Home / Romansa / Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 281 - Chapter 290

485 Chapters

Gagal Membujuk

Nenek Agni dan Sasmita datang ke rumah Aksa untuk bertemu serta meminta maaf pada Alina. Saat sampai di sana, mereka hanya bertemu dengan Bams.“Di mana Aksa?” tanya Nenek Agni.“Pak Aksa di ruang kerjanya,” jawab Bams.Nenek Agni dan Sasmita pergi ke ruang kerja Aksa, di sana mereka melihat pria itu duduk sambil memegangi kepala.“Di mana Alina? Nenek dan mamamu perlu meminta maaf padanya serta menjelaskan semuanya,” ujar Nenek Agni.Aksa mengangkat kepala lalu memandang dua wanita yang berdiri di hadapannya saat ini.“Untuk apa?” tanya Aksa dengan nada datar. Tatapan matanya begitu dingin saat memandang pada Sasmita dan Nenek Agni.“Kami hanya perlu menjelaskan padanya,” jawab Nenek Agni.“Tidak perlu. Kalian tidak perlu melakukan apa pun.” Aksa melarang keduanya bertemu Alina.Sasmita menoleh pada Nenek Agni, sedangkan wanita tua itu menghela napas pelan.“Mungkin, nenek bisa membujuknya dan sedikit menasihatinya juga. Bukankah kamu tahu sendiri kalau nenek lebih dekat dengan Alina
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Sama-sama Keras

Aksa masuk kamar membawa makanan. Dia tidak membiarkan siapa pun masuk tanpa seizin dirinya. Aksa melihat Alina duduk memeluk kedua lutut sambil bersandar di headboard seraya memandang ke jendela.“Al, makanlah dulu,” ucap Aksa sambil meletakkan nampan berisi makanan dan minuman.Alina tidak merespon ucapan Aksa. Tatapannya kosong memandang pada jendela.Aksa diam melihat Alina seperti ini. Namun, tidak ada cara selain mengurung Alina di kamar atau dia akan benar-benar kehilangan istrinya itu.“Jika kamu tidak mau makan karena marah padaku, tapi setidaknya kamu tetap makan demi janinmu.” Setelah mengatakan itu Aksa keluar dari kamar.Aksa menyadari jika Alina tidak akan pernah makan jika ada dirinya di sana.Alina menoleh saat Aksa sudah pergi. Dia melihat makanan di atas nakas, tetapi tak ada niat untuk menjamah sedikit pun makanan itu.Malam itu, pertama kalinya mereka tertidur terpisah lagi seperti pertama kali mereka baru saja menikah dulu.Aksa tidak ingin berada di kamar karena
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Kecemasan Dani

Dani baru saja mendarat setelah libur panjangnya di luar negeri. Dia berjalan menyeret koper sambil mengecek pesan yang dikirimkannya pada Alina, tetapi sampai sekarang belum juga dibaca.“Ini aneh, kenapa ponsel Kak Alina tidak aktif sejak kemarin?” Dani berhenti melangkah sambil berpikirDani tahu jika Alina tidak pernah mematikan ponsel sama sekali, apalagi jika Dani berada di tempat yang jauh.“Apa terjadi sesuatu padanya?”Dani tiba-tiba saja cemas. Dia memilih pulang dulu ke apartemen meletakkan kopernya lalu segera pergi menemui Alina.Saat baru saja keluar dari lift di lobby, Dani bertemu dengan Restu.“Kamu sudah pulang.” Restu terlihat senang sambil menatap Dani.“Iya.” Dani mengangguk ramah.“Kamu mau ke mana?” tanya Restu sambil menatap penasaran pada Dani.“Sebenarnya saya mau menemui Kak Alina. Saya tidak bisa menghubunginya, jadi saya agak mencemaskannya,” jawab Dani.Ekspresi wajah Restu langsung berubah.“Sudah coba menghubungi suaminya?” tanya Restu lagi.“Sudah, tap
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bertemu Sang Kakak

