badan, lalu menatap Alina yang berdiri di dekat lemari pendingin.“Lalu mau makan apa?” tanya Aksa.“Aku mau makan mie, bolehkan?” Alina tersenyum untuk membujuk suaminya.“Apa boleh makan mie? Itu tidak baik buat kesehatanmu,” ujar Aksa mencemaskan kondisi kandungan Alina.Alina langsung memasang wajah cemberut, bahkan siap menangis.“Baiklah.” Aksa tidak bisa melihat Alina seperti ini. “Di sini tidak ada mie, aku akan keluar membelinya.”“Ikut.” “Al, ini sudah malam. Aku akan beli dan segera pulang,” ujar Aksa membujuk.Alina lagi-lagi memasang wajah cemberut, membuat Aksa hanya bisa menghela napas kasar.Akhirnya Aksa mengajak Alina pergi membeli mie di minimarket
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Pesta Perayaan

Hari pesta perayaan naiknya jabatan Aksa pun tiba. Alina berada di kamar bersama MUA yang dipanggil khusus untuk mendandaninya, tentu saja Aksa ingin sang istri tetap terlihat cantik meski sedang hamil.“Sudah,” ucap MUA sambil menatap penampilan Alina, “wajahmu ini selalu saja mudah dirias jadi tidak susah menentukan warna make up dan sebagainya,” ujar MUA itu.“Terima kasih,” ucap Alina.Alina memakai dress yang dipilihkan Sasmita. Bagian perut tidak ketat, meski tidak terbuka dan mencolok, tetapi gaun itu sangat indah dipakai Alina.“Sudah selesai?” tanya Aksa yang baru saja masuk ke kamar.“Sudah dong, lihat saja sendiri,” jawab MUA yang dulu pernah merias Alina di acara konferensi pers waktu itu.MUA dan asistennya keluar dari kamar karena tugas mereka sudah selesai.Aksa menghampiri Alina yang berdiri di depan cermin besar. Dia memandang penampilan Alina yang sangat cantik, bahkan perut yang sedikit menyembul dari balik gaun terlihat menggemaskan.“Kamu sangat cantik,” puji Aksa.
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Hadiah 21+

Alina dan Aksa langsung pulang setelah pesta selesai. Sesampainya di kamar, Alina melepas highheels yang membuatnya pegal.“Mana hadiahku?” tanya Aksa menagih hadiah yang dikatakan Alina saat di pesta.Alina menoleh Aksa, lalu tersenyum manis.“Tunggu, aku siapkan. Atau kamu mau mandi dulu?” tanya Alina.Aksa mengerutkan dahi. Dia memilih ke kamar mandi lebih dulu membersihkan diri lalu melihat hadiah apa yang Alina siapkan untuknya.Aksa berada di kamar mandi selama beberapa menit, lalu akhirnya dia keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya sudah berdiri di dekat ranjang.Kelopak mata Aksa mengerjap beberapa kali ketika melihat penampilan Alina saat ini. Dia sampai mengulum bibir, sepertinya Aksa sudah bisa menebak, hadiah apa yang Alina maksud.Alina malu karena Aksa menatapnya seperti itu. Namun, itu sudah jadi keputusannya, lagi pula dia yakin Aksa tidak akan menolak.“Aku sudah konsultasi dengan dokter. Dokter bilang kamu sudah boleh menjenguknya jika ingin. Aku tahu, pasti be
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Fakta Dari Sang Bibi

Keesokan harinya. Aksa sudah bersiap ke kantor sedangkan Alina masih tertidur pulas. “Al.” Aksa mengusap lembut rambut Alina untuk membangunkan. “Hm ….” Alina mencoba membuka kelopak mata tetapi terasa berat. “Aku harus ke kantor pagi,” ucap Aksa. Alina membuka kelopak mata, menatap Aksa yang sudah berpakaian rapi. “Iya, hati-hati,” balas Alina dengan suara masih berat, “aku mau jalan-jalan di sekitar komplek boleh, kan? Kakiku sepertinya agak bengkak karena selama ini jarang berjalan dan lebih banyak di kasur,” ucap Alina. “Boleh, tapi Bams harus mengawalmu,” balas Aksa. Alina mengangguk-angguk. Aksa mencium kening Alina, lalu segera pergi tanpa menunggu Alina bangun mengantarnya sampai depan. Setelah Aksa pergi. Alina mengumpulkan sisa kesadaran agar bisa bangun dan bersiap jalan-jalan pagi. Selama beberapa bulan ini dia hanya di ranjang dan tak bisa berjalan-jalan layaknya ibu hamil pada umumnya, sehingga membuat kedua kaki Alina sedikit bengkak dan itu membuatnya tak nyama
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Alina Kecil dan Masa Lalu

