Share

Mungkin Hamil

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 10:13:07

Alina terkejut Aksa tidak mau berangkat bekerja, apalagi dia tahu kalau Aksa ada rapat penting pagi ini.

“Aku baik-baik saja, kamu jangan terlalu cemas,” kata Alina meyakinkan Aksa.

“Apanya baik-baik saja? Kamu terus muntah, bahkan setelah meminum obat pun masih muntah, kamu bilang baik-baik saja?” Aksa tidak percaya begitu saja.

Alina tersenyum agar Aksa tidak cemas, lalu membalas, “Kamu ada rapat penting, Aksa. Aku benar-benar tidak terlalu sakit.”

Aksa menatap datar. Alina tidak tahu, seberapa cemas Aksa jika melihat Alina sakit.

“Aku hanya sakit biasa, kamu jangan cemas begitu. Pergilah ke kantor, aku janji akan ke dokter,” kata Alina meyakinkan.

“Tidak!” tolak Aksa, “aku akan menemani untuk memastikan kondisimu,” ujar Aksa.

Alina gemas karena suaminya sangat keras kepala. Dia menangkup kedua pipi Aksa, lalu sedikit membungkuk sampai kening mereka bersentuhan.

“Kamu ada rapat penting dan harus datang. Aku akan ke dokter sendiri dan akan segera memberimu kabar jika sudah selesai pe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
wardah
ini siapa lagi ,,yg menghadang Alina
goodnovel comment avatar
Wida
Sasmita kah??? ap.kakak Karin??
goodnovel comment avatar
eva nindia
haduhhh siapaaa lgiii ituuuuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Bibi Jahat

    Alina terkejut sampai menatap tak percaya pada orang yang ada di hadapannya. Dia diam mematung memandang pada wanita di hadapannya saat ini. “Kamu memang tidak tahu terima kasih!” Alina tidak terkejut mendengar makian wanita itu. Dia masih memandang pada wanita berumur 60 tahunan itu. “Setelah kami merawat, membesarkan, memberikan kalian tempat tinggal, kalian kabur begitu saja tidak tahu terima kasih! Bahkan kamu sekarang menikah dengan orang kaya, kan? Kamu sangat sombong sampai lupa siapa yang dulu membesarkanmu!” Alina hanya diam. Dia malas menanggapi semua ocehan bibinya itu. “Beri aku uang. Pamanmu dirawat di sini karena stroke dan kami butuh biaya banyak!” Sang bibi dengan tidak tahu malu menengadahkan tangan pada Alina. Alina tidak menyukai semua sikap sang bibi, tetapi karena dia juga tidak tega, membuat Alina membuka tas lalu memberikan uang cash yang dimilikinya. “Ini untuk sedikit biaya kalian selama di rumah sakit,” kata Alina sambil mengulurkan lembaran uang merah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Hamil

    Aksa pulang dengan panik karena Alina tidak menjawab panggilan darinya. Meskipun Bams sudah memberitahu kalau Alina sudah pulang sejak tadi dan ada di rumah, tetap saja hal itu tidak bisa meredam kecemasannya.Saat sampai di rumah. Aksa langsung mencari keberadaan Alina. Dia ke kamar dan mendapati sang istri tidur. Aksa bernapas lega, lalu berjalan menuju ranjang.Aksa duduk di tepian ranjang, memandang wajah Alina sambil memastikan kalau istrinya baik-baik saja. Dia juga mengecek ponsel Alina yang ada di atas nakas, pantas saja panggilannya tidak dijawab, ponsel Alina mode silent.“Kenapa kamu sudah pulang? Apa ini sudah sore?”Aksa mendengar suara berat Alina, dia menoleh dan melihat istrinya bangun.“Kenapa kamu tidak memberiku kabar?” tanya Aksa balik.Alina menghela napas berat, kelopak matanya juga belum terbuka sempurna.“Apa kata dokter?” tanya Aksa lagi.“Aku belum jadi periksa,” jawab Alina.Dahi Aksa berkerut.“Bukannya tadi dari rumah sakit?” tanya Aksa keheranan.“Iya, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Semua Bahagia

