Home / Romansa / Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 241 - Chapter 250

486 Chapters

Ingin Membuat Bangkrut

Jefri meringis kesakitan karena Restu menekan tangannya begitu kuat. Tangannya terlepas setelah dia mau melepas tangan Alina.Jefri menatap kesal pada Alina dan Restu, lalu dia memilih segera pergi dari sana.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Restu.Alina masih agak syok, tetapi kemudian mengangguk dan berucap, “Terima kasih.”“Maaf sudah membuat tidak nyaman karena ada keributan seperti ini,” ucap Alina lagi merasa sungkan.“Tidak masalah,” balas Retu. Dia mengeluarkan kartu nama dari saku jas, lalu mengulurkan pada Alina. “Jika kamu butuh bantuan, kamu bisa menghubungiku. Sesulit apa pun masalahmu, aku pasti akan membantu.”Alina memandang kartu nama itu dengan ekspresi bingung, Kenapa Restu sangat baik padanya?“Terima kasih,” ucap Alina sambil menerima kartu nama itu. Mungkin karena Restu rekan bisnis Aksa dan keduanya juga memiliki hubungan yang baik, sehingga Restu juga baik pada Alina. Bukankah seperti itu?Restu pergi setelah menerima barangnya. Alina memandang kartu nama itu, lalu
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Terkena Karma

“Terjadi kebakaran di perusahaan Jefri, bahkan pabrik produksi makanan kalengnya juga.” Aksa sangat terkejut. Dia segera menyalakan televisi lalu mencari saluran berita untuk melihat sendiri apakah yang dikatakan Ilham memang benar. Aksa melihat salah satu saluran televisi sedang menayangkan berita tentang kebakaran hebat di perusahaan Jefri. Gedung dua belas lantai itu terbakar di bagian atas ke bawah. “Kenapa bisa bersamaan?” tanya Aksa benar-benar tidak menyangka. Rasanya aneh karena dua tempat yang berada di lokasi berbeda, bisa mengalami kebakaran di waktu yang bersamaan. “Saya juga penasaran, Pak. Mana mungkin bisa kebetulan seperti ini. Mungkinkah memang ada yang tidak menyukainya, lalu mencoba menghancurkan bisnis Jefri, Pak? Bisa saja kebakaran itu disengaja, kan? Rasanya aneh jika mendadak terbakar begitu saja?” Aksa mendengarkan ucapan Ilham yang ada di seberang panggilan. Bisa saja itu terjadi, tidak mungkin ada kebetulan secara bersamaan seperti ini. “Semoga saja d
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Sakit?

Di unit apartemen Restu. Pria itu ada di ruang tamu bersama Rizki yang juga tinggal di sana menemani dirinya.“Apa semuanya dijalankan dengan lancar?” tanya Restu sambil menatap Rizki yang berdiri di samping sofa.“Sudah, Pak. Semua dilakukan dengan rapi dan lancar, bahkan orang suruhan kita dijamin profesional. Semua beres dan aman,” jawab Rizki langsung paham ke mana arah pertanyaan atasannya itu.Restu mengangguk-angguk. Kebakaran di perusahaan dan pabrik Jefri memang bukan sebuah ketidaksengajaan, semua direncanakan oleh Restu. Pria itu menyuruh orang untuk membuat insiden kebakaran di perusahaan dan pabrik Jefri, dia ingin memberi pelajaran pada pria yang berani menyakiti keponakannya. Apalagi tidak sekali Jefri bersikap kasar pada Alina.“Lalu, apa rencana Anda pada Dani?” tanya Rizki penasaran. “Bayar orang mengawasinya, pastikan Dani aman dan tidak ada yang menyakitinya,” jawab Restu memberi perintah.“Baik, Pak.” Rizki mengangguk.**Di rumah Aksa. Alina sedang membongkar k
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Paniknya Aksa

