Share

Hadiah 21+

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 11:51:18

Alina dan Aksa langsung pulang setelah pesta selesai. Sesampainya di kamar, Alina melepas highheels yang membuatnya pegal.

“Mana hadiahku?” tanya Aksa menagih hadiah yang dikatakan Alina saat di pesta.

Alina menoleh Aksa, lalu tersenyum manis.

“Tunggu, aku siapkan. Atau kamu mau mandi dulu?” tanya Alina.

Aksa mengerutkan dahi. Dia memilih ke kamar mandi lebih dulu membersihkan diri lalu melihat hadiah apa yang Alina siapkan untuknya.

Aksa berada di kamar mandi selama beberapa menit, lalu akhirnya dia keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya sudah berdiri di dekat ranjang.

Kelopak mata Aksa mengerjap beberapa kali ketika melihat penampilan Alina saat ini. Dia sampai mengulum bibir, sepertinya Aksa sudah bisa menebak, hadiah apa yang Alina maksud.

Alina malu karena Aksa menatapnya seperti itu. Namun, itu sudah jadi keputusannya, lagi pula dia yakin Aksa tidak akan menolak.

“Aku sudah konsultasi dengan dokter. Dokter bilang kamu sudah boleh menjenguknya jika ingin. Aku tahu, pasti be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Noer Rosidi
kira2 pa restu kenal sama bibi gak yaa, apa mungkin ayahnya alina kakanya pa mirza jadi mereka sepupuan gitu hihi
goodnovel comment avatar
wardah
ini ucapan Aksa selalu seperti itu ,apa Aksa tau sesuatu ya
goodnovel comment avatar
Adeena
kurang Al kurang panas mau lagiiii wkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Fakta Dari Sang Bibi

    Keesokan harinya. Aksa sudah bersiap ke kantor sedangkan Alina masih tertidur pulas. “Al.” Aksa mengusap lembut rambut Alina untuk membangunkan. “Hm ….” Alina mencoba membuka kelopak mata tetapi terasa berat. “Aku harus ke kantor pagi,” ucap Aksa. Alina membuka kelopak mata, menatap Aksa yang sudah berpakaian rapi. “Iya, hati-hati,” balas Alina dengan suara masih berat, “aku mau jalan-jalan di sekitar komplek boleh, kan? Kakiku sepertinya agak bengkak karena selama ini jarang berjalan dan lebih banyak di kasur,” ucap Alina. “Boleh, tapi Bams harus mengawalmu,” balas Aksa. Alina mengangguk-angguk. Aksa mencium kening Alina, lalu segera pergi tanpa menunggu Alina bangun mengantarnya sampai depan. Setelah Aksa pergi. Alina mengumpulkan sisa kesadaran agar bisa bangun dan bersiap jalan-jalan pagi. Selama beberapa bulan ini dia hanya di ranjang dan tak bisa berjalan-jalan layaknya ibu hamil pada umumnya, sehingga membuat kedua kaki Alina sedikit bengkak dan itu membuatnya tak nyama

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Alina Kecil dan Masa Lalu

    Suara langkah kecil itu terdengar menggema di ruang IGD rumah sakit. Suara isak dari gadis kecil berumur dua belas tahun dan sepuluh tahun itu memenuhi ruang IGD yang baru saja mereka masuki.“Sus, apa ada korban kecelakaan yang dibawa ke sini?” tanya seorang wanita berumur 30 tahunan.“Iya, satu korban kritis dan satu lagi meninggal dunia.”Jawaban perawat itu membuat gadis kecil mempererat genggaman tangannya pada tangan sang adik, sedangkan wanita yang bersama gadis kecil itu terkesiap dengan bola mata membulat lebar.Mereka diarahkan ke sebuah brankar yang terdapat di salah satu ruangan. Terlihat tubuh yang terbaring di sana dan sudah ditutup dengan kain putih.Alina kecil berlari ke brankar dan memberanikan diri membuka kain penutup tubuh yang sudah terbaring kaku di sana sehingga memperlihatkan wajah sang papa.“Papa!” teriak Alina histeris.Tangisnya semakin pecah. Dia memeluk tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa setelah sebelumnya mengalami insiden kecelakaan mobil.Dani mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Karena Aksa