Suara langkah kecil itu terdengar menggema di ruang IGD rumah sakit. Suara isak dari gadis kecil berumur dua belas tahun dan sepuluh tahun itu memenuhi ruang IGD yang baru saja mereka masuki.“Sus, apa ada korban kecelakaan yang dibawa ke sini?” tanya seorang wanita berumur 30 tahunan.“Iya, satu korban kritis dan satu lagi meninggal dunia.”Jawaban perawat itu membuat gadis kecil mempererat genggaman tangannya pada tangan sang adik, sedangkan wanita yang bersama gadis kecil itu terkesiap dengan bola mata membulat lebar.Mereka diarahkan ke sebuah brankar yang terdapat di salah satu ruangan. Terlihat tubuh yang terbaring di sana dan sudah ditutup dengan kain putih.Alina kecil berlari ke brankar dan memberanikan diri membuka kain penutup tubuh yang sudah terbaring kaku di sana sehingga memperlihatkan wajah sang papa.“Papa!” teriak Alina histeris.Tangisnya semakin pecah. Dia memeluk tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa setelah sebelumnya mengalami insiden kecelakaan mobil.Dani mena
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Karena Aksa

“Kamu ingat, kan? Kamu ingat bagaimana mamamu meninggal? Semua karena keluarga suamimu itu. Mamamu meninggal karena terlambat mendapat donor darah, darah yang seharusnya diberikan untuk mamamu, diambil oleh wanita itu. Wanita yang sekarang jadi mertuamu!”Alina hampir limbung mendengar ucapan sang bibi. Apa itu semua benar?“Bibi jangan mengarang cerita!” Alina mencoba mengelak meski bibirnya bergetar.“Mengarang? Kamu bilang aku mengarang? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Wanita itu mengancam dokter yang menangani kondisi mamamu. Aku lihat dua kantong darah itu diambil dari tangan perawat. Dia kaya dan punya kuasa, bahkan dokter setuju dan tidak melakukan perlawanan saat wanita itu mengambil darah yang seharusnya diberikan ke mamamu. Tebak untuk siapa darah itu? Untuk anaknya yang kini jadi suamimu!”Alina syok dengan rasa tak percaya. Saat itu sang bibi pergi untuk mengecek kenapa dokter lama mengambil darah, lalu setelahnya dia tidak tahu apa yang terjadi. Alina merasa tub
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Lepas Kendali

Aksa bingung dengan yang terjadi. Dia benar-benar melihat Alina yang sedang dalam kondisi begitu emosional. Aksa tidak pernah melihat Alina semarah ini.“Al, tenangkan dirimu dan kita bicara jika memang ada masalah,” ujar Aksa membujuk.Alina masih meremat rambut begitu kuat. Dia merasa bersalah dan berdosa, bagaimana bisa dia menikah dengan orang yang menjadi penyebab ibunya meninggal.Bahkan karena tak mampu mengontrol emosinya, Alina memukul perutnya sendiri sampai membuat Aksa sangat terkejut.“Al!” Aksa langsung menahan kedua tangan Alina.“Lepas!” teriak Alina memberontak.Aksa menyadari kalau Alina akan menyakiti diri sendiri. Dia masih menahan kedua tangan Alina, memeluknya dari belakang dan mengunci kedua tangan Alina agar tidak menyakiti.“Tenangkan dirimu, Al.” Aksa masih mencoba menenangkan.Alina berteriak keras diikuti suara tangis dengan jerit memilukan. Dia mencoba meronta, tetapi Aksa menahannya begitu kuat.“Biarkan aku mati saja! Biarkan aku pergi!” teriak Alina ber
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Sama-Sama Butuh