Aksa sangat cemas. Dia langsung berdiri menyusul Alina yang pergi ke kamar mandi.Restu ikut menyusul. Dia berdiri di depan kamar mandi sampai Alina dan Aksa keluar.“Kamu yakin tidak apa-apa?” tanya Aksa seraya berjalan keluar kamar mandi bersama Alina.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Alina.Alina melihat Restu berdiri di depan kamar mandi sampai membuatnya sungkan.“Saya minta maaf sudah mengacaukan acara makan malamnya,” kata Alina.“Tidak apa-apa. Jika kamu tidak enak badan, istirahatlah,” balas Restu.Alina memulas senyum, lalu membalas, “Saya hanya kecapean dan masuk angin. Kita bisa lanjut makan malam jika Anda tidak keberatan.”Restu mengangguk. Mereka kembali melanjutkan makan malam meski Alina terlihat tidak berselera.Setelah makan malam usai, Restu pamit karena melihat Alina seperti orang sakit dan butuh istirahat, dia tidak mau mengganggu Alina jika terlalu lama berada di sana.“Terima kasih makan malamnya. Rasanya sedikit menjadi obat rindu karena jauh dari rumah,” ucap
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Mungkin Hamil

Alina terkejut Aksa tidak mau berangkat bekerja, apalagi dia tahu kalau Aksa ada rapat penting pagi ini.“Aku baik-baik saja, kamu jangan terlalu cemas,” kata Alina meyakinkan Aksa.“Apanya baik-baik saja? Kamu terus muntah, bahkan setelah meminum obat pun masih muntah, kamu bilang baik-baik saja?” Aksa tidak percaya begitu saja.Alina tersenyum agar Aksa tidak cemas, lalu membalas, “Kamu ada rapat penting, Aksa. Aku benar-benar tidak terlalu sakit.”Aksa menatap datar. Alina tidak tahu, seberapa cemas Aksa jika melihat Alina sakit.“Aku hanya sakit biasa, kamu jangan cemas begitu. Pergilah ke kantor, aku janji akan ke dokter,” kata Alina meyakinkan.“Tidak!” tolak Aksa, “aku akan menemani untuk memastikan kondisimu,” ujar Aksa.Alina gemas karena suaminya sangat keras kepala. Dia menangkup kedua pipi Aksa, lalu sedikit membungkuk sampai kening mereka bersentuhan.“Kamu ada rapat penting dan harus datang. Aku akan ke dokter sendiri dan akan segera memberimu kabar jika sudah selesai pe
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bibi Jahat

Alina terkejut sampai menatap tak percaya pada orang yang ada di hadapannya. Dia diam mematung memandang pada wanita di hadapannya saat ini. “Kamu memang tidak tahu terima kasih!” Alina tidak terkejut mendengar makian wanita itu. Dia masih memandang pada wanita berumur 60 tahunan itu. “Setelah kami merawat, membesarkan, memberikan kalian tempat tinggal, kalian kabur begitu saja tidak tahu terima kasih! Bahkan kamu sekarang menikah dengan orang kaya, kan? Kamu sangat sombong sampai lupa siapa yang dulu membesarkanmu!” Alina hanya diam. Dia malas menanggapi semua ocehan bibinya itu. “Beri aku uang. Pamanmu dirawat di sini karena stroke dan kami butuh biaya banyak!” Sang bibi dengan tidak tahu malu menengadahkan tangan pada Alina. Alina tidak menyukai semua sikap sang bibi, tetapi karena dia juga tidak tega, membuat Alina membuka tas lalu memberikan uang cash yang dimilikinya. “Ini untuk sedikit biaya kalian selama di rumah sakit,” kata Alina sambil mengulurkan lembaran uang merah
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Hamil

Aksa pulang dengan panik karena Alina tidak menjawab panggilan darinya. Meskipun Bams sudah memberitahu kalau Alina sudah pulang sejak tadi dan ada di rumah, tetap saja hal itu tidak bisa meredam kecemasannya.Saat sampai di rumah. Aksa langsung mencari keberadaan Alina. Dia ke kamar dan mendapati sang istri tidur. Aksa bernapas lega, lalu berjalan menuju ranjang.Aksa duduk di tepian ranjang, memandang wajah Alina sambil memastikan kalau istrinya baik-baik saja. Dia juga mengecek ponsel Alina yang ada di atas nakas, pantas saja panggilannya tidak dijawab, ponsel Alina mode silent.“Kenapa kamu sudah pulang? Apa ini sudah sore?”Aksa mendengar suara berat Alina, dia menoleh dan melihat istrinya bangun.“Kenapa kamu tidak memberiku kabar?” tanya Aksa balik.Alina menghela napas berat, kelopak matanya juga belum terbuka sempurna.“Apa kata dokter?” tanya Aksa lagi.“Aku belum jadi periksa,” jawab Alina.Dahi Aksa berkerut.“Bukannya tadi dari rumah sakit?” tanya Aksa keheranan.“Iya, ta
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Semua Bahagia