    “Kamu ingat, kan? Kamu ingat bagaimana mamamu meninggal? Semua karena keluarga suamimu itu. Mamamu meninggal karena terlambat mendapat donor darah, darah yang seharusnya diberikan untuk mamamu, diambil oleh wanita itu. Wanita yang sekarang jadi mertuamu!”Alina hampir limbung mendengar ucapan sang bibi. Apa itu semua benar?“Bibi jangan mengarang cerita!” Alina mencoba mengelak meski bibirnya bergetar.“Mengarang? Kamu bilang aku mengarang? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Wanita itu mengancam dokter yang menangani kondisi mamamu. Aku lihat dua kantong darah itu diambil dari tangan perawat. Dia kaya dan punya kuasa, bahkan dokter setuju dan tidak melakukan perlawanan saat wanita itu mengambil darah yang seharusnya diberikan ke mamamu. Tebak untuk siapa darah itu? Untuk anaknya yang kini jadi suamimu!”Alina syok dengan rasa tak percaya. Saat itu sang bibi pergi untuk mengecek kenapa dokter lama mengambil darah, lalu setelahnya dia tidak tahu apa yang terjadi. Alina merasa tub

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Lepas Kendali

    Aksa bingung dengan yang terjadi. Dia benar-benar melihat Alina yang sedang dalam kondisi begitu emosional. Aksa tidak pernah melihat Alina semarah ini.“Al, tenangkan dirimu dan kita bicara jika memang ada masalah,” ujar Aksa membujuk.Alina masih meremat rambut begitu kuat. Dia merasa bersalah dan berdosa, bagaimana bisa dia menikah dengan orang yang menjadi penyebab ibunya meninggal.Bahkan karena tak mampu mengontrol emosinya, Alina memukul perutnya sendiri sampai membuat Aksa sangat terkejut.“Al!” Aksa langsung menahan kedua tangan Alina.“Lepas!” teriak Alina memberontak.Aksa menyadari kalau Alina akan menyakiti diri sendiri. Dia masih menahan kedua tangan Alina, memeluknya dari belakang dan mengunci kedua tangan Alina agar tidak menyakiti.“Tenangkan dirimu, Al.” Aksa masih mencoba menenangkan.Alina berteriak keras diikuti suara tangis dengan jerit memilukan. Dia mencoba meronta, tetapi Aksa menahannya begitu kuat.“Biarkan aku mati saja! Biarkan aku pergi!” teriak Alina ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Sama-Sama Butuh

    Sasmita berjalan cepat menuju IGD. Dia langsung ke rumah sakit begitu mendapat kabar jika Aksa mengalami kecelakaan karena naik motor.“Bagaimana bisa Aksa naik motor, hah? Kenapa kamu mengizinkannya?!” amuk Sasmita pada sopir yang bertanggung jawab mengantar jemput Aksa.Aksa baru berumur empat belas tahun, tentu hal itu membuat Sasmita panik karena sopirnya lalai sampai Aksa naik motor sendiri dan mengalami kecelakaan.“Ma-maaf, Nyonya. Tuan Aksa kabur, saya mencarinya dan waktu menemukannya, Tuan nekat naik motor dan menabrak truk di persimpangan. Saya minta maaf.” Sopir itu ketakutan karena Sasmita mengamuknya.Sasmita ingin mengamuk tetapi sekarang dia memilih melihat kondisi Aksa lebih dulu.Nenek Agni yang juga berada di sana hanya menatap pada sopir itu lalu berjalan mengikuti Sasmita yang sudah berjalan lebih dulu.“Keluarga pasien atas nama Aksa Radjasa?” tanya perawat saat bertemu Sasmita di depan ruang pemeriksaan.“Iya benar, saya ibunya,” ucap Sasmita dengan ekspresi waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Sama-sama Terluka

    “Kenapa tidak biarkan aku mati saja waktu itu?!” Aksa mengamuk. Matanya memerah menahan amarah dan sakit bercampur jadi satu.Sasmita diam dengan air mata yang menetes dari kelopak mata.“Tenangkan dirimu dan bicaralah baik-baik,” ujar Mirza menasihati.“Bagaimana bisa aku tenang sekarang!” Aksa menatap pada Mirza, lalu kembali bicara. “Selama ini aku tertekan. Sejak kecil aku tertekan, karena itu aku nekat naik motor temanku agar aku tidak frustasi! Sekarang, Alina seperti ini, apa aku harus tenang!”Aksa meluapkan emosi yang terasa membuncah di dada.“Dia menyalahkanku. Apa aku bisa tenang?” Aksa menatap satu persatu orang tuanya dan sang nenek. Mereka tidak pernah mengerti apa yang dirasakannya.“Mama minta maaf. Mama hanya ingin kamu selamat, semua hanya demi kebaikanmu,” ujar Sasmita menjelaskan.Aksa menatap sang nenek dan ibu bergantian, lalu bertanya, “Apa kalian sudah tahu kalau Alina adalah putri dari wanita yang kalian ambil darahnya?”Nenek Agni hanya diam, sedangkan Sasmi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tidak akan Menceraikan