Sasmita berjalan cepat menuju IGD. Dia langsung ke rumah sakit begitu mendapat kabar jika Aksa mengalami kecelakaan karena naik motor.“Bagaimana bisa Aksa naik motor, hah? Kenapa kamu mengizinkannya?!” amuk Sasmita pada sopir yang bertanggung jawab mengantar jemput Aksa.Aksa baru berumur empat belas tahun, tentu hal itu membuat Sasmita panik karena sopirnya lalai sampai Aksa naik motor sendiri dan mengalami kecelakaan.“Ma-maaf, Nyonya. Tuan Aksa kabur, saya mencarinya dan waktu menemukannya, Tuan nekat naik motor dan menabrak truk di persimpangan. Saya minta maaf.” Sopir itu ketakutan karena Sasmita mengamuknya.Sasmita ingin mengamuk tetapi sekarang dia memilih melihat kondisi Aksa lebih dulu.Nenek Agni yang juga berada di sana hanya menatap pada sopir itu lalu berjalan mengikuti Sasmita yang sudah berjalan lebih dulu.“Keluarga pasien atas nama Aksa Radjasa?” tanya perawat saat bertemu Sasmita di depan ruang pemeriksaan.“Iya benar, saya ibunya,” ucap Sasmita dengan ekspresi waj
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Sama-sama Terluka

“Kenapa tidak biarkan aku mati saja waktu itu?!” Aksa mengamuk. Matanya memerah menahan amarah dan sakit bercampur jadi satu.Sasmita diam dengan air mata yang menetes dari kelopak mata.“Tenangkan dirimu dan bicaralah baik-baik,” ujar Mirza menasihati.“Bagaimana bisa aku tenang sekarang!” Aksa menatap pada Mirza, lalu kembali bicara. “Selama ini aku tertekan. Sejak kecil aku tertekan, karena itu aku nekat naik motor temanku agar aku tidak frustasi! Sekarang, Alina seperti ini, apa aku harus tenang!”Aksa meluapkan emosi yang terasa membuncah di dada.“Dia menyalahkanku. Apa aku bisa tenang?” Aksa menatap satu persatu orang tuanya dan sang nenek. Mereka tidak pernah mengerti apa yang dirasakannya.“Mama minta maaf. Mama hanya ingin kamu selamat, semua hanya demi kebaikanmu,” ujar Sasmita menjelaskan.Aksa menatap sang nenek dan ibu bergantian, lalu bertanya, “Apa kalian sudah tahu kalau Alina adalah putri dari wanita yang kalian ambil darahnya?”Nenek Agni hanya diam, sedangkan Sasmi
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Tidak akan Menceraikan

Setelah tertidur beberapa jam, akhirnya Alina mulai membuka mata perlahan. Alina merasa hampa, bahkan saat bangun pun air mata masih saja terus ingin menetes dari kelopak mata.“Kamu sudah bangun.”Alina langsung menoleh saat mendengar suara itu. Jika sebelumnya senyum akan menghiasi wajahnya ketika mendengar suara Aksa, tetapi sekarang hanya ada emosi yang meluap saat melihat pria itu.“Mau apa lagi kamu? Bagaimana bisa kamu tega memberiku obat penenang, huh?!” Alina kembali mengamuk dan tidak mau didekati Aksa.Aksa bergeming di tempatnya. Dia berdiri menatap Alina yang menatapnya penuh amarah.“Aku melakukan itu hanya agar kamu tidak melukai diri sendiri,” jawab Aksa dengan begitu tenang.“Satu-satunya yang melukaiku adalah kamu!” hardik Alina penuh emosi. Dia sudah duduk dengan waspada, meskipun kepalanya masih pening. Dia tidak mau jika sampai Aksa kembali menahannya dan memberinya obat penenang seperti tadi.Alina melihat Aksa hanya diam, lalu dia kembali berkata, “Aku ingin ber
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
49
DMCA.com Protection Status