    Sasmita berada di rumah sakit untuk melakukan cek kesehatan. Dia sudah berada di ruang pemeriksaan dan menunggu dokter menyampaikan kondisinya.“Tekanan darah Anda sedikit tinggi, jadi kontrol pola makan dengan tidak memakan makanan yang bisa menjadi pemicu tekanan darah naik juga hindari stres berlebih,” ucap dokter menjelaskan.Sasmita mengangguk. Dia pusing karena memikirkan Aksa. ‘Jika bukan karena Alina, aku tidak akan stres,’ batin Sasmita.Setelah mendapat resep dan menebusnya di apotek. Sasmita berjalan menuju pintu keluar sambil menghubungi sopirnya agar membawa mobil ke depan lobby rumah sakit.Saat Sasmita hampir sampai di pintu lobby, dia berpapasan dengan wanita yang tak lain bibi Alina. Bibi Alina berjalan dari luar, saat berpapasan dengan Sasmita, Bibi Alina menghentikan langkah. Dia menoleh pada Sasmita yang berjalan keluar dari lobby, lalu beberapa detik kemudian dia mengejar Sasmita.“Kamu, benar ini kamu!” Bibi Alina menghadang jalan Sasmita, lalu menunjuk wajah wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Perhatian Nenek Agni

    Alina memandang Aksa yang baru saja mengakhiri panggilan. Dia bisa melihat kebahagiaan di wajah suaminya, bahkan Alina tidak pernah melihat ekspresi wajah Aksa yang seperti sekarang. “Nenek akan datang,” kata Aksa sambil berjalan mendekat ke ranjang.“Apa tidak terlalu terburu-buru mengabari Nenek?” tanya Alina agar ragu. Apalagi mereka belum benar-benar memastikan kondisi dan usia kandungan Alina.Aksa duduk di tepian ranjang, menatap lekat wajah Alina, lalu menggenggam erat telapak tangan sang istri.“Lebih cepat memberitahu, itu lebih baik,” balas Aksa, “Nenek sangat bahagia, siapa tahu dengan begini dia lebih semangat menjalani hari karena ingin menyambut cicitnya lahir,” ujar Aksa lalu meraih tangan Alina dan mengecup punggung tangan Alina dengan lembut.Alina memulas senyum. Dia bahagia jika kehamilannya bisa membuat semua orang senang.“Besok kita ke rumah sakit lagi untuk memastikan usianya,” ujar Aksa lagi.Senyum Alina memudar mendengar ucapan Aksa. Jika ke rumah sakit, apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Peringatan Nenek Agni

    Di rumah sakit. Bibi Alina melamun sambil memandang suaminya yang terbaring lemah karena terkena stroke. Dia bingung karena butuh biaya banyak tapi tidak punya tabungan.“Apa aku bisa memanfaatkan wanita itu?” Bibi Alina berpikir.“Aku yakin tidak salah lihat. Aku ingat wanita itu.” Bibi Alina bermonolog, bicara sendiri sambil terus berpikir.“Tapi ….” Bibi Alina terlihat ragu.“Sepertinya tidak mudah memanfaatkannya, apalagi aku tidak punya bukti. Belum dia itu kaya, pasti bisa melakukan sesuatu untuk membungkamku.” Bibi Alina tiba-tiba cemas.Dia tidak tahu kalau wanita yang tadi ditemuinya adalah mertua dari keponakannya.Wanita itu pusing. Satu-satunya cara mendapat uang secara instan adalah dengan meminta pada Alina. Ya, dia harus minta pada Alina.**“Makan pelan-pelan, yang penting ada makanan masuk lambung,” ucap Nenek Agni menemani Alina makan.Aksa berkata kalau sejak pagi Alina susah sekali makan, sehingga Nenek Agni memaksa agar Alina makan demi kesehatan.Alina mencoba ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Agak Sensitif

    Dani datang ke rumah Alina bersama Restu. Alina terkejut karena sang adik langsung datang ke rumah.“Kenapa langsung datang? Padahal aku hanya ingin memberitahu saja,” kata Alina keheranan.Dani menatap Alina sejenak, lalu memeluk kakaknya itu.“Tentu saja langsung datang. Ini kabar membahagiakan jadi aku harus merayakannya juga,” balas Dani, “selamat, ya.”“Kamu berlebihan,” ucap Alina.“Tidak ada yang berlebihan jika itu untukmu, Kak.”Alina terharu. Dia masih memeluk adiknya itu.Restu memperhatikan Alina dan Dani. Entah apa saja yang sudah dilalui keduanya, tetapi ketika melihat kebersamaan Alina dan Dani, dia yakin kalau keduanya terbiasa saling menguatkan.“Bagaimana bisa Anda bersama Dani?” tanya Aksa menyapa Restu yang sejak tadi diam.“Ah … tadi kebetulan bertemu. Aku satu apartemen dengan Dani, saat tadi Dani mendapat kabar kalau istrimu hamil, entah kenapa aku jadi ingin ikut melihat juga,” balas Restu.Aksa mengangguk-angguk.“Bagaimana kalau kalian makan malam di sini?” t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Maunya Dekat-dekat