Sasmita berada di rumah sakit untuk melakukan cek kesehatan. Dia sudah berada di ruang pemeriksaan dan menunggu dokter menyampaikan kondisinya.“Tekanan darah Anda sedikit tinggi, jadi kontrol pola makan dengan tidak memakan makanan yang bisa menjadi pemicu tekanan darah naik juga hindari stres berlebih,” ucap dokter menjelaskan.Sasmita mengangguk. Dia pusing karena memikirkan Aksa. ‘Jika bukan karena Alina, aku tidak akan stres,’ batin Sasmita.Setelah mendapat resep dan menebusnya di apotek. Sasmita berjalan menuju pintu keluar sambil menghubungi sopirnya agar membawa mobil ke depan lobby rumah sakit.Saat Sasmita hampir sampai di pintu lobby, dia berpapasan dengan wanita yang tak lain bibi Alina. Bibi Alina berjalan dari luar, saat berpapasan dengan Sasmita, Bibi Alina menghentikan langkah. Dia menoleh pada Sasmita yang berjalan keluar dari lobby, lalu beberapa detik kemudian dia mengejar Sasmita.“Kamu, benar ini kamu!” Bibi Alina menghadang jalan Sasmita, lalu menunjuk wajah wa
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Perhatian Nenek Agni

Alina memandang Aksa yang baru saja mengakhiri panggilan. Dia bisa melihat kebahagiaan di wajah suaminya, bahkan Alina tidak pernah melihat ekspresi wajah Aksa yang seperti sekarang. “Nenek akan datang,” kata Aksa sambil berjalan mendekat ke ranjang.“Apa tidak terlalu terburu-buru mengabari Nenek?” tanya Alina agar ragu. Apalagi mereka belum benar-benar memastikan kondisi dan usia kandungan Alina.Aksa duduk di tepian ranjang, menatap lekat wajah Alina, lalu menggenggam erat telapak tangan sang istri.“Lebih cepat memberitahu, itu lebih baik,” balas Aksa, “Nenek sangat bahagia, siapa tahu dengan begini dia lebih semangat menjalani hari karena ingin menyambut cicitnya lahir,” ujar Aksa lalu meraih tangan Alina dan mengecup punggung tangan Alina dengan lembut.Alina memulas senyum. Dia bahagia jika kehamilannya bisa membuat semua orang senang.“Besok kita ke rumah sakit lagi untuk memastikan usianya,” ujar Aksa lagi.Senyum Alina memudar mendengar ucapan Aksa. Jika ke rumah sakit, apa
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Peringatan Nenek Agni

Di rumah sakit. Bibi Alina melamun sambil memandang suaminya yang terbaring lemah karena terkena stroke. Dia bingung karena butuh biaya banyak tapi tidak punya tabungan.“Apa aku bisa memanfaatkan wanita itu?” Bibi Alina berpikir.“Aku yakin tidak salah lihat. Aku ingat wanita itu.” Bibi Alina bermonolog, bicara sendiri sambil terus berpikir.“Tapi ….” Bibi Alina terlihat ragu.“Sepertinya tidak mudah memanfaatkannya, apalagi aku tidak punya bukti. Belum dia itu kaya, pasti bisa melakukan sesuatu untuk membungkamku.” Bibi Alina tiba-tiba cemas.Dia tidak tahu kalau wanita yang tadi ditemuinya adalah mertua dari keponakannya.Wanita itu pusing. Satu-satunya cara mendapat uang secara instan adalah dengan meminta pada Alina. Ya, dia harus minta pada Alina.**“Makan pelan-pelan, yang penting ada makanan masuk lambung,” ucap Nenek Agni menemani Alina makan.Aksa berkata kalau sejak pagi Alina susah sekali makan, sehingga Nenek Agni memaksa agar Alina makan demi kesehatan.Alina mencoba ma
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
49
DMCA.com Protection Status