    Setelah tertidur beberapa jam, akhirnya Alina mulai membuka mata perlahan. Alina merasa hampa, bahkan saat bangun pun air mata masih saja terus ingin menetes dari kelopak mata.“Kamu sudah bangun.”Alina langsung menoleh saat mendengar suara itu. Jika sebelumnya senyum akan menghiasi wajahnya ketika mendengar suara Aksa, tetapi sekarang hanya ada emosi yang meluap saat melihat pria itu.“Mau apa lagi kamu? Bagaimana bisa kamu tega memberiku obat penenang, huh?!” Alina kembali mengamuk dan tidak mau didekati Aksa.Aksa bergeming di tempatnya. Dia berdiri menatap Alina yang menatapnya penuh amarah.“Aku melakukan itu hanya agar kamu tidak melukai diri sendiri,” jawab Aksa dengan begitu tenang.“Satu-satunya yang melukaiku adalah kamu!” hardik Alina penuh emosi. Dia sudah duduk dengan waspada, meskipun kepalanya masih pening. Dia tidak mau jika sampai Aksa kembali menahannya dan memberinya obat penenang seperti tadi.Alina melihat Aksa hanya diam, lalu dia kembali berkata, “Aku ingin ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Gagal Membujuk

    Nenek Agni dan Sasmita datang ke rumah Aksa untuk bertemu serta meminta maaf pada Alina. Saat sampai di sana, mereka hanya bertemu dengan Bams.“Di mana Aksa?” tanya Nenek Agni.“Pak Aksa di ruang kerjanya,” jawab Bams.Nenek Agni dan Sasmita pergi ke ruang kerja Aksa, di sana mereka melihat pria itu duduk sambil memegangi kepala.“Di mana Alina? Nenek dan mamamu perlu meminta maaf padanya serta menjelaskan semuanya,” ujar Nenek Agni.Aksa mengangkat kepala lalu memandang dua wanita yang berdiri di hadapannya saat ini.“Untuk apa?” tanya Aksa dengan nada datar. Tatapan matanya begitu dingin saat memandang pada Sasmita dan Nenek Agni.“Kami hanya perlu menjelaskan padanya,” jawab Nenek Agni.“Tidak perlu. Kalian tidak perlu melakukan apa pun.” Aksa melarang keduanya bertemu Alina.Sasmita menoleh pada Nenek Agni, sedangkan wanita tua itu menghela napas pelan.“Mungkin, nenek bisa membujuknya dan sedikit menasihatinya juga. Bukankah kamu tahu sendiri kalau nenek lebih dekat dengan Alina

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tanda Terima Kasih

    Akhirnya kisah Alina dan Aksa berakhir. Jika ada kekurangan dalam kisah ini, aku mohon maaf sebesar-besarnya buat pembaca sekalian karena aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Next aku bakal rilis buku baru, jadi tunggu karyaku yang lain, ya. Terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama ini. Drop komen sebagai penyemangat buat aku, ya. Kalian yang terbaik.(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 5

    Semua berjalan dengan baik. Setiap orang dengan kebaikan kini hidup dengan damai.Ini sudah lima bulan setelah Jia melahirkan. Sore itu semua orang berkumpul di rumah Alina hanya untuk bercengkrama bersama sebagai satu keluarga.Alina memandang putranya dan yang lain bermain. Dia menghela napas pelan, lalu menoleh pada suaminya.“Sepertinya kita bisa membuka sekolah khusus karena punya anak-anak sebanyak ini,” ujar Alina dengan nada candaan.Semua orang langsung menoleh saat mendengar ucapan Alina.“Sepertinya itu ide bagus. Apa mau direalisasikan?” Kaira menanggapi serius ucapan Alina.Alina tertawa, lalu membalas, “Siapa yang mau jadi gurunya? Bisa-bisa tekanan darahnya naik duluan lihat keaktifan mereka. Belum lagi ini.”Alina memandang anak Jia yang ada di stroller.“Sudah benar di sekolahkan, jangan memberi ide membuat sekolah sendiri,” balas Jia.Semua yang di sana tertawa bersama.Alina melihat Aksa yang hanya diam. Dia menggenggam telapak tangan suaminya itu.“Memikirkan apa?”