    Keesokan harinya. Aksa masih tertidur pulas sambil memeluk Alina. Sepanjang malam, Aksa hampir tak melepas istrinya itu.Saat Aksa masih tidur dengan lelap, tiba-tiba saja dia terkejut karena Alina melepas tangannya dengan kasar.“Al.” Aksa melihat Alina buru-buru turun dari ranjang.Aksa baru menyadari kalau Alina mual lagi karena berlari sambil menutup mulut. Aksa ikut bangun dan mengejar Alina ke kamar mandi.Aksa melihat Alina berjongkok di depan kloset. Dia ikut berjongkok lalu menekan tengkuk Alina agar bisa muntah. Dia cemas melihat Alina terus muntah, dalam kondisi perut kosong, apa Alina tidak tersiksa jika terus seperti ini.“Pelan-pelan,” kata Aksa sambil membantu mengambil tisu saat Alina mencuci mulut.Alina tampak lemas, bahkan Aksa yang menekan tombol agar air mengalir di kloset.Aksa penuh perhatian membersihkan permukaan bibir Alina, lalu membantu istrinya kembali ke ranjang.“Seharusnya kamu tidak usah masuk dan lihat aku muntah,” kata Alina.“Kenapa tidak boleh? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kecil Sekali?

    Sore itu Alina dan Aksa pergi ke rumah sakit. Aksa sangat antusias, bahkan terus menggenggam telapak tangan Alina seolah dirinya yang gugup. Alina tersenyum. Bersama Aksa, dia benar-benar mendapat apa itu arti kebahagiaan dan kasih sayang. Meski terkadang Aksa suka mengatur, bukankah itu hanya bagian dari rasa sayang pria itu padanya? Alina sudah berbaring di ranjang pesakitan, menunggu dokter melakukan USG untuk memastikan usia dan kondisi janin di dalam kandungan Alina. “Di mana bayi kita?” tanya Aksa berbisik karena tidak melihat apa pun di monitor, selain sebuah lingkaran tidak rata. Alina tersenyum, lalu membalas, “Tunggu saja, biarkan dokter menjelaskan.” Aksa tidak sabar karena sangat bahagia. Dia menunggu, sampai akhirnya dokter menjelaskan. “Ada kantong rahim terbentuk di sini. Lalu ini ….” Dokter menjeda ucapannya, sedikit menekan alat USG di perut bagian bawah Alina, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Ini janinnya. Ini bagian kepala dan pantat,” ucap dokter sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tanda Terima Kasih

    Akhirnya kisah Alina dan Aksa berakhir. Jika ada kekurangan dalam kisah ini, aku mohon maaf sebesar-besarnya buat pembaca sekalian karena aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Next aku bakal rilis buku baru, jadi tunggu karyaku yang lain, ya. Terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama ini. Drop komen sebagai penyemangat buat aku, ya. Kalian yang terbaik.(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 5

    Semua berjalan dengan baik. Setiap orang dengan kebaikan kini hidup dengan damai.Ini sudah lima bulan setelah Jia melahirkan. Sore itu semua orang berkumpul di rumah Alina hanya untuk bercengkrama bersama sebagai satu keluarga.Alina memandang putranya dan yang lain bermain. Dia menghela napas pelan, lalu menoleh pada suaminya.“Sepertinya kita bisa membuka sekolah khusus karena punya anak-anak sebanyak ini,” ujar Alina dengan nada candaan.Semua orang langsung menoleh saat mendengar ucapan Alina.“Sepertinya itu ide bagus. Apa mau direalisasikan?” Kaira menanggapi serius ucapan Alina.Alina tertawa, lalu membalas, “Siapa yang mau jadi gurunya? Bisa-bisa tekanan darahnya naik duluan lihat keaktifan mereka. Belum lagi ini.”Alina memandang anak Jia yang ada di stroller.“Sudah benar di sekolahkan, jangan memberi ide membuat sekolah sendiri,” balas Jia.Semua yang di sana tertawa bersama.Alina melihat Aksa yang hanya diam. Dia menggenggam telapak tangan suaminya itu.“Memikirkan apa?”