Dani benar-benar merasa aneh dengan situasi yang terjadi. Namun, dia berharap ini hanya perasaannya saja.“Kak.” Dani langsung menyapa saat bertemu Aksa.Dani melihat tatapan datar Aksa, ini sangat berbeda dengan Aksa biasanya. Mungkinkah tebakannya benar?“Di mana Kak Alina?” tanya Dani pada akhirnya.“Kamu punya waktu sepuluh menit untuk menemuinya,” ucap Aksa dengan ekspresi wajah dingin. Sorot matanya begitu tegas dan kalimat yang diucapkannya terdengar tak bisa dibantah.Dani terkesiap. Kenapa tiba-tiba Aksa bersikap seperti ini?“Apa maksudnya ini, Kak?” tanya Dani masih mencoba mencari tahu.“Mau bertemu dengannya atau tidak?” Hanya itu kalimat yang dilontarkan Aksa, seharusnya Dani sudah bisa membaca situasi yang sedang terjadi.Dani terdiam. Dia semakin yakin jika ada sesuatu yang tidak beres di sini. Berpikir, daripada tidak bertemu sang kakak dan tak mengetahui yang terjadi, Dani memilih mengiyakan waktu yang diberikan Aksa.Aksa mengantar Dani ke kamar. Di depan kamar suda
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Meminta Bantuan

Sepuluh menit berlalu. Bams masuk dan meminta Dani untuk segera keluar.Dani menatap Alina yang masih menggenggam tangannya. Alina menggeleng kepala, membuat Dani benar-benar tidak bisa meninggalkannya.“Berjanjilah Kak Alina akan bertahan, aku akan berusaha membawa Kak Alina keluar dari sini,” ucap Dani tanpa suara dan hanya terlihat gerakan bibir.Alina kembali memeluk Dani, lalu berbisik, “Dan, hubungi pria bernama Pak Restu. Dia berjanji mau menolong jika aku butuh bantuan. Tolong mintalah bantuan darinya.”Dani terkejut karena Alina meminta bantuan pada Restu, padahal tahu kalau Restu adalah rekan bisnis Aksa. Dia hanya mengangguk agar sang kakak tenang. Dani harus meninggalkan Alina meski sang kakak sangat membutuhkannya. Dengan posisinya sekarang, Dani tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu.Ketika baru saja keluar dari kamar Alina. Dani bertemu dengan Aksa yang berdiri di depan kamar. Seketika itu juga Dani melayangkan pukulan ke wajah sang kakak ipar hingga menghantam sis
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Status Restu

Dani memperhatikan Restu yang membawa dua cangkir ke arahnya lalu meletakkan salah satu cangkir di meja hadapannya. Dani masih cemas, bagaimana jika Restu tidak mau membantunya?“Minumlah dulu biar kamu lebih tenang,” ujar Restu sambil menatap Dani yang gelisah.Dani mengangguk lalu meminum teh yang dibuatkan Restu.Restu masih diam memperhatikan Dani. Jika Alina sampai meminta bantuan untuk lepas dari rumah Aksa, bukankah berarti masalahnya memang sangat rumit?“Sekarang ceritakan dulu, apa yang sebenarnya terjadi? Aku yakin tidak akan ada masalah tanpa pemicunya,” ucap Restu mencoba bersikap netral dulu, meski dalam hal ini menyangkut tentang keponakannya.Dani meletakkan cangkir di meja, tetapi sebelum bercerita, Dani malah menangis lebih dulu.Restu terkejut. Hal apa yang bisa membuat seorang pria menangis jika bukan sesuatu yang sangat menyakitkan.Dani menghapus air mata yang membasahi pipinya, sedikit menunduk dia mulai menceritakan yang terjadi tentang fakta keluarga Aksa.Res
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Tidak Mau Gegabah

Dani sangat syok, sampai secara impulsif mundur meski belakangnya sandaran sofa. Dia menatap tak percaya, apa pria di depannya sekarang ini sedang bercanda?“Jika memang Anda keluarga mamaku, kenapa Anda mengabaikan mamaku dan kami? Anda tidak tahu, kan? Mama dan Papa bekerja keras untuk bisa menghidupi kami dan memberikan yang terbaik buat kami. Meski semuanya akhirnya sia-sia.”Dani menatap sendu. Sungguh dia kesal karena semua orang seperti mempermainkan hidupnya dan sang kakak.“Aku punya alasan kenapa tidak pernah ada untuk kalian. Bukan aku yang menjauh dan tidak peduli, tapi mamamu yang memilih meninggalkan kami,” ujar Restu mencoba bicara.Dada Dani naik turun tak beraturan. Napasnya terasa berat dan rasanya begitu sesak menekan.Restu menceritakan semuanya. Kenapa adiknya pergi meninggalkan rumah dan keluarga tidak ada yang mencari. Restu juga menceritakan keterkejutannya saat mengetahui adiknya sudah tiada meninggalkan dua anak.“Aku benar-benar minta maaf dengan apa yang te
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Mencari Informasi

