“Iya,” wanita paruh baya itu mengangguk meyakinkan. “Sigit datang ke rumah saya. Saya yang datang ke sini kok bareng anak saya. Kita bareng-bareng ke rumah saya.”“Ke rumah Ibu? Ngapain, Bu?” aku malah penasaran dengan yang dilakukan Sigit di rumah Ibu ini.Ibu tersenyum. Senyum yang menurutku maklum. “Sigit membantu saya angkat-angkat barang. Saya lagi mau bangun rumah,” ucapnya.Oh. Ada kelegaan yang muncul.“Dia bisa memperkirakan berapa habisnya material yang mau dipakai, jadi saya butuh dia untuk bantu-bantu sebenarnya.” Wanita paruh baya tersebut berkata lagi. Alisnya kemudian berkerut. “Saya bisa kok jadi saksi untuk Sigit. Benar.”Muncul secercah cahaya dalam diriku. Aku tersenyum. “Suami saya ada di kantor polisi, Bu. Tapi maaf, saya enggak bisa antar.”Walau aku ingin sekali mengantar, Ibu pasti marah besar. Ibu tidak suka tokonya tutup tanpa sepengetahuannya. Terlebih lagi ada CCTV yang sudah terpasang di toko ini. Aku hanya berharap Sigit bisa keluar dari kantor polisi dan
Last Updated : 2024-09-16 Read more