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 4

    Saat siang hari. Daniel dan Jia menjemput Anya di sekolah.Anya sangat senang melihat Daniel dan Jia menjemputnya secara bersamaan. Anya sampai berlari kecil agar bisa segera menghampiri kedua orang tuanya itu.“Kok Mama dan Papa jemputnya barengan?” tanya Anya.“Ya, biar Anya senang,” jawab Daniel, “Anya senang?” tanyanya kemudian.Anya mengangguk-angguk.Jia dan Daniel saling pandang, lalu mengajak Anya segera masuk mobil.“Tadi Anya dapat nilai seratus waktu ulangan,” ucap Anya menceritakan kegiatannya seharian ini di sekolah.“Benarkah?” Jia menoleh pada Anya dengan senyum semringah. “Sepertinya Anya harus diberi apresiasi, benar tidak?” Jia kini menatap pada Daniel.“Tentu saja,” jawab Daniel, “Anya mau apa?” tanya Daniel seraya memandang pada bayangan Anya melalui pantulan kaca spion tengah.“Anya mau makan es krim,” jawab Anya penuh semangat.Jia dan Daniel mengangguk bersamaan. Mereka pergi ke kedai es krim.Mereka sudah duduk di kedai menikmati es krim yang dipesan. Jia dan D

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 3

    Jia dan Daniel melakukan inseminasi buatan setelah melakukan beberapa prosedur yang dokter jadwalkan.Hari ini, tepat dua minggu setelah inseminasi buatan dilakukan. Jia berada di kamar mandi seraya memegang testpack yang baru saja dicelupkan pada urine. Jia duduk di atas closet dengan perasaan cemas, hingga samar-samar garis merah mulai muncul di testpack.Satu, dua. Akhirnya dua garis merah muncul di alat itu. Jia sampai membungkam mulut karena terkejut dan masih tak percaya. Bahkan bola matanya kini terlihat berkaca-kaca.“Jia, bagaimana?”Jia mendengar suara Daniel di luar kamar mandi. Suaminya itu pasti tidak sabar dan cemas dengan hasilnya. Jia segera keluar dari kamar mandi. Dia melihat Daniel yang terlihat panik.“Bagaimana?” tanya Daniel karena melihat bola mata Jia berkaca-kaca.Jia awalnya memasang ekspresi biasa, tetapi setelahnya tersenyum lebar.“Berhasil, aku hamil.” Jia memperlihatkan testpack pada Daniel.Daniel memandang dua garis di alat itu. Dia benar-benar tak m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 2

    Keesokan harinya. Daniel dan Jia menemui dokter untuk berkonsultasi. Mereka mendengarkan penjelasan dokter soal inseminasi buatan yang ingin Jia lakukan.“Jika kalian memang yakin untuk melakukan ini. Kita harus melakukan beberapa proses termasuk mengecek kondisi rahim dan kesehatan kalian masing-masing. Akan banyak tes yang harus dilakukan sebelum inseminasi, untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar,” ujar dokter menjelaskan.Daniel dan Jia sudah mendengarkan tahapan yang harus mereka lakukan. Selain mengecek kondisi rahim, sperma pun harus dites, baru kemudian menentukan waktu ovulasi yang tepat.“Iya, Dok. Kami siap melakukannya,” ucap Jia penuh semangat. Dia berharap cara ini bisa mengobati kekecewaan Daniel.Daniel menatap pada Jia yang sangat antusias. Bukankah sudah seharusnya dia pun harus bersemangat karena yang mereka lakukan demi kebahagiaan mereka juga.“Baiklah. Saya akan menjadwalkan waktu tesnya. Saya sangat berharap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian hara