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 4

    Saat siang hari. Daniel dan Jia menjemput Anya di sekolah.Anya sangat senang melihat Daniel dan Jia menjemputnya secara bersamaan. Anya sampai berlari kecil agar bisa segera menghampiri kedua orang tuanya itu.“Kok Mama dan Papa jemputnya barengan?” tanya Anya.“Ya, biar Anya senang,” jawab Daniel, “Anya senang?” tanyanya kemudian.Anya mengangguk-angguk.Jia dan Daniel saling pandang, lalu mengajak Anya segera masuk mobil.“Tadi Anya dapat nilai seratus waktu ulangan,” ucap Anya menceritakan kegiatannya seharian ini di sekolah.“Benarkah?” Jia menoleh pada Anya dengan senyum semringah. “Sepertinya Anya harus diberi apresiasi, benar tidak?” Jia kini menatap pada Daniel.“Tentu saja,” jawab Daniel, “Anya mau apa?” tanya Daniel seraya memandang pada bayangan Anya melalui pantulan kaca spion tengah.“Anya mau makan es krim,” jawab Anya penuh semangat.Jia dan Daniel mengangguk bersamaan. Mereka pergi ke kedai es krim.Mereka sudah duduk di kedai menikmati es krim yang dipesan. Jia dan D

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 3

    Jia dan Daniel melakukan inseminasi buatan setelah melakukan beberapa prosedur yang dokter jadwalkan.Hari ini, tepat dua minggu setelah inseminasi buatan dilakukan. Jia berada di kamar mandi seraya memegang testpack yang baru saja dicelupkan pada urine. Jia duduk di atas closet dengan perasaan cemas, hingga samar-samar garis merah mulai muncul di testpack.Satu, dua. Akhirnya dua garis merah muncul di alat itu. Jia sampai membungkam mulut karena terkejut dan masih tak percaya. Bahkan bola matanya kini terlihat berkaca-kaca.“Jia, bagaimana?”Jia mendengar suara Daniel di luar kamar mandi. Suaminya itu pasti tidak sabar dan cemas dengan hasilnya. Jia segera keluar dari kamar mandi. Dia melihat Daniel yang terlihat panik.“Bagaimana?” tanya Daniel karena melihat bola mata Jia berkaca-kaca.Jia awalnya memasang ekspresi biasa, tetapi setelahnya tersenyum lebar.“Berhasil, aku hamil.” Jia memperlihatkan testpack pada Daniel.Daniel memandang dua garis di alat itu. Dia benar-benar tak m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 2

    Keesokan harinya. Daniel dan Jia menemui dokter untuk berkonsultasi. Mereka mendengarkan penjelasan dokter soal inseminasi buatan yang ingin Jia lakukan.“Jika kalian memang yakin untuk melakukan ini. Kita harus melakukan beberapa proses termasuk mengecek kondisi rahim dan kesehatan kalian masing-masing. Akan banyak tes yang harus dilakukan sebelum inseminasi, untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar,” ujar dokter menjelaskan.Daniel dan Jia sudah mendengarkan tahapan yang harus mereka lakukan. Selain mengecek kondisi rahim, sperma pun harus dites, baru kemudian menentukan waktu ovulasi yang tepat.“Iya, Dok. Kami siap melakukannya,” ucap Jia penuh semangat. Dia berharap cara ini bisa mengobati kekecewaan Daniel.Daniel menatap pada Jia yang sangat antusias. Bukankah sudah seharusnya dia pun harus bersemangat karena yang mereka lakukan demi kebahagiaan mereka juga.“Baiklah. Saya akan menjadwalkan waktu tesnya. Saya sangat berharap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian hara