Restu datang ke perusahaan Aksa. Tentunya dia menemui pria itu untuk menyelidiki sesuatu.“Silakan masuk,” ucap Ilham setelah membuka pintu ruang kerja Aksa.Restu mengangguk, lalu melangkah masuk ke ruangan itu.“Pak Restu, silakan duduk.” Aksa menyambut Restu dengan ramah.Restu memperhatikan ekspresi wajah Aksa, melihat bagaimana pria itu terlihat tenang.“Maaf kemarin saya tidak bisa menemui Anda di rumah,” ujar Aksa saat Restu sudah duduk.“Aku paham, kamu pasti juga butuh privasi dan tidak ingin diganggu di luar jam kerja,” balas Restu.Aksa menipiskan senyum.“Sebenarnya, kemarin aku datang ke sana untuk membahas bisnis sekalian menumpang makan malam di sana. Tiba-tiba saja aku sangat ingin makan masakan istrimu. Tapi sayangnya kamu keberatan aku bertamu,” ujar Restu mulai memancing pembahasan tentang Alina.“Beberapa hari ini istriku tidak enak badan. Ya, Anda tahu sendiri dia sedang hamil dan memang kondisi fisiknya sedikit kurang baik,” ujar Aksa menjelaskan.Restu menganggu
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Tetap Ingin Bercerai

Alina hanya duduk diam di ranjang tanpa melakukan apa pun. Bahkan kedua kakinya terlihat membengkak karena dia tidak melakukan aktivitas apa pun selama hampir satu minggu ini.Saat Alina masih duduk merenung. Bams masuk membawa makan siang untuk Alina. Dia berjalan ke arah nakas, lalu meletakkan nampan berisi makanan dan minuman di sana.“Makan siang Anda,” ucap Bams.Alina menatap makanan yang ada di atas nakas, lalu memandang pada Bams yang masih berdiri di samping ranjang.“Apa Anda membutuhkan sesuatu lagi?” tanya Bams.“Iya,” jawab Alina dengan sorot mata begitu dingin. Bahkan kehangatan dan kelembutan yang biasa dirasakan hanya dari tatapan mata Alina kini sudah sirna.“Aku butuh surat cerai dari atasanmu!” Alina bicara dengan nada tegas.Bams menghela napas panjang.“Apa Anda tidak bisa memikirkan ulang, setidaknya demi calon bayi Anda,” ujar Bams mencoba membujuk.Bams menjadi saksi hidup ketegangan hubungan antara Aksa dan Alina. Dia melihat bagaimana keduanya sama-sama mende
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Memikirkan Rencana

Aksa masih menunggu dokter memeriksa kondisi Alina. Hingga beberapa saat kemudian dokter melipat stetoskop dan memasukkan ke saku snelli.“Kandungannya baik-baik saja. Mungkin stres dan tekanan berat membuat asam lambungnya naik sehingga mengalami muntah berlebih. Saya sarankan Bu Alina dibawa ke rumah sakit untuk observasi lebih lanjut,” ujar dokter menjelaskan.“Tidak, rawat dia secara intensif di sini. Datangkan peralatan yang dibutuhkan untuk merawatnya. Apa pun akan kusiapkan asal dia tidak keluar dari kamar ini,” ujar Aksa dengan nada tegas.Dokter itu terkejut. Dia sampai menoleh pada Bram yang pelayan yang ada di sana, semua orang menunduk.Dokter itu bingung, tetapi demi kesehatan Alina, akhirnya dokter menyanggupi permintaan Aksa. Dia mencatat beberapa alat kesehatan sebagai penunjang untuk perawatan Alina.**Di tempat Restu. Dia sedang menunggu orang suruhannya memberi laporan. Restu tentunya sangat cemas, apalagi sampai ada dokter yang datang ke rumah Aksa.Ponsel Restu b
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
49
DMCA.com Protection Status