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 1

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Usia Elvano sudah menginjak satu tahun. Alina dan Aksa menjaga buah hati mereka dengan sangat baik, termasuk Arlo. Tidak ada satu pun yang mereka bedakan.“Sudah tidur?” tanya Alina ketika melihat Aksa keluar dari kamar Elvano.Aksa menyentuhkan telunjuk di permukaan bibir, memberi isyarat agar Alina tidak bicara atau Elvano akan bangun. Dia menghampiri sang istri, lalu menggandeng tangan Alina dan mengajaknya naik ke lantai atas.Alina menahan senyum. Dia mengikuti langkah Aksa menuju ke kamar.“Akhirnya.” Aksa tiba-tiba menghela napas lega. Dia kemudian memeluk Alina dari belakang.Alina tersenyum sambil mengusap lengan Aksa.“Dulu merawat Arlo sendiri tidak secapek ini, kenapa sekarang capek?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa yang bergelayut manja di pundaknya.Aksa menghela napas pelan, lalu mempererat pelukan.“Dulu aku merawat sendiri, harus kuat dan tidak boleh mengeluh. Jadi, karena sekarang ada kamu, aku ingin mengeluhkan semua lelahku pada

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kebahagiaan

    Semua orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alina.Sasmita dan Nenek Agni begitu antusias menyambut kelahiran anak kedua Alina, setelah sebelumnya mereka harus menyambut dengan tangis, tetapi sekarang semuanya berbalut kebahagiaan.“Di mana bayinya?” tanya Sasmita saat masuk ruang inap Alina.“Itu.” Aksa menunjuk ke baby box yang berada tak jauh dari ranjang Alina.Aksa menemani Alina di ranjang, sedangkan Sasmita dan Nenek Agni langsung menghampiri bayi mungil anggota baru keluarga Radjasa.“Tampannya dia.” Sasmita mengambil bayi Alina dari baby box. “Benar laki-laki, kan?” tanya Sasmita memastikan karena bayi itu tampan meski sedikit terlihat cantik.“Iya, Ma.” Alina yang menjawab.“Kita punya dua cucu laki-laki, ya.” Mirza ikut senang karena setidaknya Aksa memiliki dua putra, bukan satu seperti dirinya.Aksa dan Alina memulas senyum. Aksa tak beranjak dari sisi Alina karena fokusnya sekarang memperhatikan kondisi sang istri.Sasmita menimang bayi tampan itu. Dia memandangi ba

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Melahirkan

    Aksa begitu cemas ketika membawa Alina ke rumah sakit. Bahkan dia tidak melepas genggaman saat Alina dibawa ke IGD. “Istriku mau melahirkan, Sus.” Aksa berdiri di samping ranjang pesakitan seraya menggenggam erat telapak tangan Alina. Suster yang ada di sana langsung mengecek kondisi Alina, lalu beberapa saat kemudian memanggil dokter untuk memeriksa. “Aku baik-baik saja, ini hal wajar,” ucap Alina seraya menahan rasa sakitnya karena kontraksi. Aksa menatap pada Alina. “Tapi tetap saja, kamu kesakitan,” balas Aksa tidak mau tahu. Aksa trauma dengan persalinan Alina yang dulu. Saat itu dia sangat panik dan ketakutan melihat Alina yang akan melahirkan secara prematur, hingga dibuat kehilangan yang benar-benar tak bisa membuatnya melupakan semua kejadian itu. Sekarang Alina kembali merasakan sakit seperti itu. Siapa yang tidak cemas? Alina mencoba memahami kecemasan yang Aksa rasakan. Dia membalas genggaman tangan Aksa. Dia yang kesakitan, tetapi sepertinya suaminya yang ketakut

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mau Melahirkan?

    Dua bulan berlalu dengan cepat. Usia kandungan Alina sudah masuk sembilan bulan, dia baru saja jalan-jalan pagi bersama Nenek Agni yang memang beberapa hari ini menginap di rumah. “Kapan perkiraan lahirnya?” tanya Nenek Agni saat berjalan bersama Alina menuju rumah. “Harusnya minggu ini, Nek.” Alina berjalan pelan, satu tangannya mengusap perut. “Doakan lahirannya lancar,” ucap Alina kemudian. “Tentu saja, nenek pasti akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu dan cicit nenek.” Nenek Agni mengusap lembut perut Alina. Mereka sudah sampai di teras. Alina duduk bersama Nenek Agni untuk beristirahat setelah jalan-jalan pagi. “Lho, kamu tidak ke kantor?” tanya Nenek Agni ketika melihat Aksa keluar dari rumah hanya memakai kaus polos dan celana panjang. “Tidak, aku ambil cuti. Tapi tetap kerja dari rumah,” jawab Aksa lalu duduk di samping Alina. Nenek Agni menatap pada Aksa yang sedang mengusap perut Alina. Dia sangat lega karena akhirnya Aksa bisa merasakan kebahagiaan bersama Alina.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status