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 1

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Usia Elvano sudah menginjak satu tahun. Alina dan Aksa menjaga buah hati mereka dengan sangat baik, termasuk Arlo. Tidak ada satu pun yang mereka bedakan.“Sudah tidur?” tanya Alina ketika melihat Aksa keluar dari kamar Elvano.Aksa menyentuhkan telunjuk di permukaan bibir, memberi isyarat agar Alina tidak bicara atau Elvano akan bangun. Dia menghampiri sang istri, lalu menggandeng tangan Alina dan mengajaknya naik ke lantai atas.Alina menahan senyum. Dia mengikuti langkah Aksa menuju ke kamar.“Akhirnya.” Aksa tiba-tiba menghela napas lega. Dia kemudian memeluk Alina dari belakang.Alina tersenyum sambil mengusap lengan Aksa.“Dulu merawat Arlo sendiri tidak secapek ini, kenapa sekarang capek?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa yang bergelayut manja di pundaknya.Aksa menghela napas pelan, lalu mempererat pelukan.“Dulu aku merawat sendiri, harus kuat dan tidak boleh mengeluh. Jadi, karena sekarang ada kamu, aku ingin mengeluhkan semua lelahku pada

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kebahagiaan

    Semua orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alina.Sasmita dan Nenek Agni begitu antusias menyambut kelahiran anak kedua Alina, setelah sebelumnya mereka harus menyambut dengan tangis, tetapi sekarang semuanya berbalut kebahagiaan.“Di mana bayinya?” tanya Sasmita saat masuk ruang inap Alina.“Itu.” Aksa menunjuk ke baby box yang berada tak jauh dari ranjang Alina.Aksa menemani Alina di ranjang, sedangkan Sasmita dan Nenek Agni langsung menghampiri bayi mungil anggota baru keluarga Radjasa.“Tampannya dia.” Sasmita mengambil bayi Alina dari baby box. “Benar laki-laki, kan?” tanya Sasmita memastikan karena bayi itu tampan meski sedikit terlihat cantik.“Iya, Ma.” Alina yang menjawab.“Kita punya dua cucu laki-laki, ya.” Mirza ikut senang karena setidaknya Aksa memiliki dua putra, bukan satu seperti dirinya.Aksa dan Alina memulas senyum. Aksa tak beranjak dari sisi Alina karena fokusnya sekarang memperhatikan kondisi sang istri.Sasmita menimang bayi tampan itu. Dia memandangi ba

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Melahirkan

    Aksa begitu cemas ketika membawa Alina ke rumah sakit. Bahkan dia tidak melepas genggaman saat Alina dibawa ke IGD. “Istriku mau melahirkan, Sus.” Aksa berdiri di samping ranjang pesakitan seraya menggenggam erat telapak tangan Alina. Suster yang ada di sana langsung mengecek kondisi Alina, lalu beberapa saat kemudian memanggil dokter untuk memeriksa. “Aku baik-baik saja, ini hal wajar,” ucap Alina seraya menahan rasa sakitnya karena kontraksi. Aksa menatap pada Alina. “Tapi tetap saja, kamu kesakitan,” balas Aksa tidak mau tahu. Aksa trauma dengan persalinan Alina yang dulu. Saat itu dia sangat panik dan ketakutan melihat Alina yang akan melahirkan secara prematur, hingga dibuat kehilangan yang benar-benar tak bisa membuatnya melupakan semua kejadian itu. Sekarang Alina kembali merasakan sakit seperti itu. Siapa yang tidak cemas? Alina mencoba memahami kecemasan yang Aksa rasakan. Dia membalas genggaman tangan Aksa. Dia yang kesakitan, tetapi sepertinya suaminya yang ketakut

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mau Melahirkan?

    Dua bulan berlalu dengan cepat. Usia kandungan Alina sudah masuk sembilan bulan, dia baru saja jalan-jalan pagi bersama Nenek Agni yang memang beberapa hari ini menginap di rumah. “Kapan perkiraan lahirnya?” tanya Nenek Agni saat berjalan bersama Alina menuju rumah. “Harusnya minggu ini, Nek.” Alina berjalan pelan, satu tangannya mengusap perut. “Doakan lahirannya lancar,” ucap Alina kemudian. “Tentu saja, nenek pasti akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu dan cicit nenek.” Nenek Agni mengusap lembut perut Alina. Mereka sudah sampai di teras. Alina duduk bersama Nenek Agni untuk beristirahat setelah jalan-jalan pagi. “Lho, kamu tidak ke kantor?” tanya Nenek Agni ketika melihat Aksa keluar dari rumah hanya memakai kaus polos dan celana panjang. “Tidak, aku ambil cuti. Tapi tetap kerja dari rumah,” jawab Aksa lalu duduk di samping Alina. Nenek Agni menatap pada Aksa yang sedang mengusap perut Alina. Dia sangat lega karena akhirnya Aksa bisa merasakan kebahagiaan bersama Alina.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status